Jatinangor, bukan kota melainkan kecamatan dikenal sebagai kawasan pendidikan tempat berdirinya  4 kampus ternama di Indonesia, yaitu  Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN) dan Institut Manajemen Koperasi Indonesia(IKOPIN).Â
Ketika pertama kali tiba di Jatinangor lewat gapura bertuliskan " Wilujeng Sumping di Sumedang Puseur Budaya Sunda" kita akan disambut oleh gedung-gedung tinggi apartemen penunjang kehidupan mahasiswa. Setiap langkah di jalanan Jatinangor, dengan mudahnya kita dapat menemui hunian indekos. Di luas kecamatan yang tidak seberapa ini, terdapat gang bernama Gang Pengrajin yang kini hanya tinggal nama.Â
Asal Usul Gang Pengrajin
Gang Pengrajin, bermula di sekitar tahun 80-90an yang mana mayoritas penduduk wilayah RW 04, Cibeusi berprofesi sebagai pengrajin atau bergerak di bidang kerajinan.
"Nah karena mayoritas dari masyarakat itu sekitar 80-90% bergerak di bidang kerajinan, maka untuk mengangkat atau supaya lebih memudahkan orang makanya nama daerahnya dinamakan Jalan (Gang) Pengrajin," Jelas Heru Firmansyah dalam wawancara (8/5). Produksi utamanya adalah membuat patung ukir dari Suku Tanimbar. Suku Tanimbar merupakan salah satu suku yang terletak di Provinsi Maluku.Â
Gang Pengrajin Tinggal Nama
Perkembangan zaman yang semakin maju didukung pula oleh keadaan demografis dimana Jatinangor merupakan kawasan pendidikan, menjadikan Gang Pengrajin tidak ada pengrajinnya lagi. Saat memasuki Gang Pengrajin, jejak usaha kerajinan penduduknya telah hilang dilenyapkan oleh eksistensi berdirinya 4 kampus ternama. Masyarakat RW 04, Cibeusi banyak yang berganti usaha dari kerajinan jadi usaha kos-kosan.Â
Hanya tersisa dua pengrajin yang masih eksis hingga saat ini, yaitu sanggar kerajinan milik Heru Firmansyah (48) dan Asep. Heru (48) menyampaikan kendala yang dihadapi saat ini adalah susahnya regenerasi ahli atau tukang ukir,Â
"(Kesulitan) generasinya karena kondisi zaman yang berbeda. Dulu anak-anak SMP atau SMA itu, kalo pulang sekolah  bantu orang tua belajar ngukir atau apa kalo sekarang kan beda lagi kebiasaannya," Ungkap Heru. Â
Kerajinan Bukan Kebutuhan Pokok, Pengrajin Alih Profesi
Berbeda dengan Heru, Asep sebagai pengrajin yang juga masih eksis menyampaikan sudut pandang berbeda tentang penyebab masyarakat Gang Pengrajin tak lagi mempertahankan usaha kerajinannya. Asep menjelaskan harga bahan baku saat ini terus meningkat namun tak berbanding lurus dengan harga jualnya.Â
"Harga jual dulu dengan sekarang tidak bisa naik soalnya (usaha kerajinan) bukan kebutuhan pokok. Masuknya ke bahan interior. Kalau kebutuhan pokok naik, wajar. Kalau ga beli kita gabisa makan. Sedangkan kebutuhan gini (barang kerajinan) mah yaudah," Jelas Asep.Â
Asep juga menyampaikan selain masalah bahan baku dan harga jual, banyak pengrajin yang alih profesi karena usaha kerajinan tidak bisa menutupi biaya hidup saat ini. Sebagian besar pengrajin alih profesi sebagai kuli bangunan, pemborong, atau jadi karyawan.Â
Seutas Harapan Mempertahankan Kerajinan di Kecamatan Perguruan Tinggi
Berdasarkan latar belakang penelitian Perkembangan Kecamatan Jatinangor Menjadi Kota Perguruan Tinggi Tahun 1982-2013 menjelaskan bahwa pada awalnya Jatinangor merupakan kawasan pedesaan yang yang didominasi oleh pertanian.Â
Kemudian dalam perkembangannya bergeser menjadi Kota Perguruan Tinggi sesuai dengan 593/SK.83-PLK/1989. Perubahan fungsi dari pedesaan ke kota mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam bidang ekonomi contohnya selain pertanian berkembang pula industri dan kerajinan rumah tangga.Â
Sama halnya seperti Gang Pengrajin yang berada di Cibeusi. Masyarakat disana mengembangkan usaha kerajinan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, usaha ini tidak bisa dipertahankan.Â
Usaha kerajinan dianggap tidak lagi menjanjikan karena tidak dapat menutup biaya hidup saat ini. Daya beli masyarakat terhadap barang kerajinan tidak begitu masif seperti  kebutuhan pokok. Kerajinan dinilai sebagai kebutuhan interior yang tidak begitu berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan pengrajin beralih profesi.Â
Asep dan Heru sebagai dua pengrajin yang tersisa di Gang Pengrajin tetap berharap meskipun patung menjadi kebutuhan ke 4 ataupun ke 5 mereka ingin kerajinan ini bisa multifungsi tidak hanya sebagai bahan interior. Harapan sekaligus PR tambahan demi tetap menjaga eksistensi Gang Pengrajin.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI