Pengertian Konsep Diri Menurut Hurlock
Konsep diri menurut Elizabeth Hurlock adalah pandangan atau persepsi yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri. Konsep ini tidak hanya mencakup aspek fisik seperti penampilan, tetapi juga kemampuan, sikap, dan bagaimana seseorang memandang dirinya dalam hubungan sosial dengan orang lain. Hurlock mengemukakan bahwa konsep diri terbentuk melalui pengalaman hidup, interaksi sosial, dan umpan balik yang diterima dari orang lain. Oleh karena itu, konsep diri seseorang adalah hasil dari proses panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik keluarga, teman, maupun masyarakat secara luas. Konsep diri yang positif dapat mendorong individu untuk lebih percaya diri, berkembang, dan menghadapi tantangan hidup dengan optimisme. Sebaliknya, konsep diri yang negatif dapat menurunkan rasa percaya diri dan menghambat potensi seseorang dalam mencapai tujuan hidup. Untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana konsep diri terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dilakukan wawancara dengan dua siswa SMK Negeri 8 Jakarta, yaitu Dzakira Zaafarani Sujadi dan Muhammad Rafi Baharudinsyah. Wawancara ini dilakukan dengan menggali sepuluh aspek penting yang berkaitan dengan konsep diri, yakni keberhasilan dan kegagalan, dukungan lingkungan, cara menjaga pandangan positif, penyelesaian konflik, kekuatan dan kelemahan diri, cara menghadapi tekanan atau stres, harapan diri sendiri, pengaruh kritik, serta pengaruh harapan orang lain terhadap konsep diri.
1. Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dzakira melihat keberhasilan sebagai motivasi untuk terus berkembang dan bukan sebagai titik akhir dari perjuangan. Bagi Dzakira, keberhasilan yang diraih tidak membuatnya merasa puas atau terlena. Ia selalu berpikir bahwa kesuksesan yang didapatkan saat ini hanyalah langkah kecil menuju tujuan yang lebih besar. Namun, kegagalan tidak membuatnya merasa putus asa. Sebaliknya, ia percaya bahwa kegagalan adalah cara terbaik untuk belajar dan memahami hal-hal yang perlu diperbaiki. Ketika menghadapi kegagalan dalam ujian atau pekerjaan sekolah, Dzakira tidak merasa gagal secara total, melainkan lebih fokus pada apa yang bisa diperbaiki untuk menjadi lebih baik di masa depan.
Rafi juga memiliki pandangan yang serupa mengenai kegagalan. Ia melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Rafi tidak membiarkan kegagalan membuatnya terpuruk, melainkan menganggapnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Misalnya, ketika mengalami kesalahan dalam presentasi kelompok, Rafi merasa kecewa tetapi berusaha untuk memahami kesalahan tersebut dan belajar untuk tidak mengulanginya di kesempatan berikutnya. Ia meyakini bahwa kegagalan adalah langkah awal menuju kesuksesan, asalkan ia dapat terus belajar dan berusaha.
2. Dukungan Lingkungan
Dukungan dari orang-orang di sekitar sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang. Dzakira merasa bahwa keluarga dan teman-temannya memberikan pengaruh yang besar dalam memperkuat rasa percaya dirinya. Ketika mendapatkan validasi dan dukungan dari orang-orang terdekat, ia merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk berusaha lebih keras. Misalnya, ia selalu mendapat dorongan dari orang tuanya untuk tetap fokus pada tujuan dan belajar dengan giat, bahkan saat ia merasa kesulitan dalam beberapa hal. Dukungan ini memberikan rasa aman dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
Begitu pula dengan Rafi, yang merasa bahwa teman-teman dan guru-gurunya memberikan dukungan yang sangat berarti. Ketika ia merasa ragu dengan kemampuannya, dukungan teman-temannya memberinya keberanian untuk berbicara di depan umum atau tampil dalam acara tertentu. Dukungan sosial sangat penting bagi Rafi dalam menjaga keseimbangan emosi dan membangun konsep diri yang positif. Ia merasa lebih percaya diri setelah mendapat dorongan positif, baik dari teman, keluarga, maupun guru yang mengarahkan dan memberikan masukan yang membangun.
3. Menjaga Pandangan Positif
Pandangan positif terhadap diri sendiri sangat penting untuk menjaga konsep diri yang sehat. Dzakira mengatakan bahwa ia berusaha untuk tidak membiarkan kritik atau pandangan negatif merusak dirinya. Ia mengakui bahwa kadang-kadang kritik datang dari berbagai pihak, tetapi ia memilih untuk fokus pada aspek-aspek yang membangun dan mengabaikan kritik yang tidak berguna. Ketika mendapatkan kritik negatif, Dzakira memilih untuk menjadikannya sebagai motivasi untuk perbaikan, bukan sebagai sesuatu yang merendahkan dirinya.