Mohon tunggu...
Zahra Firdaus
Zahra Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Belajar

Pengagum pemandangan alam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Bermain pada Anak Usia Dini

20 Juni 2022   15:15 Diperbarui: 23 Juni 2022   19:06 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bentuk kegiatan bermain yang dilakukan anak perlu dipandang sebagai kegiatan yang memiliki manfaat positif bagi anak bukan lagi sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu yang dapat membuat anak menjadi bodoh. Karena tidak sedikit orang yang masih berpendapat bahwa sebaiknya tugas anak belajar dan tidak boleh bermain. 

Pernyataan atau mindset ini perlu kita ubah dengan memahami hakikat bermain bagi anak. Bermain bagi anak tidak lagi sekadar untuk mengisi waktu yang dimiliki anak, tetapi juga sebagai media bagi anak untuk belajar. 

Namun, bukan berarti orang tua atau guru membiarkan dan membebaskan anak-anak untuk bermain apa saja yang disukainya tanpa adanya pengawasan. Orang tua dan guru tetap harus mengarahkan dan memberikan pengawasan saat anak bermain, bahkan selektif dalam memilih permainan yang akan diberikan kepada anak supaya aktivitas bermain yang dilakukan dapat berdampak positif pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kegiatan bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari anak. Sebagian orang menyatakan bahwa dunia anak adalah bermain dan bermain adalah pekerjaan anak. Karena bermain merupakan suatu kegiatan yang secara alamiah telah dimiliki oleh setiap anak. Dengan bermain anak akan menemukan dunianya. 

Kegiatan bermain dapat mendatangkan rasa senang, gembira, sukacita, dan tantangan. Bagi anak kegiatan bermain adalah sesuatu yang menyenangkan yang dapat membawa anak pada proses belajar. Jadi tidak heran jika setiap hari anak-anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain.

Lalu, sebenarnya apa sih bermain itu? Bermain adalah suatu kegiatan yang menarik dilakukan secara sukarela tanpa paksaan bahkan tidak direncanakan terlebih dahulu dan didorong oleh kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh kesenangan. 

Bermain dapat menjadi sarana belajar yang tepat bagi anak untuk mengenal dan mempelajari banyak hal baru yang belum diketahuinya. Bermain   sambil   belajar merupakan  aktivitas  yang  dilakukan  oleh  anak  usia  dini  dengan   perasaan   senang,   tanpa   paksaan,   tetapi   memiliki   pola-pola   yang diharapkan  mampu  mencapai  perkembangan  baik  bagi  diri  anak (Wahyuni & Azizah, 2020). 

Melalui bermain anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya dengan menyenangkan tanpa merasa tertekan (joyful learning). Selain itu, lewat bermain anak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya tanpa takut merasa bersalah.

Anak usia dini merupakan anak yang berusia 0-6 yang sedang dalam proses perkembangan dan pertumbuhan serta memiliki potensi yang harus dikembangkan (Pratiwi, 2017).  

Pada rentang usia tersebut anak berada di masa keemasannya (golden age). Kegiatan bermain pada anak usia dini adalah sesuatu yang bermakna penting dalam menstimulasi aspek-aspek perkembangan yang dimiliki anak usia dini, meliputi aspek fisik-motorik, aspek kognitif, aspek sosial-emosional, aspek seni, aspek bahasa, dan aspek nilai moral dan agama.

  • Aspek fisik-motorik adalah kemampuan anak yang berhubungan dengan keterampilan fisik untuk melatih otot-otot dan mengontrol gerakan tubuh, baik gerakan kasar maupun gerakan halus. Gerakan dapat menyebabkan anak bermain dan dengan bermain anak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Kemampuan motorik terdiri dari kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik kasar adalah gerakan tubuh untuk menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar/seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya: kemampuan duduk, menangkap atau menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya. Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian/bagian tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih. Contohnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, menggenggam mainan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebaginya.
  • Aspek kognitif adalah kemampuan anak dapat berpikir, memahami, dan mengeksplor hal-hal di sekitarnya. Anak dapat mengenal dan lebih mudah menerima konsep-konsep dengan bermain. Perkemabangan anak usia dini menurut Slavin (1994) berada pada tahap pra-operasional memiliki karakteristik berpikir simbolik, berpikir simbolik, berpikir intuitif.
  • Aspek sosial-emosional melatih anak untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi, menyesuaikan diri dan melatih kepekaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Dari kegiatan bermain anak dapat belajar mengenal dan memahami, serta diri sendiri dan orang lain.
  • Aspek seni mencakup pemberian ruang berekspresi, pengembangan potensi kreatif dan imajinatif, peningkatan kepekaan rasa, menumbuhkan rasa percaya diri, dan pengembangan wawasan budaya
  • Aspek bahasa. Dalam bermain anak dapat melatih kemampuannya dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal dengan teman-temannya. Melalui aktivitas komunikasi perbendaharaan kosakata anak akan bertambah. Perkembangan bahasa dapat dilatih ketika anak mengutarakan pendapat/keinginannya dan memberi tanggapan terhadap temannya sebagai lawab bermainnya.
  • Aspek nilai moral dan agama mencakup perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan kebiasaan megenai hal-hal yang seharusnya dilakukan ketika berinteraksi dengan orang lain. Singkatnya mencakup kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku sesuai aturan yang berlaku.

Tahukah kamu bahwa banyak nilai positif dari aktivitas bermain yang dilakukan anak usia dini? Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bermain memiliki sejumlah nilai dan manfaat positif yang mendukung setiap tahap perkembangan anak usia dini, di antaranya:

  • Bermain sebagai sarana belajar anak.
  • Pengembangan berbagai aspek perkembangan anak.
  • Anak dapat mengeluarkan perasaan negatif, seperti pengalaman yang tidak menyenangkan/traumatik melalui bermain dan alat permainan yang digunakan. Contonya anak bermain perang pedang-pedangan untuk melepaskan perasaan negatif karena kesal dengan perilaku orang lain, dengan bermain seolah-olah anak sudah membalas perbuatan yang tidak menyenangkan yang ia terima.
  • Membantu anak memahami banyak konsep dasar seperti nama benda, warna, bentuk, ukuran, dan sebagainya.
  • Mengasah ketajaman panca indera anak.
  • Anak dapat mengembangkan dan mengeksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya.
  • Membangun karakter dan membentuk sikap dan kepribadian anak.

 Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan dan menarik bagi siapa pun terutama anak usia dini. Mengingat bermain merupakan kegiatan yang memberikan manfaat positif bagi anak, maka orang tua dan guru perlu memahami dan memfasilitasi tahap perkembangan anak dengan meluangkan waktu untuk bermainan bersama anak, sehingga mereka dapat melihat secara langsung bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Selain itu, orang tua juga bisa memberikan alat permainan edukatif kepada anaknya.

Referensi:

Pratiwi, W. (2017). Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Manajemen Pendidikan Islam, 5, 106–117.

Wahyuni, F., & Azizah, S. M. (2020). Bermain dan Belajar pada Anak Usia Dini. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 15(01), 161–179. https://doi.org/10.37680/adabiya.v15i01.257

Windayani, N. L. I., Dewi, N. W. R., Yuliantini, S., Widyasanti, N. P., Ariyana, I. K. S., Keban, Y. B., Mahartini, K. T., Daviq, N., Suparman, S., & Ayu, P. E. S. (2021). Teori dan Aplikasi Pendidikan Anak Usia Dini. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun