Mohon tunggu...
Zahra Olivia
Zahra Olivia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Suka Taylor Swift.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Joki Semakin Terdepan: Menipu Masa Depan, Merusak Harapan

16 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 16 Agustus 2024   07:00 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dikutip dari unair.ac.id (17/02/2023) dari 1.081 responden, 73 pelajar (6,75%) melaporkan pernah menggunakan jasa joki. Para pelajar cenderung memandang joki sebagai hal yang positif sebab praktik ini dipercaya dapat membantu mereka meraih nilai yang diinginkan, menurunkan stres, dan membantu bisnis teman. Norma subjektif yang berasal dari lingkungan sekitar yang juga melakukan joki, memunculkan suatu justifikasi bagi mereka. Untuk menghindari kecurigaan, mereka bahkan meminta penyedia jasa agar hasilnya tidak terlalu bagus.

Di balik kemudahan sesaat tersebut, pelajar kehilangan kesempatan untuk benar-benar memahami materi dan mengembangkan keterampilan kritis yang esensial bagi kesuksesan jangka panjang. Lebih dari itu, ketergantungan pada joki merusak integritas dan etika pribadi, menciptakan kebiasaan curang yang sulit dihentikan, serta merusak kredibilitas institusi pendidikan. 

Bahkan, akan mendapatkan sanksi, baik sanksi secara hukum maupun sanksi secara sosial. Jadi, meskipun jasa joki kelihatan seperti penyelamat di saat genting, sebenarnya joki adalah awal dari malapetaka yang menghancurkan masa depan.

Adiksi dan Haus Validasi

Menggunakan jasa joki itu seperti memakan keripik pedas terus-terusan—sekali coba, susah berhenti! Pelajar yang malas belajar menjadi ketagihan dengan solusi instan satu ini. Mereka menjadi yakin tidak dapat meraih nilai bagus tanpa bantuan si joki, padahal itu semua hanya ilusi. Selain itu, mereka sangat haus validasi, ingin dipuji orang tua, teman, atau guru. 

Jadi, joki digunakan untuk mendapatkan pengakuan instan, sehingga mereka lupa esensi belajar yang sesungguhnya. Akhirnya, jasa joki tidak hanya menyebabkan kerugian akademis, tetapi juga merusak mental dan karakter pelajar.

Menurut pakar psikologi, Prita Yulia Maharani M. Psi (dalam Kompasiana, 07/12/2021) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ketergantungan menggunakan jasa joki bagi para pelajar, yaitu fokus untuk membenahi diri, motivasi, serta komitmen dalam diri sendiri.

 

Alternatif Karir untuk Penyedia Jasa Joki

Penyedia jasa joki sebenarnya memiliki keterampilan dan pengetahuan. Mereka mempunyai segudang opsi karir yang lebih etis dan bermanfaat. Misalnya, mereka dapat menjadi tutor, konsultan pendidikan, pengembang konten pendidikan, pemimpin forum diskusi, asisten peneliti, asisten dosen, dan lain sebagainya.

Dengan mengambil jalur ini, penyedia jasa joki dapat tetap mengembangkan skill mereka, tetapi dengan cara yang lebih bermoral dan membuat mereka lebih dihargai. Jadi, daripada terus-menerus bermain curang, lebih baik beralih ke karir yang membuat hati tenang dan masa depan cerah!

Dengan demikian, harapannya, semoga kita dapat “move on” dari budaya joki ini. Selain itu, semoga institusi pendidikan dapat menjadi “superhero” dalam mengatasi budaya joki, seperti Harry Potter mengalahkan Voldemort. Lebih baik kita belajar dengan sungguh-sungguh, hadapi tantangan dengan kepala tegak, daripada terus-menerus mengandalkan joki yang menyebabkan hidup berantakan dan masa depan suram. Ayo bersama-sama, kita hadirkan revolusi pendidikan yang luar biasa, di mana kejujuran dan kerja keras jadi pahlawan utama dan joki-joki pensiun selamanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun