Mohon tunggu...
Zahra Khalida
Zahra Khalida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

𝚿

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dari Keranjang ke Checkout: Literasi Digital sebagai Kunci Belanja Online yang Bijak

26 Oktober 2024   16:10 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:26 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Desain Dengan Aplikasi Canva

Dalam beberapa tahun terakhir, platform e-commerce telah memicu gelombang konsumerisme di kalangan masyarakat Indonesia. Fenomena flash sale, potongan harga besar, dan promosi limited-time offers menyebabkan banyak orang tergoda untuk membeli barang secara impulsif, sering kali tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya. Hal ini dapat dilihat saat kampanye belanja tahunan seperti "11.11" dan "12.12", di mana konsumen berlomba untuk mendapatkan diskon besar dengan harapan "tidak ketinggalan" kesempatan.

Salah satu contoh konkret dari kasus ini terjadi pada tahun 2023, ketika sebuah platform e-commerce melaporkan penjualan barang yang melonjak drastis selama kampanye diskon besar. Seperti Tiebymin, The Originote, Jennskin, & Skintific.

Banyak konsumen merasa tergoda oleh diskon yang hanya berlangsung beberapa jam, hingga rela memborong barang-barang yang tidak benar-benar dibutuhkan. Beberapa orang bahkan mengalami masalah keuangan akibat kebiasaan belanja yang tidak terkendali, berakhir dengan hutang kartu kredit dan kesulitan dalam mengelola anggaran rumah tangga.

Selain dampak keuangan pribadi, tren ini juga berdampak pada lingkungan. Belanja berlebihan sering kali menghasilkan produk-produk yang akhirnya tidak terpakai dan menambah limbah, baik dari kemasan maupun produk itu sendiri. Barang-barang yang dibeli dengan impulsif sering kali memiliki masa pakai yang pendek, baik karena kualitas rendah atau karena konsumen cepat kehilangan minat setelah tren berlalu.

Sebuah studi mengungkap bahwa generasi muda, terutama mereka yang lebih terdidik dan melek digital, cenderung lebih sering melakukan pembelian online. Selain itu, banyak dari mereka dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepuasan sesaat dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan emosional yang lebih dalam, yang akhirnya mendorong perilaku konsumtif.

Untuk mengatasi perilaku konsumtif yang tidak sehat ini, diperlukan pendekatan literasi digital yang lebih baik. Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga mencakup pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana teknologi mempengaruhi keputusan kita, termasuk dalam hal berbelanja. Berikut adalah beberapa bentuk literasi digital yang dapat diterapkan:

1. Memahami Teknik Pemasaran Digital

Pengguna internet harus memahami bahwa promosi seperti flash sale dan penawaran waktu terbatas dirancang untuk memicu rasa urgensi dan membuat mereka membeli lebih banyak. Dengan mengenali strategi pemasaran ini, konsumen bisa lebih kritis dalam menanggapi promosi dan menahan dorongan untuk berbelanja impulsif.

2. Manajemen Keuangan Digital

Penggunaan e-wallet dan fitur pembayaran digital yang memudahkan transaksi seringkali membuat pengguna lebih mudah tergoda untuk berbelanja. Aplikasi manajemen keuangan dapat membantu konsumen melacak pengeluaran mereka secara berkala dan memberikan peringatan jika belanja melebihi anggaran yang telah ditentukan. Dengan mengintegrasikan perencanaan keuangan digital ke dalam aktivitas sehari-hari, konsumen bisa mengontrol kebiasaan belanja dan terhindar dari perilaku konsumtif.

3. Konsumsi Berkelanjutan

Literasi digital juga dapat mengajarkan masyarakat tentang pentingnya konsumsi yang berkelanjutan. Masyarakat dapat diajari untuk memilih produk yang lebih berkualitas dan tahan lama daripada barang murah yang hanya dipakai sekali dua kali. Gerakan konsumsi berkelanjutan ini penting untuk mengurangi limbah produk yang merugikan lingkungan.

4. Filter Promosi yang Relevan

Menggunakan fitur filter pada platform e-commerce untuk menyaring promosi yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu konsumen menghindari terpapar oleh promosi yang tidak relevan. Dengan demikian, keputusan belanja dapat lebih rasional dan berdasarkan kebutuhan, bukan dorongan sesaat.

5. Pendidikan Konsumen Melalui Media Digital

Kampanye literasi keuangan dan belanja berkelanjutan melalui media sosial, podcast, atau webinar dapat meningkatkan kesadaran tentang bahaya konsumerisme berlebihan. Penggunaan media digital untuk menyebarkan informasi tentang keuangan pribadi yang sehat dan konsumsi bertanggung jawab sangat efektif di era digital saat ini.

6. Pemahaman tentang Algoritma Iklan

Banyak platform e-commerce dan media sosial menggunakan algoritma untuk menargetkan pengguna dengan iklan yang relevan. Pengguna harus paham bahwa iklan yang mereka lihat disesuaikan dengan kebiasaan browsing dan belanja mereka, sehingga mereka bisa lebih kritis dalam menghadapi promosi yang muncul.

7. Peningkatan Kesadaran Diri

Sebagai bagian dari literasi digital, penting untuk memiliki kesadaran diri terkait perilaku belanja online. Pengguna perlu mengidentifikasi motif emosional atau psikologis yang mendorong mereka untuk belanja, seperti kebosanan, stres, atau ingin tampil gaya di media sosial.

Kasus konsumerisme yang berkembang pesat di platform e-commerce menunjukkan betapa pentingnya literasi digital dalam membantu masyarakat menjadi konsumen yang lebih bijak. Dengan memahami teknik pemasaran yang manipulatif, memanfaatkan teknologi untuk mengelola keuangan, serta memilih produk yang berkelanjutan, konsumen dapat mengurangi dampak negatif dari perilaku konsumtif. Pendidikan literasi digital yang komprehensif dapat membantu masyarakat, terutama generasi muda, untuk memahami dampak dari perilaku konsumtif mereka dan bagaimana teknologi memainkan peran besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Dengan pemahaman ini, mereka diharapkan bisa lebih bijak dalam menggunakan platform e-commerce dan mengurangi perilaku konsumtif yang berlebihan. Literasi digital tidak hanya membantu individu menghindari masalah keuangan, tetapi juga berkontribusi pada pengelolaan sumber daya yang lebih baik dan lingkungan yang lebih sehat.

Sumber referensi :

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janis/article/download/52938/24607

https://online-journal.unja.ac.id/jpj/article/view/29900

https://marketplus.id/2021/10/28/mengatasi-dampak-negatif-belanja-online-begini-caranya/

https://gaya.tempo.co/read/1929584/5-kiat-mengurangi-ketagihan-belanja-online

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun