Halo sobat! Seperti yang sudah kita tahu, saat ini kasus penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran virus HIV/AIDS masih merajalela di Indonesia. Dengan demikian masalah tersebut, tentu membuat resah masyarakat karena kedua persoalan penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS sudah ada sejak lama dan belum pernah terselesaikan.
Dikutip dari Jurnal Suara Pengabdian, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis. Zat atau obat-obatan ini jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (diminum, dihisap, dihirup dan disedot) maupun disuntik, dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sebenarnya Narkoba adalah obat legal yang digunakan dalam dunia kedokteran, namun dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan. Â
Dikutip dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB-LIPI) tahun 2019 angka prevalensi penyalahgunaan narkoba tingkat nasional setahun terakhir berada pada angka 1,80% dari seluruh penduduk Indonesia berumur 15 sampai dengan 64 tahun.Â
Angka setara dari angka prevalensi itu mencerminkan bahwa penyalahguna narkoba sebanyak 3.419.188 orang dari 186.616.874 orang penduduk Indonesia yang berumur 15 sampai 64 tahun. Dengan kata lain, rasio penyalahgunaan narkoba di Indonesia adalah 1:55 atau dari setiap 55 orang penduduk Indonesia berusia 15 sampai 64 tahun terdapat satu orang yang menyalahgunakan narkoba.
Narkotika atau biasa dikenal NAPZA jika dilihat berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dapat digolongkan menjadi 3 golongan: 1) Golongan Depresan (Downer), Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas). 2) Golongan Stimulan (Upper), Contohnya: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain. 3) Golongan Halusinogen, Contohnya: Kanabis (ganja).
Dilansir dari Alodokter, penyalahgunaan NAPZA umumnya terjadi karena rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu, pasien gangguan mental, seperti gangguan bipolar atau skizofrenia, juga berisiko menyalahgunakan NAPZA, dengan alasan untuk meredakan gejala yang dialami. Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan gangguan mental, faktor lain yang dapat memicu seseorang menyalahgunakan NAPZA adalah:
- Terpengaruh oleh teman yang juga pecandu NAPZA.
- Mengalami masalah ekonomi.
- Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual..
- Bermasalah dalam hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga.
- Tekanan kerja atau tekanan belajar.
Lalu bagaimana penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia saat ini? Dikutip dari Kumparan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuka data terbaru terkait dengan kasus HIV di Indonesia tahun 2022. Pada Juni 2022 total kasus HIV di Indonesia mencapai 519.158 kasus yang tersebar di berbagai provinsi. Provinsi DKI Jakarta punya kasus HIV terbanyak, jumlahnya sampai 90.956 kasus. Disusul Jawa Timur dengan 78.238 kasus, dan Jawa Barat 57.246 kasus. Selanjutnya ada Jawa Tengah dengan 47.417 kasus dan Papua dengan 45.638 kasus HIV.Â
Kemudian Bali dengan 28.376 kasus dan Sumatera Utara dengan 27.850 kasus. Disusul Banten dengan 15.167 kasus, Sulawesi Selatan 14.810 kasus, Kepulauan Riau 12.943 kasus, Kalimantan Barat 11.780 kasus, Kalimantan Timur 10.761 kasus, DI Yogyakarta 8.720 kasus dan terdapat pula di Papua Barat 7.587 kasus HIV, Riau dengan 7.435 kasus, Sulawesi Utara 7.370 kasus, NTT 6.975 kasus, Sumsel 5.963 kasus, dan Maluku 5.221 kasus.
HIV merupakan virus sitopatik, yakni sejenis virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit hingga dapat menyebabkan AIDS.Â
AIDS sendiri merupakan sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV yang tidak segera ditangani sehingga virus ini terus berkembang menjadi kondisi yang serius yakni kondisi yang mana penderita sudah berada pada stadium akhir dari infeksi virus. Pada kondisi ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. (sumber: Jurnal Suara Pengabdian, 2022).
Dilansir dari Alodokter, Penularan HIV/AIDS terjadi saat cairan tubuh penderita (bisa darah, sperma, atau cairan vagina), masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara berikut:
- Hubungan seks. Infeksi HIV/AIDS dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (seks anal). Meski sangat jarang, HIV/AIDS juga dapat menular melalui seks oral.
- Penggunaan jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV/AIDS adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV/AIDS. Penularan bisa terjadi jika berbagi pakai jarum suntik ketika menggunakan NAPZA atau saat membuat tato.
- Transfusi darah. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV/AIDS. Namun, kemungkinan terjadinya penularan ini cukup rendah. Hal ini karena sekarang pendonor darah harus melewati skrining HIV/AIDS dan infeksi lainnya terlebih dahulu.
Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.
Dikutip dari Halodoc, salah satu cara untuk menghindari penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Tentunya pola hidup sehat ini disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, kondisi Kesehatan, bahkan kebiasaan makan.
Langkah yang bisa diterapkan dalam menjalankan hidup sehat adalah:
- Mengkonsumsi makanan sehat dan bergisi seimbang. Tubuh kita memerlukan berbagai komponen yang terdapat dalam makanan. Seperti protein, karbohidrat, serat, mineral dan lain-lain.
- Rutin Berolahraga. Selain makanan, gerak tubuh juga sangat diperlukan untuk Kesehatan. Setidaknya, lakukan olahraga selama 30 menit setiap hari.
- Kelola stress dengan baik. Stress perlu dikelola dengan cara yang benar. Seperti meluangkan waktu untuk beristirahat dan melakukan suatu hal yang disenangi.
- Rutin memeriksa Kesehatan. Dengan rutin memeriksa Kesehatan, kita bisa mengetahui apakah gaya hidup kita sudah sehat atau perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk tahap selanjutnya.
- Istirahat yang cukup. Pastikan jam tidur selalu terpenuhi dan biasakan tidur dan bangun di waktu yang sama. Sehingga setelah tertidur, tubuh akan terasa segar dan siap untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Biasakan mencuci tangan dengan baik dan benar. Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang penting dan efektif untuk mencegah penularan infeksi. Tujuan dari cuci tangan untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis.
Demikian penjelasan terkait penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran virus HIV/AIDS hingga cara menerapkan pola hidup sehat tanpa narkoba dan tidak berganti-ganti pasangan atau melakukan hal negatif lainnya yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Sayangilah dirimu dan jauhkan diri dari NAPZA dan HIV/AIDS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H