Mohon tunggu...
Zahra Novita
Zahra Novita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MENGGAMBAR

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor-faktor yang Menyebabkan Malas Belajar pada Remaja

3 Desember 2023   21:55 Diperbarui: 3 Desember 2023   22:24 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Menurut penelitian psikologi, masa remaja dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga akhir usia belasan, ketika pertumbuhan fisik hampir selesai. Secara obyektif, situasi sosial, psikologis dan pendidikan remaja di negara kita sangat memprihatinkan. Mereka tidak hanya malas belajar, tetapi juga kurang memiliki kebiasaan belajar yang teratur, tidak membuat catatan pembelajaran yang lengkap, tidak mengerjakan pekerjaan rumah ( PR), banyak bermalas-malasan, sering menunggu bocoran ulangan/ujian dan curang untuk mendapatkan nilai bagus.

        Ada dua faktor yang menyebabkan remaja malas belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Pertama, fakor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri.Rasa malas yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh kurangnya motivasi. Motivasi ini mungkin belum berkembang, karena anak belum mengetahui manfaat belajar atau tidak ingin mencapai apa pun. Selain itu, kelelahan saat beraktivitas dapat menyebabkan penurunan performa fisik dan buruknya kesehatan mental. Misalnya, bermain terlalu lama atau membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah dapat menurunkan kemampuan fisik anak.

        Perubahan fisik biologis berperan aktif dalam mempengaruhi perilaku remaja. Pada masa ini terjadi perubahan drastis pada organ reproduksi, seperti timbulnya menstruasi pada remaja putri, munculnya jakun, dan tumbuhnya kumis pada remaja laki-laki. Pada usia ini terjadi pertambahan tinggi dan berat badan secara fisik, namun perkembangan reproduksi lebih dominan. Hormon-hormon inilah yang menyebabkan munculnya gairah seksual. Dan seperti yang telah dijelaskan di atas, aspek psikologis yang timbul dari perubahan fisik tersebut menyebabkan mereka sangat memperhatikan tubuhnya dan membentuk opini sendiri tentang seperti apa tubuhnya. Perhatian berlebihan terhadap faktor fisik kemungkinan besar akan mempengaruhi minat dan motivasi belajar remaja. Orang tua dan guru perlu peka terhadap perubahan dramatis dalam struktur fisik, emosi, dan perilaku pada usia ini dan memberikan pemahaman komprehensif tentang tindakan positif yang harus dipilih.

        Kedua, faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak remaja.Penyebab rasa malas juga mempunyai dampak yang tidak kalah signifikan terhadap kondisi anak dan remaja. Faktor eksternal dapat dilihat dari sudut pandang paradigma lingkungan (ekologi). Teori Brofenbrenner ini menyatakan bahwa perilaku manusia (termasuk perilaku malas belajar) tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan pengaruh interaksi dengan lingkungan luar.

        Mengenai faktor lingkungan luar individu, Bronfenbrenner membaginya menjadi beberapa bagian : Lingkaran pertama paling dekat dengan individu anak dan merupakan lingkungan mikro sistem yang terdiri dari keluarga,guru, sekolah,  teman bermain,  rumah, tetangga, taman bermain, dan lain-lain yang ditemui anak setiap hari. Lingkaran kedua merupakan interaksi antar unsur-unsur dalam suatu mikro sistem (orang tua dan guru, orang tua dan teman, antara teman, guru dengan teman, dan sebagainya) yang disebut meso sistem.

        Di luar mikro dan meso sistem, terdapat lingkaran ketiga yang disebut exo sistem, yaitu lingkaran yang lebih luar dan tidak mempengaruhi kepribadian anak secara langsung, namun tetap mempunyai pengaruh besar.Contohnya Keluarga besar, dokter, surat kabar, televisi, dan lain-lain. Lingkaran keempat adalah lingkaran yang paling luar sendiri yang disebut makro sistem yang terdiri dari ideologi nasional, pemerintahan, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan lain-lain.

        Penting untuk ditegaskan kepada generasi muda kita bahwa perilaku malas belajar sama tercelanya dengan perilaku zalim, tidak tahu berterima kasih, mementingkan diri sendiri dan munafik. Harus diakui hingga saat ini pendidikan agama di sekolah negeri belum mendapat porsi maksimal. Hal ini belum mencapai tingkat kognitif siswa. Pendidikan agama masih diajarkan sebagai formalitas belaka. remaja belum sampai pada titik di mana agama menjadi cara hidup mereka.

        Kemalasan juga kemungkinan disebabkan oleh kesalahan orang tua. Banyak orang tua percaya bahwa menyediakan pakaian, makanan, dan tempat tinggal sudah cukup bagi anak-anak mereka. Mereka lupa bahwa perhatian sama pentingnya dengan pakaian, makanan dan tempat tinggal. Perhatian yang dimaksud di sini meliputi: penyediaan fasilitas belajar, pelibatan orang tua dalam kesulitan yang mungkin dihadapi anak remaja, silaturahmi dengan guru dan teman anak, bentuk bantuan kita dalam belajar dan berdoa.

        Remaja paling bersemangat ketika orang tuanya terus-menerus mengingatkan mereka untuk belajar dengan kalimat “Ayo belajar” atau “Kenapa belum belajar, sudah selesai PR nya ?” dll. Jika orang tua selalu melakukannya dengan cara itu, itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Jika tidak berhasil, apakah berarti anak kurang semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, atau mungkin bingung bagaimana cara belajar yang benar?  ini adalah strategi pembelajaran dan Anda dapat mengajak anak untuk mendiskusikan masalah ini bersama.

Referensi :

Carpenter, Robert D. Cerdas: Cara Mengatasi Problema Belajar . Semarang: Dahara Publishing, 1991.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun