Mohon tunggu...
Zahra Laila
Zahra Laila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Proyek BRI di Myanmar Terhadap Kohesivitas ASEAN

8 Desember 2024   01:07 Diperbarui: 8 Desember 2024   01:15 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan pembangunan infrastruktur diperlukan di kawasan Asia Tenggara, terutama di negara berkembang. Harapannya, pembangunan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, perdagangan, dan daya saing. 

Pembangunan infrastruktur melalui proyek Belt Road Initiatives ini nyatanya tidak hanya berdampak pada meningkatnya konektivitas sesama negara anggota ASEAN, tetapi juga berdampak kepada Kohesivitas ASEAN.

  • Fragmentasi  Kebijakan dalam ASEAN

Keterlibatan negara-negara ASEAN dalam BRI seringkali didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing, sehingga menciptakan perbedaan pendekatan dalam hubungan dengan China. Sebagai contoh, Malaysia dan Myanmar memiliki pendekatan yang berbeda terhadap BRI. 

Malaysia cenderung lebih berhati-hati dalam mendukung proyek-proyek BRI, dengan mempertimbangkan risiko ketergantungan ekonomi yang berlebihan. Sebaliknya, Myanmar cenderung lebih bergantung pada Tiongkok karena kebutuhan investasi besar dan isolasi internasional akibat krisis domestik.

Ketidakharmonisan ini menciptakan kesenjangan dalam respons ASEAN terhadap BRI, sehingga sulit bagi ASEAN untuk mengembangkan pendekatan kolektif. Hal ini bertentangan dengan prinsip kohesivitas ASEAN, yang mengandalkan kesatuan dalam kebijakan dan tindakan untuk menjaga relevansi regional.

  • Ketegangan Geopolitik 

Myanmar menjadi titik strategis bagi China untuk mengamankan akses energi dan jalur perdagangan alternatif. Namun, keterlibatan China di Myanmar juga memicu kekhawatiran akan dominasi geopolitik, terutama dari negara-negara ASEAN lainnya yang lebih berhati-hati terhadap pengaruh China, seperti Vietnam dan Filipina.

Proyek-proyek BRI di Myanmar dinilai dapat memperkuat posisi China di kawasan, yang berpotensi mengganggu keseimbangan kekuatan  regional. Ketegangan ini dapat mempengaruhi kemampuan ASEAN untuk bertindak secara kolektif dalam menghadapi isu-isu strategis.

  • Dampak terhadap Solidaritas Regional

Ketergantungan Myanmar pada Tiongkok melalui proyek BRI berpotensi memunculkan kesenjangan antara negara-negara anggota ASEAN. Beberapa negara anggota mungkin merasa bahwa pengaruh China di Myanmar dapat mengancam kemandirian politik negara tersebut di kawasan.

Selain itu, pembangunan proyek-proyek BRI di antara negara-negara ASEAN dapat memunculkan persepsi bahwa manfaat BRI lebih banyak dirasakan oleh negara-negara tertentu, sementara negara lainnya tidak mendapatkan keuntungan yang sama. Ketimpangan ini berisiko memecah solidaritas regional, yang menjadi landasan utama ASEAN sebagai organisasi.

Sebagai contoh, negara dengan infrastruktur yang lebih baik dan posisi geografis strategis, seperti Malaysia dan Singapura, cenderung mendapatkan manfaat lebih besar dibandingkan negara-negara dengan kapasitas ekonomi yang lebih lemah, seperti Laos atau Kamboja. 

Munculnya dampak yang mungkin terjadi ini dapat memunculkan ketidakpuasan di antara anggota ASEAN, sehingga mengurangi rasa solidaritas regional. Perbedaan pandangan mengenai efektivitas BRI di kawasan yang ada juga dapat berpengaruh.

Beberapa negara memandang bahwa proyek ini dapat menimbulkan ketergantungan terhadap China di kawasan dan merupakan bagian dari strategi “debt trap” milik China. Disisi lain, proyek ini dipandang untuk meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN.

Dapat disimpulkan bahwa proyek BRI di Myanmar, seperti Pelabuhan Kyaukpyu dan Jalur Pipa Myanmar-Tiongkok, menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun, proyek-proyek ini juga menghadirkan tantangan signifikan bagi kohesivitas ASEAN, termasuk fragmentasi kebijakan, ketegangan geopolitik, dan risiko ketidakstabilan regional.

Untuk menjaga solidaritasnya, ASEAN perlu mengambil langkah-langkah proaktif dalam mengkoordinasikan kebijakan terkait BRI, memastikan transparansi, dan memperkuat kerjasama antarnegara anggota. Dengan pendekatan yang inklusif dan strategis, ASEAN dapat tetap relevan dan kohesif di tengah perubahan dinamika global.

---

Referensi:

Hanggarini, P. (2010). Interaksi China Dengan ASEAN: Antara Kepentingan Nasional vs Identitas Bersama. Jurnal Global Dan Strategis, 3(1), 19-320. https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Interaksi%20China%20dengan%20ASEAN%20-%20Antara%20Kepentingan%20Nasional%20vs%20Identitas%20Bersama.pdf

Poling, G. B. (2022, April 2). Kyaukpyu: Connecting China to the Indian Ocean. CSIS. Retrieved December 2, 2024, from https://www.csis.org/analysis/kyaukpyu-connecting-china-indian-ocean

Sebayang, R. (2019, May 13). Apa Itu OBOR, Jalur Sutra Modern China yang Jadi Polemik RI? CNBC Indonesia. Retrieved December 2, 2024, from https://www.cnbcindonesia.com/news/20190513181838-4-72178/apa-itu-obor-jalur-sutra-modern-china-yang-jadi-polemik-ri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun