Mohon tunggu...
Zahra Hasna
Zahra Hasna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Fokus saya saat ini adalah memperoleh pemahaman luas tentang studi kelautan, sekaligus mengembangkan keterampilan utama dalam kepemimpinan dan kerja tim melalui kegiatan sukarela dan organisasi. Saya sangat tertarik dengan pengalaman hubungan masyarakat atau penyelenggara acara serta saya menjadikan menyanyi sebagai hobi saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Identitas Bangsa di Era Digital: Transformasi Nilai Pancasila Melalui Algoritma Kebangsaan

14 November 2024   23:28 Diperbarui: 14 November 2024   23:46 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era digital membawa banyak perubahan, terutama pada cara masyarakat berinteraksi dan mendapatkan informasi. Meski memberikan banyak manfaat, era ini juga dihadapkan pada tantangan terkait nasionalisme dan identitas bangsa. Arus informasi global dapat mengikis nilai-nilai kebangsaan jika tidak disikapi dengan tepat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan inovatif untuk memastikan bahwa Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, tetap menjadi acuan moral dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu inovasi yang dapat diterapkan adalah dengan menciptakan algoritma kebangsaan yang bertujuan menyebarkan dan memperkuat nilai Pancasila dan semangat nasionalisme melalui berbagai platform digital.

Urgensi Mentransformasikan Nilai Pancasila di Era Digital

Sebagai panduan bagi masyarakat Indonesia, Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang perlu dipertahankan dan ditanamkan secara berkelanjutan. Saat ini, generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi membutuhkan cara yang relevan untuk mempelajari dan memahami Pancasila. Teknologi informasi, terutama media sosial, tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran dan penguatan identitas kebangsaan. Dengan demikian, algoritma kebangsaan dapat menjadi sarana efektif untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam dunia digital.

Algoritma Kebangsaan: Solusi Inovatif dalam Menyebarkan Nilai Kebangsaan

Algoritma kebangsaan adalah sebuah konsep di mana nilai-nilai Pancasila dimasukkan ke dalam algoritma pada platform digital. Tujuannya adalah agar konten yang ditampilkan kepada masyarakat, khususnya generasi muda, dapat memperkuat identitas kebangsaan dan mendorong mereka untuk mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa cara penerapan algoritma kebangsaan:

1. Pendidikan Digital Berbasis Pancasila

Penciptaan aplikasi edukatif yang mengajarkan nilai-nilai Pancasila melalui permainan interaktif, kuis, atau simulasi. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan interaktif, generasi muda dapat belajar nilai-nilai Pancasila tanpa merasa dipaksa, melainkan dengan ketertarikan pribadi.

2. Filter dan Penyebaran Konten Kebangsaan di Media Sosial

Algoritma pada platform media sosial bisa disesuaikan untuk mendeteksi dan menampilkan konten bertema nasionalisme, seperti sejarah Indonesia, tokoh-tokoh perjuangan, dan cerita inspiratif yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan begitu, algoritma ini dapat membantu menyaring dan menonjolkan konten yang mendorong rasa cinta tanah air.

3. Pengembangan Aplikasi untuk Diskusi dan Musyawarah Digital

Salah satu nilai Pancasila yang penting adalah musyawarah untuk mufakat. Dengan teknologi digital, kita dapat membuat platform yang memungkinkan masyarakat berdiskusi tentang isu-isu sosial dengan cara yang santun, toleran, dan saling menghormati. Ini bisa berupa aplikasi musyawarah digital atau forum online yang mendorong budaya demokrasi yang sehat sesuai dengan prinsip Pancasila.

4. Penyediaan Konten Pendidikan tentang Kebhinekaan dan Toleransi

Keberagaman suku, agama, dan budaya Indonesia adalah bagian integral dari Pancasila. Algoritma kebangsaan dapat membantu menyediakan konten yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan kebhinekaan, serta menghargai perbedaan. Ini dapat diterapkan melalui situs web, aplikasi pendidikan, atau platform media sosial yang didukung oleh pemerintah atau lembaga pendidikan.

Peran Kolaborasi dalam Membangun Algoritma Kebangsaan

Penerapan algoritma kebangsaan membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan komunitas teknologi. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa regulasi dan kebijakan yang mendorong perusahaan teknologi untuk menyertakan elemen kebangsaan dalam platform mereka. Sektor swasta, khususnya perusahaan teknologi, dapat berkontribusi dengan menciptakan fitur-fitur yang memungkinkan nilai-nilai Pancasila diinternalisasi dalam berbagai konten digital. Lembaga pendidikan, di sisi lain, dapat menggunakan algoritma kebangsaan sebagai sarana pendidikan yang mengajarkan pentingnya Pancasila secara kontekstual.

Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Algoritma Kebangsaan

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam menerapkan algoritma kebangsaan di antaranya adalah:

Kesenjangan Digital: Tidak semua masyarakat memiliki akses ke teknologi atau internet. Solusinya adalah dengan memperluas infrastruktur digital ke seluruh pelosok Indonesia sehingga lebih banyak masyarakat bisa menikmati manfaat algoritma kebangsaan.

Konten yang Tidak Relevan atau Tidak Bermakna: Algoritma kebangsaan harus dapat menyesuaikan konten yang ditampilkan dengan nilai-nilai Pancasila. Ini membutuhkan kerja sama dengan para ahli kebangsaan dan praktisi teknologi untuk memastikan bahwa algoritma kebangsaan menampilkan konten yang relevan dan bermakna.

Kritik terhadap Sensor atau Pengawasan Berlebihan: Algoritma kebangsaan harus diimplementasikan dengan tetap menghormati kebebasan berekspresi. Oleh karena itu, pengaturan algoritma ini perlu dilakukan secara transparan agar tidak dianggap membatasi kebebasan pengguna internet.

Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan Algoritma Kebangsaan

Setelah algoritma kebangsaan diterapkan, evaluasi berkala harus dilakukan untuk memastikan efektivitasnya. Umpan balik dari masyarakat, khususnya generasi muda sebagai pengguna utama, harus diperhatikan untuk perbaikan di masa depan. Hal ini akan memungkinkan algoritma kebangsaan untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan sosial serta kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

Kesimpulan

Di era digital yang penuh tantangan ini, penciptaan algoritma kebangsaan adalah salah satu langkah inovatif dalam mentransformasikan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, kita dapat menciptakan platform yang mendukung penyebaran nilai-nilai positif dan kebangsaan. Algoritma kebangsaan memiliki potensi besar untuk memastikan bahwa semangat Pancasila tetap hidup dan relevan di era digital.

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan dalam implementasi algoritma kebangsaan. Dengan adanya algoritma ini, kita bisa menjadikan Pancasila bukan hanya sebagai nilai yang dipelajari secara teori, tetapi sebagai nilai yang dijalankan dan dirasakan di tengah masyarakat. Algoritma kebangsaan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk membangun generasi yang berkarakter, cinta tanah air, dan siap menghadapi tantangan global tanpa melupakan identitas sebagai bangsa Indonesia.

Referensi

Angul, M. V. W. (2024). Implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Meningkatkan Rasa Nasionalisme Siswa SMP Negeri 22 Samarinda. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Psikologi, 1(2), 164-175.

Armawi, A. (2020). Reduksi Informasi Hoax di Era Digital Melalui Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. PKn Progresif: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Kewarganegaraan, 15(1), 1-13.

Fajri, I. N., Lestari, W. D., Naibaho, Y. P. C., Gulo, N. A. S., Gulo, A. S. S., Asbari, M., ... & Purwanto, A. (2022). Menumbuhkan jiwa nasionalisme pada generasi muda. Journal of Community Service and Engagement, 2(4), 1-11.

Feriyansyah, F., & Maharani, S. D. (2023). Pragmatisme Pendidikan Kewargaan Digital Dalam Kepungan Algoritma Suatu Refleksi Aksiologi. Jurnal Civic Hukum, 8(1).

Maryono, M. (2023). Implementasi Nilai Keharmonisan Bhinneka Tunggal Ika: Pembelajaran bagi pemilu dan Pilkada serentak 2024. Knowledge: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan, 3(2), 141-146.

Mukhtar, H., Rifaldo, M., Taufiq, R. M., & Rizki, Y. (2021). Peramalan kedatangan wisatawan mancanegara ke indonesia menurut kebangsaan perbulannya menggunakan metode multilayer perceptron. Jurnal CoSciTech (Computer Science and Information Technology), 2(2), 113-119.

Ramadhani, A. B., Halizah, F. N., Untari, H., Anggraini, M. S., Kristina, M. A., & Puspita, A. M. I. (2024). Transformasi Pancasila Di Era Digital: Peluang Dan Tantangan. Lencana: Jurnal Inovasi Ilmu Pendidikan, 2(3), 153-157.

Septian, A. B., Purwita, N. I., Barus, T. A. B., Hidayati, H., & Azimi, I. (2018). GARUDAKU: Aplikasi Pengenalan Pancasila untuk Anak Sekolah Dasar dengan Berbasis Multimedia. eProceedings of Applied Science, 4(2).

Sutadi, A. I. S., Irsan, M. M. F., Aulia, M. S., Az-Zahra, N., Susanti, S., & Nugraha, D. M. (2023). Rendahnya penerapan Sila Ke-2 Pancasila dalam penggunaan media sosial tiktok. Jagaddhita: Jurnal Kebhinnekaan dan Wawasan Kebangsaan, 2(2), 11-21.

Trisiana, A., Gifta, A. O., Fatmawati, A., Maharani, L., & Sari, S. P. K. (2023). Benturan Nilai Moral Pancasila terhadap Digitalisasi Era Disrupsi. Unisri Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun