Mohon tunggu...
zahra kamila
zahra kamila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa uin syarif hidayatulloh jakarta fakultas dakwah dan ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembentukan Akhlak

28 November 2023   19:51 Diperbarui: 29 November 2023   11:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara masalah pendidikan akhlak sama saja dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, dan banyak  ahli yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Misalnya Muhammad Atiya al-Abrasi yang menyatakan bahwa pendidikan akhlak dan akhlak merupakan jiwa dan tujuan pendidikan Islam.

 Begitu pula dengan Ahmad D. Marimba yang berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan Islam sama dengan tujuan hidup setiap umat Islam, yaitu  menjadi hamba Allah,  hamba yang beriman dan beriman. Menyerah kepada Tuhan dengan menerima Islam.

 Namun sebelum itu, ada pertanyaan yang harus dipikirkan matang-matang: apakah moralitas bisa dibentuk. Jika ya, mengapa dan bagaimana?

 Jika tidak, apa alasannya dan  apa yang akan terjadi selanjutnya Menurut beberapa ahli, moralitas adalah naluri (galiza) yang dimiliki manusia sejak lahir, sehingga membentuk moralitas, hal tersebut tidak perlu dilakukan.

 Bagi kelompok ini persoalan moral adalah tentang sifat manusia, kecenderungan terhadap kebaikan dan sifat yang ada dalam diri manusia, serta bentuk hati nurani dan  intuisi yang selalu mengarah pada kebenaran.

 Dengan cara pandang ini,  akhlak akan tumbuh secara alami, meski tidak dibentuk atau diedit (ghair muktasabah).

 Kelompok ini juga berpendapat bahwa moralitas merupakan gambaran internal yang tercermin dalam perilaku eksternal.

 Tindakan eksternal ini tidak dapat mengubah tindakan internal. Misalnya, seseorang yang talentanya rendah, tidak serta merta naik.

 dan sebaliknya. Apalagi ada anggapan bahwa akhlak merupakan hasil  pendidikan, latihan, bimbingan dan perjuangan yang keras dan sungguh-sungguh.

 Faktanya, upaya pengembangan moral terus berlanjut secara lokal melalui berbagai lembaga  dan  metode pendidikan.

 Hal ini menunjukkan bahwa moralitas memang perlu dikembangkan.

 Dan pendidikan ini jelas membuahkan hasil berupa terbentuknya umat Islam yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menghormati orang tua, dan menyayangi sesama makhluk Tuhan.

 Sebaliknya, anak-anak dari ibu yang belum matang secara moral atau kurang dalam kepemimpinan, bimbingan, dan pendidikan dapat menjadi anak-anak nakal yang  mengganggu masyarakat atau melakukan berbagai tindakan tercela.

 Belum Dikembangkan Benar-Benar Perlu Dikembangkan Persyaratan Pelatihan Hal ini nampaknya semakin diperlukan, apalagi di saat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menimbulkan tantangan dan godaan.

 Misalnya saja di zaman modern ini, keberadaan perangkat komunikasi telah memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dengan segala sesuatu di dunia, baik dalam keadaan baik maupun buruk.

 Peristiwa baik dan buruk dapat dengan mudah dilacak melalui televisi, Internet, faks, dan lainnya.

 Ada juga banyak film, buku, dan tempat-tempat yang menggambarkan adegan amoral.

 Demikian pula, obat-obatan terlarang, alkohol, serta gaya hidup materialistis dan hedonistik kini semakin umum.

 Semua itu jelas memerlukan pembinaan moral.

 Dari penjelasan di atas  dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha sungguh-sungguh dalam mendidik dan melatih  berbagai potensi spiritual yang ada dalam diri manusia.

 Apabila program pendidikan dan pengembangan moral dirancang dengan baik dan dilaksanakan secara sistematis dan sungguh-sungguh, maka akan dihasilkan anak-anak dan manusia yang berakhlak baik.

 Inilah peran dan fungsi lembaga pendidikan.

 Oleh karena itu, pendidikan moral dapat diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh untuk membentuk anak melalui metode pengajaran dan pengajaran yang terprogram, sungguh-sungguh dan konsisten dilaksanakan.

 Perkembangan moral ini diungkapkan secara sasunsi.

 Moralitas itu adalah hasil usaha.

 Kata-kata Nurani, Hati Nurani dan Intuisi Prawat Fitrah diusung secara maksimal.

 Kepemimpinan tidak datang dengan sendirinya, potensi spiritual yang ada dalam diri manusia lahir melalui akal, nafsu, amarah dan nafshi dengan metode dan pendekatan yang tepat.

penulis: Zahra Kamila

dosen pengampu: Dr. H. Hamidullah Mahmud , LC, MA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun