Surakarta---Muktamar, mendengar namanya saja sudah membuat merinding membayangkan para warga persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiah yang berbondong-bondong meramaikan muktamar yang tahun ini diadakan di Surakarta. Termasuk juga Fajar dan Salma, sepasang suami istri yang berkendara berdua sejak subuh dari Boyolali.
Selain sebagai momen regenerasi bagi kepengurusan Muhammadiyah dan Aisyiah, Muktamar juga menjadi momen silaturahmi serta kolaborasi bagai seluruh warga persyarikatan mulai dari tingkat daerah bahkan hingga internasional. Kemeriahan ini tentu juga ditunggu-tunggu oleh para pencari rezeki terutama yang berada di Surakarta dan sekitarnya.
Perjalanan berjam-jam menuju Surakarta, tentu memakan banyak energi. Umbul-umbul muktamar yang dipasang sepanjang jalan menunjukkan bahwa para penggembira Muktamar telah berada di jalan yang benar. Dimulai dengan pembukaan di stadion Manahan yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, kegembiraan Muktamar berlanjut dengan diadakannya Muktamar Fair di De Tjolomadoe. Perjalanan menuju De Tjolomadoe, tempat wisata yang dulunya pernah beroperasi sebagai pabrik gula ini cukup melatih kesabaran karena para pengunjung harus berhadapan dengan kemacetan hingga berkilo-kilo meter jauhnya. Sepanjang jalan, ada ratusan bis yang mengantri menuju pusat bazar dan panggung hiburan---Muktamar Fair---mulai dari pelajar dari institusi Muhammadiyah dan Aisyiyah hingga para Kader senior yang telah sepuh pun masih tampak bersemangat meramaikan Muktamar Fair.
Sebelum memasuki area Muktamar Fair, bus dan mobil perlu diparkirkan di area lapang yang tak jauh dari lokasi Tjolomadoe dikarenakan parkir yang sudah keburu penuh. Sementara pengguna motor masih bisa memarkirkan kendaraan di taman sebelah kanan pintu masuk. Cukup berjalan lurus dari pintu masuk, akan kita temui papan pembatas berisi untaian kata mutiara dari tokoh Muhammadiyah dan Aisyiah. Sepanjang jalan menuju pintu utama Muktamar Fair ada banyak sekali pedagang kecil yang menggantungkan harapannya pada para pengunjung. Selain Muktamar Fair yang digelar dengan konsep luar ruangan, Muhammadiyah Innovation and Technology Expo (MITE) juga dilaksanakan di waktu bersamaan di dalam gedung Tjolomadoe.
Namun jika berjalan sedikit lebih jauh ke sisi kanan halaman parkir, menjauh dari kerumunan penggembira Muktamar, tepat sebelum pintu keluar pengunjung akan bertemu dengan Fajar dan Salma yang juga termasuk penggembira Muktamar. Tentu bahagia jika bisa menjadi jalan rezeki bagi mereka.
"Sudah dari pagi disini, tadi pagi di Manahan sampai jam 12, selesai pembukaan buru-buru kesini." Ujar Fajar sambil merapihkan barang jualannya. Mainan berbentuk tube unik yang panjangnya bisa disesuaikan dengan warna-warna terang dan lampu led warna-warni yang dapat menarik perhatian anak-anak kecil. Uniknya jika kedua ujung mainan ini dihubungkan maka akan bisa dijadikan sebagai 'mahkota' diatas kepala.
Itu hanya satu dari sekian banyak mainan yang pernah dijual oleh Fajar. Tren mainan  anak-anak tentu banyak berubah sejak tahun 2009, saat pertama kali ia mulai berjualan . Namun hingga kini pun ia masih bertahan menjual kesenangan pada anak-anak kecil. Mengikuti berbagai macam acara-acara yang diadakan di berbagai tempat yang berbeda untuk menjemput rezekinya walau harus menitipkan anak-anaknya pada kerabat dekat.
Sama dengan banyak orang lainnya, pandemi pun sempat mempengaruhi sumber rezekinya, Fajar tetap terus berusaha dengan mengerjakan apa saja yang bisa ia kerjakan demi menghidupi istri dan kedua anaknya.Â
"Oiya mbak, ngaruh banget. Pas pandemik itu kan ndak ada acara-acara, ndak bisa keluar rumah juga. Kerjanya ya apa saja yang bisa dikerjain."
Keadaan yang mulai pulih sejak pandemi 2 tahun lalu, kini mendongkrak kembali sumber rezeki Fajar dan Salma. Meski hanya bisa berjualan didekat jalan keluar yang jauh dari keramaian dan bukannya malah di alun-alun yang sudah lebih dulu diisi ratusan stan yang juga meramaikan Muktamar Fair.
 "Gaboleh jualan di dalam mbak, disini aja jualannya sembunyi-sembunyi. Kalau ada yang menegur ya kami pindah keluar tapi nanti kembali lagi. Yo masak mau nyari rezeki sedikit saja nda boleh, padahal ramai begini." tanggap mereka ketika ditanyai. Fajar terus tersenyum sambil tetap sigap merapihkan barang-barang jualannya.Â
Sosok gadis kecil menghampiri Fajar dan barang jualannya bersama sang ayah. Si gadis kecil memilih mainan berwarna ungu, menunjuknya sambil berjinjit kecil karena tak sampai, Fajar dengan senang hati mengambil dan langsung menyerahkan kepada sang pemilik baru, bisa dilihat dari senyumnya yang tidak sekalipun hilang. Sang tuan  yang baru pun nampak senang mengutak-atik mainan barunya.
Ada total ratusan stan yang memenuhi De Tjolomadoe, tapi tak ada petak kecil untuk penjual seperti Fajar yang pada akhirnya terpaksa berjualan jauh dari kerumunan. Jauh dari cahaya lampu yang menyoroti meriahnya Muktamar Fair. Meski begitu Fajar dan Salma tidak sendiri, ada banyak juga para pencari rezeki lain yang mengharapkan kemudahan demi memenuhi kebutuhan keluarga dirumah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H