Hari ini, aku berdiri di tepi pantai, membiarkan angin laut menyapu wajahku. Gelombang yang datang dan pergi mengingatkanku pada perjalanan hidupku, penuh pasang surut, harapan dan kehilangan.
Setiap nafas yang kuhirup mengingatkanku pada momen-momen penting dalam hidupku. Nafas pertama yang kuambil saat lahir, menggenggam dunia baru yang penuh warna. Begitu banyak yang ingin kulakukan dan kulihat. Namun, tidak semua nafas itu mudah. Ada nafas berat ketika kehilangan orang yang kucintai, ketika mimpi-mimpiku hancur, dan ketika aku merasa terjebak dalam kebisingan kehidupan.
Aku ingat ketika aku berusia 12 tahun, melangkah pergi dari rumah untuk pertama kalinya. Dengan tas yang setengah besar, beserta beberapa kardus dan hati yang penuh semangat, aku berusaha menemukan jati diriku. Di kota baru, aku belajar bahwa hidup bukan sekadar mengikuti rutinitas, tetapi tentang pengalaman, tentang teman baru, tentang keberanian menghadapi ketakutan, dan tentang menerima setiap bagian dari diri sendiri.
Tepat pada tanggal 06 juli 2018 aku di antar oleh keluarga ke pondok pesantren yang bisa di bilang cukup besar dan terkenal, pada saat itu aku belum tau menau bagaimana kehidupan yang sesungguhnya, namun aku yakin aku bisa menjalaninya.
minggu pertama aku di pesantren banyak sekali hal-hal yang harus benar-benar aku terima, seperti makan seadanya, ngantri mandi, tidur di kasur tipis, dan pastinya tiap malam aku selalu rindu dengan abi umi. tapi di hati yang paling dalam aku tanamkan pemikiran untuk kuat, kuat menjalankan ini semua ntah akhirnya sampai kapan aku berada di lingkungan baru ini.
jangan tanya "apakah ini mudah..? atau "apa sangat sulit..?Â
karena Di balik setiap nafas, ada cerita. Saat aku merayakan keberhasilan, nafas itu terasa ringan, penuh rasa syukur. Namun, saat menghadapi kegagalan, nafas itu menjadi berat. Mengingat kembali perjalanan ini, aku sadar bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, telah membentuk siapa aku sekarang.
Dan tepat pada tanggal 24 februari 2024 saat yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba, dan cerita ini adalah awal dari perjalanan baru.
Hari ini, aku berjanji untuk lebih menghargai setiap nafas yang kuambil. Di balik setiap detak jantung, ada harapan. Di balik setiap nafas, ada cerita yang belum selesai. Aku ingin terus berjalan, menjelajahi, dan merangkul setiap pelajaran yang ditawarkan kehidupan.Â
dan tepat pada tanggal 22 agustus 2024 untuk kedua kalinya aku melangkah pergi dari rumah. Dengan sebuah koper besar, beserta beberapa kardus dan hati yang bisa diibilang sedikit sedih, aku berusaha menemukan jati diriku. Di kota baru, yakni kota SURABAYA, Alhamdulillah sebulan yang lalu aku dapat informasi menjadi salah satu santri yang lolos jalur beasiswa untuk melanjutkan belajar di perguruan tinggi universitas nahdlatul ulama surabaya.Â
bagiku kali ini adalah perjalanan yang begitu jauh, sampai umiku berkata "nak umi bahagia sekali, namun apa ini tidak terlalu jauh..? disini aku menjawab " mii semua sudah di atur oleh Allah, kakak yakin skenario Allah sudah tersusun indah.. pada akhirnya umiku meridhoi. dan aku diantar oleh keluarga ku beserta kakek nenek.
Menutup hari ini, aku merenung. Apa yang akan menjadi cerita berikutnya dalam perjalananku? apa tahun depan aku ke singapore..? atau kemesir..? atau bahkan mengelilingi dunia..? hmm.. Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, aku tahu, aku siap untuk menghadapinya, satu nafas pada satu waktu. dan aku jalani ini semua dengan niatan untuk bisa membahagiakan abi umi, guru2ku juga bisa bermanfaat untuk keluarga, agama, bangsa, dan negara...
untuk diriku dan kalian tetap semangat yaa,,,Â
saya zahra luthfiatudz dzakiah, salah satu mahasiswi dari universitas nahdlatul ulama surabaya prodi S1 gizi, dengan NIM 2330024007
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H