Dikalangan pelajar, belajar bukanlah suatu hal yang dianggap khusus lagi, justru kita diwajibkan untuk belajar agar mengetahui, memahami, dan dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang ada.Â
Proses belajar ini juga menjadikan pelajar terus berkembang dan merasakan bahwa pesatnya pengetahuan serta teknologi yang kian maju sehingga menyadarkan bahwa belajar menjadi salah satu kebutuhan yang penting karena membawa perubahan yang signifikan dalam beberapa aspek-aspek kehidupan dan penghidupan manusia.Â
Apabila menganggap belajar itu suatu hal yang tidak penting, tentunya individu tersebut akan mengalami kesulitan disaat ia harus menyesuaikan diri serta beradaptasi pada lingkunganya dan tuntutan hidup yang bisa berubah seiring waktu.Â
Sehingga, kegiatan belajar menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi selama umur kita. Pada dasarnya, belajar dilakuan oleh siapa saja, dimulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Akan tetapi aspek penting yang mendapatkan attention atau perhatian yakni konsep pada pendidikan orang dewasa atau disebut andragogi.
Selama proses belajar berlangsung, tentunya ada banyak cara dan strategi yang dapat digunakan untuk penyampaian materi kepada siswa siswi. Akan tetapi, pada umunya, guru mempraktikan kegiatan belajar mengajar dengan model menerangkan-menyimak. Guru menerangkan bahasan materi pembelajaran, sedangkan murid menyimak serta mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas.
Bagi siswa-siswi, dalam proses belajar dengan cara seperti tiu seringkali merasa bosan ditengah-tegah pemberian bahasan materi. Terkadang mereka terlihat fokus tetapi melamun, terkadang mereka hanya mendengarkan dengan tidak sungguh-sungguh sembari mencoret-coret buku catatan mereka, atau bahkan salah satu dari murid tersebut tidak segan untuk tidur, meninggalkan pembahasan materi kealam mimpi.
Hal tersebut menjadikan siswa tidak dapat belajar dengan maksismal bersama guru. Padahal guru sanat berpengaruh dalam proses pembelajaran orang dewasa. Karena guru ataupun tutor yang menjadi pengajar dalam proses pembelajaran membawa pengalaman serta pengetahuan mereka yang siap diberikan kepada peserta pembelajaran yang akan menghasilkan tujuan dari dilakukannya pembelajaran tersebut..
Terdapat banyak model serta metode yang dapat di aplikasikan guna mendukung proses pembelajaran pada orang dewasa agar suasana belajar terasa lebih menyenangkan dan segar, sehingga pelajar tidak merasa bosan dan lengah. Salah satu model yang dapat diterapkan oleh guru ataupun tutor kepada peserta belajar yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model belajar orang dewasa dimana siswa melakukan kerjasama dalam kelompok yang terdiri dari beberapa anggota yang heterogen, setidaknya dalam satu kelompok terdapat 4 sampai 5 anggota.Â
Konsep belajar yang seperti ini mempermudah siswa dalam memahami dan menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru atau tutor, dan dapat saling membantu teman yang lainnya agar bisa memahami materi pembelajaran. Sehingga, dengan begitu maka tercapailah tujuan pembelajaran tersebut.Â
Dengan pembelajaran kooperatif ini, siswa mampu dalam peningkatan akademik, dapat menerima setiap perbedaan dari temannya, dan menjadikan siswa tersebut memiliki  jiwa sosial yang tinggi. Ketiga hal tersebut juga tidak lain adalah tujuan dari pembelajaran kooperatif itu sendiri.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama, merupakan model pembelajaran dimana para siswa saling ertukar ide, pendapat atau gagasannya dan menemukan jawaban yang tepat. Pada pengaplikasian model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk saling berpikir bersama dengan kelompoknya. Dan pada setiap siswa di kelompok tersebut diberikan nomor dan memiliki kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
      Ada unsur-unsur yang terkandung paad mobel NHT ini, yakni
- Sintagmatis, dimana pada unsur ini pembelajaran NHT dilakukan dengan 6 fase, diantaranya :
- Fase 1 : Pemberian nomor.
- Fase 2 : Pengajuan pertanyaan.
- Fase 3 : Berpikir bersama.
- Fase 4 : Menjawab pertanyaan.
- Fase 5 : Kesimpulan.
- Fase 6 : Pemberian reward.
Prinsip Reaksi, yang menggambarkan pola perilaku  dalam memperlakuan siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangung. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, guru berpean sebagai fasilitator yang terlinat secara langsung dalam pembelajaran. Menerangkan tata cara dan bagaimaa konsep pembelajan NHT ini berjalan selama kelas berlangsung.
Sistem Sosial, guru tidak sepenuhnya menjadi pusat atensi saat KBM berlangsung, tetapi ada saatnya pusat itu teralih kepada siswa. Sistem sosial ini berjalan dengan menunjukkan sikap saling membantu antarteman dalam kelompok untuk mencari jawaban atas pertanyaan dari guru. Setiap siswa tentunya memiliki pendapat atau gagasannya sendiri, dan pada saat itulah mereka dapat saling memahami dan menghargai pikiran dari masing-masing anggota kelompok.
Daya dukung, untuk mendukung pembelajaran, tentunya lingkungan fisik harus dalam kondisi baik, nyaman dan bersih sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring. Dampak Instruksional ialah hasil belajar yang harus dikuasai siswa seperti kemampuan-kemampuan siswa setelah mendapatkan ataupun merampungkang pengalaman belajarnya.
Dari pembelajarn kooperatif tipe numbered head together ini, diharapkan siswa tidak lagi merasa jenuh, bosan ataupun merasa dirinya tidak dapat lagi memahami materi, karena pembelajaran seperti ini dapat mengasah cara berpikir siswa agar lebih responsif dan meningkatkan motivasi belajar.Â
Dan dengan diadakannya belajar kelompok seperti ini, siswa dapat berlatih disiplin dan bertanggung jawab dari setiap anggota kelompo, sehingga seluruh anggota bisa berpartisipasi aktif dalam berdiskusi.
Penulis : Ayu Rachmawati (Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H