Mohon tunggu...
Zahrani Ulzannah brsinaga
Zahrani Ulzannah brsinaga Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

mahasiswa ilmu politik universitas malikussaleh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implikasi Kebijakan Negara Arab terhadap Konflik Israel- Palestina dalam Keamanan Regional

26 Juni 2024   12:10 Diperbarui: 26 Juni 2024   12:30 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: AFP/MAHMUD HAMS 

Suatu negara tidak akan terlepas dari konflik,karena berdirinya suatu negara dan melakukan kerjasama dengan negara lain tentunya ada juga konflik.Tidak hanya konflik terhadap satu negara dengan negara lainnya bisa juga pemerintah/negara dengan masyarakatnya,Konflik ini bisa terjadi karena adanya kaum kepentingan didalamnya yang memiliki tujuan yang berbeda-beda.Tidak hanya itu konflik juga bisa terjadi karena adanya bentrok antar dua negara baik secara fisik/non fisik,contoh konflik secara non fisik adalah mengumabr kebencian dimedia sosial dan konflik secara fisik contohnya adalah perang.Dapat dilihat negara Timur Tengah merupakan negara yang sering terjadinya konflik,negara-negara yang sering terjadi konflik seperti Iran,Irak,Mesir,Palestina dan negara Timur Tengah lainnya.

Konflik antara israel dan palestina ini adalah konflik yang sudah berlangsung cukup lama hingga saat ini,konflik ini dimulai pada abad ke19 yang mana muncul yang namanya gerakan Zionisme yang menyeruhkan terbentuknya negara yahudi di palestina yaitu negara israel dan masih bagian dari kekaisaran utsmaniyah.Negara Israel sendiri adalah negara yang didirikan atau yang sengaja di berdirikan untuk membuat negara-negara yang berada di Timur Tengah tidak hidup damai, gerakan Zionisme muncul di Eropa, dipelopori oleh Theodor Herzl, yang menyerukan pendirian negara Yahudi di tanah historis Israel.

Gelombang imigrasi Yahudi ke Palestina, yang saat itu bagian dari Kekaisaran Utsmaniyah.Meningkatnya ketegangan akhirnya menyebabkan Pemberontakan Arab. Ini berlangsung dari tahun 1936 hingga 1939.Pada April 1936, Komite Nasional Arab yang baru dibentuk meminta warga Palestina untuk melancarkan pemogokan umum. Ini menahan pembayaran pajak dan memboikot produk-produk Yahudi untuk memprotes kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi.Pemogokan selama enam bulan tersebut ditindas secara brutal oleh Inggris, yang melancarkan kampanye penangkapan massal dan melakukan penghancuran rumah. Hal itu menjadi sebuah praktik yang terus diterapkan Israel terhadap warga Palestina hingga saat ini.Fase kedua pemberontakan dimulai pada akhir 1937.

Dan konflik yang terjadi ini bukan merupakan konflik agama melainkan konflik perebutan wilayah yang dimana negara Israel menganggap wilayah Palestina adalah wilayah bagian merekan,Sehingga hal inilah yang menyebabkan negara batar yang memiliki kekuatan superpower ikut membantu kaum yahudi bahkan mereka juga mendirikan rumah yahudi dinegara mereka.Amerika dan Inggris merupakan salah satu negara yang ikut membantu Israel mulai dari membuat rumah yahudi,membantu dalam membiayain perang,pembelian senjatah dan lain sebagainya yang sudah pasti tujuannya ingin membuat negara Timur Tengah tidak terhindar dari konflik dan membuat wilayah Palestina menjadi wilayh Israel.

Negara Arab adalah negara yang mayoritas penduduknya berbicara bahasa Arab dan memiliki warisan budaya, sejarah, dan identitas Arab. Negara-negara ini sebagian besar terletak di Timur Tengah dan Afrika Utara. Mereka umumnya berbagi tradisi dan agama Islam serta merupakan anggota Liga Arab, sebuah organisasi regional yang mempromosikan kerjasama antara negara-negara berbahasa Arab. Contoh negara Arab meliputi Arab Saudi, Mesir, Irak, Yordania, dan Maroko.Negara Timur Tengah adalah negara yang sering terjadi konflik mulai konflik antara satu negara dengan negara lainnya maupun konflik pemerintah dan masyarakat. Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade, dan berbagai upaya untuk mencapai perdamaian telah menghadapi banyak rintangan. Kebijakan negara-negara Arab terhadap konflik ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap keamanan regional di Timur Tengah. Artikel ini akan membahas bagaimana kebijakan tersebut mempengaruhi dinamika regional dan stabilitas keamanan.

Kebijakan Negara-Negara Arab

1. Normalisasi Hubungan dengan Israel

   Beberapa negara Arab, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko, telah menormalisasi hubungan dengan Israel melalui perjanjian Abraham Accords yang ditengahi oleh Amerika Serikat. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat aliansi strategis melawan ancaman bersama, terutama dari Iran. Namun, normalisasi ini juga telah menimbulkan ketegangan dengan kelompok-kelompok pro-Palestina dan beberapa negara Arab lainnya yang masih mendukung perjuangan Palestina.

2. Dukungan Finansial dan Diplomatik

   Negara-negara seperti Arab Saudi, Qatar, dan Mesir telah memberikan dukungan finansial dan diplomatik kepada Otoritas Palestina (PA) dan kelompok-kelompok Palestina lainnya. Dukungan ini bertujuan untuk memperkuat posisi Palestina dalam negosiasi dengan Israel. Namun, perbedaan pandangan di antara negara-negara Arab mengenai cara terbaik untuk mendukung Palestina sering kali menghambat upaya kolektif untuk mencapai perdamaian.

3. Mediating Roles

   Mesir dan Yordania sering kali berperan sebagai mediator dalam konflik Israel-Palestina. Kedua negara ini memiliki perjanjian damai dengan Israel dan berusaha menjaga stabilitas di kawasan dengan memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang berseteru. Upaya mediasi ini penting untuk mencegah eskalasi kekerasan yang dapat berdampak negatif pada keamanan regional.

Adapun implikasi Terhadap Keamanan Regional

1. Stabilitas Politik

   Kebijakan normalisasi oleh beberapa negara Arab telah mengubah dinamika politik di Timur Tengah. Aliansi baru yang terbentuk dapat memperkuat stabilitas regional dengan menciptakan blok yang lebih kooperatif dalam menghadapi ancaman eksternal. Namun, hal ini juga dapat memicu ketidakpuasan dan protes di kalangan rakyat yang mendukung perjuangan Palestina, yang berpotensi mengganggu stabilitas domestik.

2. Militer dan Keamanan

   Perjanjian normalisasi sering kali mencakup kerja sama militer dan intelijen yang dapat meningkatkan kapabilitas pertahanan negara-negara Arab dan Israel. Ini dapat membantu mencegah konflik berskala besar dan menstabilkan keamanan regional. Namun, peningkatan aliansi militer ini juga dapat memicu perlombaan senjata dan ketegangan dengan negara-negara lain, terutama Iran.

3. Ekonomi dan Pembangunan

   Normalisasi hubungan membuka peluang untuk kerja sama ekonomi yang lebih besar antara Israel dan negara-negara Arab. Ini dapat memperkuat perekonomian regional dan menciptakan lapangan kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan stabilitas sosial. Namun, manfaat ekonomi ini mungkin tidak langsung dirasakan oleh populasi yang terkena dampak konflik, sehingga penting untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi juga mencakup dukungan bagi komunitas-komunitas yang terpinggirkan.

Konflik Israel-Palestina sendirir adalah konflik yang hingga sekaranh belum juga selesai,tidak hanya menyita seluruh dunia dan juga menyita perhatian organisasi-organisasi didunia.Tentapi konflik ini sudah pernah dibawah kerana organisasi PBB untuk diselesaikan secara dua negara dan dihadiri oleh negara super power lainnya,karena dibelakang Israel sendiri adanya negara Amerika dan Inggris yang selalu membiayai dan membantu Israel dalam berperang melawan Plestina dan juga sudah banyak negara yang nyuruh supaya Amerika tidak ikut campur.

Tetapi apa boleh buat usaha yang dilakukan itu gagal karena Amerika memiliki kepentingan didalamnya yang dimana membuat negara lain mengecap Amerika sebagai negara yang kejam dan juga banyak sudah negara islam yang ada di dunia memberikan bantuan mulai dari bantuan makanan,medis,dan lainnya.Tetapi Amerika sengaja memprovokasi Israel supaya mengebom tempa dimana palestina berlindung hingga negara terakhir yaitu negara rafah saja mereka rela untuk mengebom dinegara tersebut.Secara keseluruhan kebijakan negara-negara Arab terhadap konflik israel palestina menunjukan evolusi dari solidaritas tradisional menuju pendekatan yang lebih pragmatis dan strategis dengan dampak yang beragam terhadap  keamanan dan stabilitas regional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun