Ketika remaja melihat lingkungan yang mayoritas mengadopsi suatu mode atau tren tertentu, ia akan mendapatkan tekanan untuk menyesuaikan diri sehingga terbentuklah perilaku ikut-ikutan (bandwagon effect). Remaja memiliki kemungkinan untuk mengalami ketakutan akan dikucilkan jika mereka berbeda sendiri dari anggota kelompok yang lain, karena akan terlihat aneh, kuno, atau ketinggalan zaman. Jadi, mereka akan mengalami konformitas dengan mengikuti apa yang dilakukan anggota kelompok lainnya untuk memastikan mereka mendapat penerimaan sosial. Selain itu, remaja sangat peduli bahkan tergolong cukup sensitif dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, sehingga tidak heran jika remaja rela menghabiskan energi dan uang untuk mempertahakan status relatif dan citra diri mereka karena adanya interpersonal influence.
Sementara itu, remaja mengalami banyak perubahan dari mulai perubahan fisik, sikap, perilaku, dan emosi. Salah satu perubahan itu ialah perubahan perilaku yang cenderung konsumtif (Sukari, Larasati, Mudjijono, & Susilantini, 2013). Karakteristik remaja yang mudah terbujuk rayuan dan masih labil, impulsif dalam berbelanja kurang realistis dalam berpikir, serta cenderung berperilaku boros yang menjadikan remaja lebih konsumtif (Mangkunegara, 2005). Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, gaya hidup remaja biasanya meniru teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Lewat gaya hidup, seorang remaja juga dapat menunjukkan citra diri dan status sosialnya ditengah-tengah masyarakat (Wagner, 2009). Menurut Bush, remaja merupakan salah satu kelompok yang sangat potensial bagi pemasar sebagai target pemasaran produk mereka, sehingga remaja tumbuh dalam budaya konsumerisme yang membuat remaja terlibat dalam perilaku konsumtif (Hylander, 2013).
Setelah mengetahui karakter remaja yang masih labil dan kurang realistis dalam berpikir, kita bisa menyimpulkan bahwa remaja memang sangat mungkin untuk ikut-ikutan mengadopsi suatu tren tertentu tanpa peduli alasan apa yang membuat mereka melakukan hal tersebut, di mana ini dapat menjadi masalah dengan membawa mereka menuju perilaku konsumtif. Seperti dalam contoh cara memakan es krim yang viral, sebenarnya tidak ada bedanya antara memakan es krim cone secara langsung dengan dihancurkan terlebih dahulu. Mereka justru harus membeli lebih banyak es krim jika ingin mengikuti cara memakan es krim viral tersebut, di mana uang yang dikeluarkan juga menjadi lebih banyak dan boros. Selain itu, berkaitan dengan tren cara berpakaian juga menjadi salah satu contoh nyata bahwa remaja sangat mudah terpengaruh oleh suatu tren. Dalam hal ini, mereka tidak dapat memberi batasan tentang keinginan dan kebutuhan karena bandwagon effect tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bandwagon effect menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja. Membeli sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan secara terus-menerus akan menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, remaja disarankan untuk lebih mempertimbangkan lagi jika ingin melakukan segala sesuatu, apakah itu kebutuhan ataukah hanya keinginan semata. Selain itu, remaja harus tetap berpegang teguh dengan prinsip masing-masing agar tidak mudah terpengaruh orang lain. Remaja hanya perlu menjadi diri sendiri dan tidak perlu mengubah diri hanya untuk bisa sesuai dengan harapan orang lain. Jika remaja telah mampu untuk mengendalikan dirinya, ia dapat terhindar dari pemborosan.
Referensi
- American Psychological Accociation. https://www.apa.org/. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Anggraini, R. T., Santhoso, F. H. 2017. Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja. Gadjah Mada Journal of Psychology Volume 3, No. 3 (halaman 131-140). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
- Azizah. 2016. Kebahagiaan dan Permasalahan di Usia Remaja (Penggunaan Informasi dalam Pelayanan Bimbingan Individual). Madrasah Ibtidayah Tarbiyatul Islam Kudus.
- Cherry, K. 2020. Bandwagon Effect as a Cognitive Bias. https://www.verywellmind.com/what-is-the-bandwagon-effect-2795895. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Dila, F. 2019. Hubungan antara Bandwagon effect dan Celebrity Worship pada Penggemar K-Pop. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
- Fadhila, S. 2020. Ikut Ikutan Tren Bukti Millenial Tidak Mau Disebut Ndeso – Penjelasan Bandwagon effect Dalam Psikologi. https://bumipsikologi.com/penjelasan-bandwagon-effect-dalam-psikologi/. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Hanurawan , F. (2014). Psikologi Kelompok . Serang : FTK Banten Press.
- Kaufman, J. The Personal MBA. https://personalmba.com/status-seeking/. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Linda, Bloom, C. 2017. The Bandwagon Effect “Are we going to think for ourselves?”. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/stronger-the-broken-places/201708/the-bandwagon-effect. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Malina, S. 2016. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Konformitas pada Komunitas Motor. Universitas Medan Area.
- Meinamo, A. E., Sarlito, W., & Sarwono . (2018). Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta: Salemba Humanika.
- Myers, G. D. (2010). Social Psychology. Teen Edition: McGraw-Hill Publication.
- Sari, Y. M. 2021. Cara Baru Makan Es Krim McD Viral di TikTok Sampai ke Thailand dan Korea. https://food.detik.com/info-kuliner/d-5774809/cara-baru-makan-es-krim-mcd-viral-di-tiktok-sampai-ke-thailand-dan-korea. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Suryanto. (t.thn.). Pengantar Psikologi Sosial. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.
- The Investopedia Team. 2020. Bandwagon Effect. https://www.investopedia.com/terms/b/bandwagon-effect.asp. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Wantiknas. 2019. Akses Digital Meningkat Selama Pandemi. http://www.wantiknas.go.id/id/berita/akses-digital-meningkat-selama-pademi. Diakses pada 29 Maret 2022.
- Wardana, E. H. 2021. Mengenal Konformitas : Perilaku ‘Ikut-Ikutan’ terhadap Orang Lain. https://psikologi.unnes.ac.id/mengenal-konformitas-perilaku-ikut-ikutan-terhadap-orang-lain/. Diakses pada 29 Maret 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H