Sebenarnya jika kita mau mengakui, antara desa-kota memiliki suatu interaksi yang begitu kuat. Bahkan antara desa-kota memiliki ketergantungan satu sama lain. Bisa dikatakan desa membutuhkan kota, misalnya masyarakat desa membutuhkan masyarakat perkotaan dalam rangka mendapatkan pengetahuan maupun barang berteknologi modern misal alat produksi pertanian (traktor), alat komunikasi, informasi dan media elektronik. Lalu apa yang dibutuhkkan kota dari desa? Banyak! Desa sesungguhnya lebih memberikan begitu banyak manfaat bagi kota. Tanpa desa dari mana kita mendapat pasokan bahan makanan, bahan baku bangunan, hingga jasa? Lalu mengapa masyarakat desa miskin? Apakah benar teori ekologi yang menyatakan bahwa wilayah yang maju akan memangsa wilayah yang sedang berkembang?
       Sebelum kita bahas lebih jauh mengenai kemiskinan yang ada di masyarakat desa, kita definisikan terlebih dahulu apa itu kemiskinan. Menurut Soerjono Soekanto mengartikan tentang kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Jadi, di sini kita sepakati bersama bahwa kemiskinan adalah kondisi seseorang yang serba kekurangan sehingga dia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
      Setelah kita tau apa itu definisi dari kemiskinan, mari kita mencoba untuk menganalisis bersama apa yang menyebabkan masyarakat desa miskin. Bagi masyarakat desa, tanah pertanian merupakan faktor yang sangat penting, mengapa? Karena masyarakat desa sebagian besar bermata pencaharian sebagai seorang petani. Yang menjadi masalah adalah tidak banyak petani yang memiliki lahan sendiri. Lahan-lahan pertanian yang ada di pedesaan dimiliki oleh pengusaha-pengusaha penanam modal yang mempekerjakan para petani, alias petani tadi hanya sebagai petani penggarap atau buruh tani yang hanya diberi upah rendah.
      Karena tingkat pendapatan yang rendah tersebut menyebabkan tidak banyak masyarakat desa yang mampu memiliki pendidikan tinggi. Mereka lebih memilih bekerja dari pada meneruskan pendidikan. Sehingga mereka sendiri tidak mampu untuk mengembangkan potensi yang ada di desa mereka. Ironisnya, meskipun ada pemuda desa yang meneruskan pendidikan hingga menjadi seorang sarjana, mereka memilih untuk bekerja di kota dan enggan kembali ke desa mereka, karena menganggap di desa tidak ada lapangan pekerjaan yang menjanjikan bagi mereka. Di sinilah sebenarnya tugas pemerintah dan tugas kita bersama untuk menciptakan lapangan pekerjaan di desa.
      Sesungguhnya angin segar di era kepemimpinan Jokowi, karena setiap Desa saat ini mendapat kucuran Dana Desa, meskipun saya sendiri masih bingung mengapa Desa yang ada di Jawa malah mendapat dana yang lebih besar dibanding Desa di luar Jawa yang lebih membutuhkan banyak dana. Terlepas dari itu semua, dana desa di sini ditujukan untuk mendorong desa agar menjadi mandiri, demokratis dan sejahtera, jadi Dana Desa tidak hanya untuk perbaikan dari segi infrastrukturnya saja.Â
      Selain itu Dana Desa  akan bermanfaat untuk stimulus membangun BUMDes. BUMDes akan menggerakkan roda ekonomi suatu desa karena ada fasilitas ekonomi produktif yang dibangun serta untuk memberdayakan masyarakat desa. Sehingga BUMDes ini dapat menjawab lapangan pekerjaan yang ada di desa. Tetapi yang menjadi masalah dan harus mendapat perhatian dari pemerintah adalah, dana ada tapi sumber daya manusia desa belum memadai.
      Itulah sebab pentingnya mengapa putra-putri daerah untuk kembali dan mengabdi di desa mereka. Toh sebenarnya Desa berasal dari bahasa sansekerta Deshi yang artinya tanah kelahiran. Jadi, sudah seharusnya kita yang berasal dari desa kembali ke tanah kelahiran kita. Tidak perlu khawatir hidup di desa tidak akan sejahtera, pemerintah sudah memberi perhatian ke desa. Nah yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, bagaimana dengan kita, mau kembali dan mengabdi menjadi ndeso kah wahai putra-putri daerah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H