Mohon tunggu...
Zahra Hayyu
Zahra Hayyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Melihat Legenda Masyarakat Gunung Kidul Dalam Film Pendek Lamun Sumelang

15 Januari 2022   11:13 Diperbarui: 16 Januari 2022   16:11 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film adalah suatu bentuk tayangan yang dapat membawa pesan melalui media kepada khalayak. Film dapat mengajak penonton menyerap suatu makna tertentu dengan melibatkan pengaruh latar belakang sosial yang dimiliki penonton. 

Menurut Turner (1988:3) dalam buku Menikmati Layar, Membaca (2016) menyatakan bahwa dalam film menyediakan aspek kenikmatan sebuah tontonan yang direpresentasikan di layar, didalamnya kita dapat mengenali bintang film, gaya dan genre. Singkatnya Turner ingin menyatakan bahwa film adalah cara membuat suatu konstruksi sosial dan budaya yang kemudian bisa diterima sebagai bagian dari hidup.

Film pendek "Lamun Sumelang" perdana tayang pada tanggal 19 Desember 2021 di kanal youtube Ravacana Films. Film bergendre horor jenaka ini mengisahkan legenda urban masyarakat Gunung Kidul. Kurangnya wawasan masyarakat setempat jaman dahulu membuat mereka lebih percaya pada dukun serta mitos-mitos yang beredar.

Mengisahkan Agus, seorang kepala keluarga yang ingin menyembuhkan penyakit anaknya dengan mencari tujuh orang untuk dibunuh sebagai tumbal. Agus memilih membunuh orang yang ingin gantung diri dengan cara menunggu hadirnya pulung gantung. 

Pulung gantung merupakan cahaya merah seperti bintang jatuh yang memberikan tanda bahwa ada orang yang ingin bunuh diri. Agus yang saat itu telah mendapatkan korban ke enam, membuatnya harus menunggu untuk mendapatkan satu korban lagi.

Film ini memberikan gambaran mengenai tradisi jaman dahulu mempengaruhi perkembangan masyarakat daerah. Masyarakat jaman dahulu sangat kental dengan tradisi leluhur. 

Penulis ingin menganalisi film ini menggunakan teori analisis semiotika Roland Barthes yaitu dengan mencari makna denotatif, makna konotatif, dan mitos untuk menganalisis.

Masyarakat jaman dahulu lebih percaya pada dukun.

Kurangnya pendidikan dan wawasan pada jaman dahulu membuat masyarakatnya sangat percaya pada dukun. Dalam film Lamun Sumelang, Agus yang ingin menyembuhkan anaknya dari sakit meminta bantuan pada dukun dan ia diminta untuk membunuh tujuh orang sebagai tumbal . 

Jelas juga dalam dialog para roh yang di bunuh Agus meyatakan bahwa itu merupakan syarat dari dukun yang didatangi Agus.Hal tersebut merupakan mitos, padahal jika dilihat-lihat anak Agus terkena penyakit Epilepsi.

Adanya mitos pulung gantung di masyarakat Gunung Kidul.

Masyarakat Gunung Kidul percaya bahwa adanya pulung gantung memberikan isyarat bahwa ada yang hendak bunuh diri. Bagi masyarakat setempat bunuh diri merupakan hal yang biasa. Dilansir dari Info Mojokerto (24/12/2021) pada tahun 2021 kasus bunuh diri di Gunung Kidul mencapai angka 38 kasus. 

Sebagian besar orang yang memutuskan untuk bunuh diri dikarena tidak kuat menghadapi cobaan selama hidup. Didalam film Lamun Sumelang sendiri digambarkan pada scene dimana akhirnya istri Agus memilih untuk bunuh diri karena tidak kuat melihat anaknya yang berbaring sakit, namun niatan tersebut diketahui Agus.

Film pendek Lamun Sumelang merepresentasikan bahwa kehidupan jaman dahulu di daerah Gunung Kidul tepatnya pernah mengalami masa tragis. Masyarakatnya banyak yang mengalami krisis ekonomi, kurangnya wawasan, serta masih sangat kental dengan tradisi setempat.

Zahra Hayyu Aprilia, Mahasiswa Universitas Ahmad Dalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun