Mohon tunggu...
Siti Nur Farihah
Siti Nur Farihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

hidup akan lebih berharga melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Grass Block Risaikuru, Karya Anak Negeri untuk Green City Indonesia Bebas Sampah Plastik

22 Agustus 2021   06:25 Diperbarui: 22 Agustus 2021   06:59 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah merupakan masalah yang menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar negara. Beberapa negara baik maju maupun berkembang setidaknya menghabiskan 40% anggaran tahunan untuk mengatasi masalah lingkungan akibat limbah. Salah satu limbah yang menjadi perhatian global adalah sampah plastik. 

Plastik merupakan salah satu bahan yang mengandung satu atau beberapa polimer berat dengan berat molekul yang besar. sehingga memerlukan waktu lama supaya terjadi peruraian (Jeevan et.al, 2019). Sejak tahun 2009 hingga 2017, permintaan plastik dalam skala global meningkat hingga 4% pertahunnya (Lili Jia, Steve Evans, and Sander van der Linden, 2019). 

Sampah plastik merupakan jenis sampah yang sulit terurai sehingga diperlukan penanganan khusus untuk mengatasi timbunan sampah plastik supaya tidak terjadi kerusakan lingkungan yang parah.

Mayoritas masyarakat masih enggan untuk meninggalkan budaya menggunakan plastik dalam aktivitas sehari-hari sehingga sampah plastik dan botol masih memiliki jumlah yang besar. Bahkan, sebuah studi mengatakan bahwa ada sekitar 8 juta ton plastik yang terbuang ke lautan akibat pengelolaan sampah di daratan yang buruk. 

Sampah plastik di Indonesia masih menunjukkan angka yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Bahkan, Indonesia menempati urutan ke-2 dengan sampah terbesar di dunia. Ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat hendaknya memperhatikan keprihatinan akan masalah persampahan dan kebutuhan pendekatan holistik pengelolaannya. Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan sampah yang tepat adalah manfaat bagi masyarakat, finansial ekonomi, lingkungan, industri, dan pihak yang berkepentingan.

Pada tahun 2020, Statistik Persampahan Indonesia oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa 47,3% sampah tidak terkelola. Persentase ini mewakili 17,7 ton sampah pertahun. Disebutkan bahwa timbunan sampah di kota Malang mencapai 659,88 ton per hari. 

Angka ini diperkirakan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (Pemkot Malang, 2018). Pengelolaan sampah membutuhkan biaya yang besar. Pemerintah Kota Malang sendiri menyatakan bahwa dalam operasional TPA membutuhkan dana sekitar 18 milyar hingga 19 milyar rupiah pertahunnya (Pemkot Malang, 2020). 

Dan hal ini diproyeksikan akan mengalami peningkatan akibat peningkatan pemakaian plastik dalam berbagai aktivitas. Mengatasi hal ini, peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 menyatakan bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh serta berkesinambungan dengan yang lain. 

Pengelolaan sampah terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah terdiri dari 3R yaitu mereduksi timbunan (reduce), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) (Umumsetda Kabupaten Buleleng, 2019).

Pengelolaan sampah yang efektif adalah dengan recycle sampah sebagai salah satu upaya dalam konsep zero waste. Usaha pengelolan sampah untuk mencapai zero waste sudah banyak dilakukan di berbagai dunia.. Upaya daur ulang dapat diterapkan dalam konsep green city yang memiliki pendekatan berupa konsep zero waste dan zero run off.  

Zero run off merupakan sebuah upaya supaya ruang terbuka hijau dapat melakukan pembuangan secara mandiri tanpa mengalirkannya ke tempat lain. hardscape yang disarankan dalam pembangunan RTH berupa paving block dan grass block. Beberapa studi literatur dan uji coba menunjukkan bahwa sampah plastik dengan berbagai jenis dapat diolah menjadi barang yang lebih berguna. Salah satunya adalah grass block.

Grass Block Risaikuru merupakan sebuah produk paving yang mendukung dua konsep sekaligus, yakni zero waste dan Zero run off dalam konsep Green City. Produk 5 sekawan mahasiswa Universitas Malang yang beranggotakan Siti Nur Farihah, Putri Nur'aini Hilaliyah, Salsabilatuz Zakiyah, Fikri Kurniawan, dan M. Andi Fauzi ini merupakan hasil luaran dari Program Kreativitas Mahasiswa oleh Kemdikbud Ristek yang dibimbing oleh ibu Nailul Insani, S.Pd. M.sc. 

Bahan baku pembuatan produk ini adalah sampah plastik dengan jenis PVC, PET, dan LDPE serta campuran sedikit pasir dan semen dengan rasio 3:1. Untuk menghasilkan satu biji grass block, setidaknya dibutuhkan 1 kg sampah dan 3 ons pasir dan semen.  

Terdapat 5 tahapan inti dalam proses pembuatannya, diantaranya adalah Melting, mixing, molding, immersioning, cooling. Melalui program ini, diharapkan dapat membuktikan dengan memotivasi bahwa sampah kini bukanlah masalah namun sumber untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun