Cyberspace adalah sebuah ruang yang tanpa otoritas, sehingga setiap orang dapat melewati batas yang seharusnya tidak ia lewati (batas hasrat, fantasi, kesenangan, gairah). Akan tetapi, tidak berarti tidak ada kekuasaan dan hegemoni di dalamnya. Meskipun di dalam ruang itu bebas otoritas, tetap saja ada pihak-pihak yang menginginkan kekuasaan, dominasi dan hegemoni di dalamnya, dan pihak-pihak lain yang dikuasai, dikendalikan dan didominasi. Meskipun secara prinsipil, cyberspace ini adalah sebuah ruang terbuka yang bersifat ruang publik. Arti lain dari cyberspace adalah istilah yang merujuk pada konsep kehidupan sosial yang tercipta dari komunikasi dan interaksi manusia melalui jaringan internet.
Dalam Barker (2000), konsep cyberspace melekat pada penggunaan istilah tempat "yang tidak ada dimanapun" dimana pesan-pesan elektronik berlalu lalang, transfer uang berlangsung, pesan-pesan digital pun ikut bergerak. Jadi konsep cyberspace itu adalah suatu tempat tanpa ruang, secara konseptual dimanapun ada keberadaan manusia, mereka tetap bisa terhubung. Bisa terhubung melalui kata-kata, data, status kekayaan, dan juga status kekuasaan yang menggunakan teknologi komunikasi dengan perantara gawai yang tehubung dengan internet.
Pandemi covid-19 ini membuat para pengusaha harus berinovasi agar produk yang mereka tawarkan tetap laku dan ramai akan pembeli. Jika biasanya toko offline mereka selalu ramai dengan para pembeli, namun dengan adanya pandemi membuat orang lebih berhati-hati untuk berbelanja bahkan keluar rumah untuk membeli makan. Para pengusaha tidak boleh kehabisan akal dan harus jeli dalam melihat adanya kesempatan bersaing dalam bisnis. Mayoritas masyarakat kita yang sekarang sudah memiliki handphone dan memiliki sosial media, para pengusaha banyak memanfaatkan sosial media untuk menjual dan menawarkan barang yang akan mereka tawarkan.
Virtual shopping adalah menjadi salah satu jawaban dari kesempatan itu sebagai sarana mereka dalam menjual dan menawarkan produk. Begitu pula dengan para konsumen, sudah sebagian besar konsumen mulai melakukan perjalanan mereka dalam berbelanja melalui sosial media, walaupun beberapa orang masih menganggap jika belanja di toko offline lebih nyaman. Para konsumen yang melakukan belanja melalui sosial media bisa tetap berada di dalam rumah dengan nyaman walaupun melalui daring bahkan tanpa harus dandan dan repot memilih baju untuk sekadar keluar rumah. Jualan di sosial media juga mempermudah para pengusaha dalam memamerkan berbagai macam produknya, salah satu sosial media yang sering digunakan untuk jualan dan belanja adalah platform instagram, seperti yang ditawarkan salah satu akun bernama @lozyhijab. Walaupun disini konsumen melakukan belanja secara daring, namun konsumen tetap bisa melihat langsung produknya melalui foto dan video yang mereka tawarkan.
Pihak toko bisa langsung terhubung dengan konsumen melalui sosial media, baik itu pesan teks ataupun video, konsumen sudah bisa dikatakan memulai perjalanannya terhadap virtual shopping melalui sosial media dari toko yang konsumen ingin kunjungi. Ketika sudah masuk sosial media dan terdapat pertanyaan seputar produk maupun seputar ketersediaan suatu barang, konsumen bisa dengan sangat mudah langsung menghubungi nomor yang tertera di sosial media produk dan biasanya dapat langsung terhubung dengan admin dari toko tersebut. Konsumen berkirim pesan hanya semudah untuk sekadar berkirim pesan dengan teman saja. Bahkan konsumen dapat melihat toko online yang jangkauannya bahkan hingga skala internasional.
Setelah konsumen menghubungi pihak toko, dari situlah toko memiliki kemudahan lainnya lagi. Pihak toko mendapatkan nomor target konsumennya tanpa harus bersusah payah untuk menggaet konsumen agar mengisi formulir yang mereka tawarkan agar pihak toko mendapatkan data dari konsumen. Disini konsumen itu sendirilah yang menghubungi pihak toko. Pihak toko juga dapat mengirimkan foto dan video langsung pada target konsumen yang sudah pasti. Tidak hanya toko yang memiliki keuntungan, konsumen pun mendapatkan keuntungan yang akan lebih eksklusif. Konsumen bisa melakukan transaksi dengan cepat, mudah, lebih nyaman, dan lebih pribadi tentunya.
Menurut riset dari perusahaan HERO GROUP, setelah konsumen melakukan pembelanjaan melalui online, 1 dari 3 konsumen akan tetap datang ke toko offline mereka, namun yang sisanya akan terus menambah barang yang konsumen masukkan ke keranjang untuk konsumen beli lagi di toko online pihak toko. Bahkan ketika konsumen yang datang ke toko itupun ternyata kehabisan barang yang mereka inginkan, pihak toko akan menyarankan kepada konsumen untuk melakukan pembelian secara online. Dengan konsumen membeli barang yang mereka inginkan melalui online, barang tersebut bisa langsung diantar sampai rumah konsumen dari tempat lain dengan selamat dan aman. Untuk perihal harga dan biaya antar pun konsumen tidak perlu mengkhawatirkannya, biasanya toko online akan memiliki diskon tersendiri yang biasanya tidak tersedia diskonnya jika konsumen melakukan belanja secara offline di toko. Begitu pula dengan ongkos kirim, biasanya toko online akan memberikan voucher gratis ongkir dengan melakukan minimal transaksi.
Begitulah kurang lebih pembahasan tentang bagaimana virtual online berjalan di cyberspace. Ada kelebihan dan keuntungan yang akan kita dapatkan. Kita juga dapat melakukan transaksi dari lokasi yang jika kita belanja datang langsung ke toko offline tidak bisa kita lakukan dengan mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H