Program kampus mengajar merupakan sebuah program, dimana mahasiswa yang terdaftar diberikan kesempatan untuk membantu para guru dan kepala sekolah dalam jenjang SD dan SMP di seluruh Indonesia yang terdampak oleh pandemi, khususnya pada  sekolah 3 T (daerah Terdepan,Terkecil dan Tertinggal. Program ini juga merupakan kebijakan dari program Kampus merdeka yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud). Dan salah satu sekolah dasar yang mengikuti program ini adalah SDN 1 Cintamanik, yang berlokasi di Kp. Cinta, Cintamanik, Kec. Karangtengah, Kab. Garut.
Dalam program kampusmengajar ini, mahasiswa dituntut untuk dapat berkolaborasi, membantu literasi dan numerasi, menjalankan program yang telah dirancang untuk membantu mengembangkan sekolah dan juga membantu daptasi teknologi dan juga administrasi sekolah tersebut.
Sejak covid-19 melanda, kurang lebih sekitar 2 tahun siswa dan siswi sekolah dasar melakukan pembelajaran secara daring. Tentunya untuk sekolah yang berada di daerah 3T ini, sangat terkendala dengan media pembelajaran yang diberikan, karena tidak semua orang tua memiliki alat komunikasi untuk menunjang pembelajaran secara daring. Selain karena fasilitas yang kurang memadai, kendala lainnya juga berada pada jaringan dan lingkungan tempat tinggal siswa, tempat yang berada di pegunungan menjadikan kendala jaringan sebagai pemnghambat pembelajaran, hal ini dikarenakan tidak semua provider dapat digunakan baik disana. Terlebih sebagian besar orang tua siswa-siswi di SDN 1 Cintamanik adalah seorang perani, banyak dari mereka yang bekerja, sehingga kurang terhadap bimbingan belajar anaknya dirumah.
Tentunya hal ini berdampak terhadap proses pembelajaran siswa yang semakin tidak efektif. Dimana banyak sebagian siswa yang mengalami kemunduran dalam belajar dan semangat belajarpun semakin menurun karena tidak adanya system belajar mengajar tatap muka, yang mengaruskan mereka belajar mandiri dengan buku tematik yang diberikan oleh sekolah.
Program kampus mengajar merupakan sebuah program, dimana mahasiswa yang terdaftar diberikan kesempatan untuk membantu para guru dan kepala sekolah dalam jenjang SD dan SMP di seluruh Indonesia yang terdampak oleh pandemi, khususnya pada  sekolah 3 T (daerah Terdepan,Terkecil dan Tertinggal. Program ini juga merupakan kebijakan dari program Kampus merdeka yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud). Dan salah satu sekolah dasar yang mengikuti program ini adalah SDN 1 Cintamanik, yang berlokasi di Kp. Cinta, Cintamanik, Kec. Karangtengah, Kab. Garut.
Dalam program kampusmengajar ini, mahasiswa dituntut untuk dapat berkolaborasi, membantu literasi dan numerasi, menjalankan program yang telah dirancang untuk membantu mengembangkan sekolah dan juga membantu daptasi teknologi dan juga administrasi sekolah tersebut.
Sejak covid-19 melanda, kurang lebih sekitar 2 tahun siswa dan siswi sekolah dasar melakukan pembelajaran secara daring. Tentunya untuk sekolah yang berada di daerah 3T ini, sangat terkendala dengan media pembelajaran yang diberikan, karena tidak semua orang tua memiliki alat komunikasi untuk menunjang pembelajaran secara daring. Selain karena fasilitas yang kurang memadai, kendala lainnya juga berada pada jaringan dan lingkungan tempat tinggal siswa, tempat yang berada di pegunungan menjadikan kendala jaringan sebagai pemnghambat pembelajaran, hal ini dikarenakan tidak semua provider dapat digunakan baik disana. Terlebih sebagian besar orang tua siswa-siswi di SDN 1 Cintamanik adalah seorang perani, banyak dari mereka yang bekerja, sehingga kurang terhadap bimbingan belajar anaknya dirumah.
Tentunya hal ini berdampak terhadap proses pembelajaran siswa yang semakin tidak efektif. Dimana banyak sebagian siswa yang mengalami kemunduran dalam belajar dan semangat belajarpun semakin menurun karena tidak adanya system belajar mengajar tatap muka, yang mengaruskan mereka belajar mandiri dengan buku tematik yang diberikan oleh sekolah.
Namun seiring membaiknya kondisi lingkungan, dan juga pemerintah menetapkan kebijakan sekolah tatap kembali, tentunya ini menjadi tantangan bagi kami, Mahasiswa Kampus Mengajar untuk dapat menumbuhkan kembali semangat belajar siswa, menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap membaca dan membantu mereka tumbuh dari keadaan yang 2 tahun ini mengharuskan mereka untuk belajar mandiri.
Ketika kami membaca situasi belajar dan menganalisis kemampuan siswa, kami menemukan bahwa rata-rata kempuan membaca untuk tingkatan siswa kelas 1-3 masih kurang dan untuk kelas 4-6 sudah cukup baik, namun masih ada beberapa siswa yang masih belum lancar dalam membaca. Oleh karena hal inilah kami membentuk program kerja yang memfokuskan terhadap penerapan budata literasi dan pembiasaan membaca setiap hari di sekolah.
Program kerja pembiasaan penerapan literasi dilingkungan sekolah yang kami lakukan adalah dengan pembiasaan mebaca setiap hari, melatih siswa dan siswi yang masih belum lancar membaca dengan buku latihan membaca dan dilakukan setiap hari sebelum pembelajaran dimulai. Â Kami juga membentuk bahwa membaca itu menarik yaitu dengan cara story telling yang kemudian nantinya mereka akan melanjutkan membaca cerita yang disampaikan secara bergiliran dan diperagakan di depan kelas. Hal ini membuat mereka bersemangat dalam membaca dan mengalihkan pikiran mereka bahwa membaca itu tidaklah membosankan.
Bentuk-bentuk pembiasaan literasi ini diharapkan akan terus berlanjut, meskipun program Kampus Mengajar yang kami lakukan telah selesai. Semoga semangat mereka dalam berlatih membaca dan penerapan pembiasaan membaca setiap hari akan terus berlanjut. Mungkin kekurangan yang masih kami rasakan adalah sarana membaca yang masih kurang di SDN 1 Cintamanik ini. Khususnya untuk buku bacaan anak-anak. Kami harap kedepannya sekolah bisa lebih memperhatikan akan kebutuhan buku untuk siswa-siswi SDN 1 Cintamanik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H