Mohon tunggu...
Zahra C
Zahra C Mohon Tunggu... Mahasiswa - a student

Never stop learning.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa UB Teliti Potensi Piperin pada Cabai Puyang sebagai Balsam Nyeri Otot

5 Agustus 2021   20:30 Diperbarui: 5 Agustus 2021   20:46 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat mahasiswa Universitas Brawijaya memanfaatkan senyawa piperin pada buah cabai puyang (Piper retrofractum Vahl.) sebagai bahan baku utama pembuatan balsam untuk mengobati nyeri otot. Mereka adalah Moh. Rifky Rafinsyah Mulyono (Teknik Pertanian 2020), Zahra Cahya Ramadhani (Teknik Pertanian 2020), Annisa Nur Fitriani (Farmasi 2020), dan Ajeng Budi Purwati (Farmasi 2020) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai oleh Dikti.

Moh. Rifky selaku ketua tim mengatakan bahwa cabai puyang merupakan salah satu tanaman obat kaya khasiat tetapi pengolahan produknya belum bervariasi, umumnya hanya berupa jamu dan bumbu dapur. Apalagi, pada tahun 2019 harga cabai puyang kering untuk ekspor menurun sehingga ratusan ton cabai puyang hasil panen gagal diekspor. Padahal, permintaan pasar global terhadap cabai puyang justru semakin meningkat di tahun 2020, yaitu 249 ton dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya 48,9 ton. 

Cabai puyang mengandung senyawa piperin yang menciptakan efek pedas dan memiliki efek antiinflamasi. Cabai puyang juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati nyeri otot (myalgia) yang sering terjadi pada 30-50% masyarakat Indonesia tiap tahunnya. Zahra menunjukkan hasil penelitian dari suatu jurnal yang menyatakan bahwa nyeri otot banyak diderita oleh orang berusia di atas 75 tahun.

Nyeri otot dapat diobati dengan penggunaan analgesik (pereda nyeri), baik internal analgesik (obat oral/minum) maupun eksternal analgesik (obat topikal/luar). Jika dibandingkan dengan obat oral, maka obat topikal lebih dianjurkan karena dapat langsung bekerja pada bagian yang terdampak nyeri dan meminimalisir keracunan obat. Salah satu obat topikal yang banyak digunakan ialah balsam. Namun, balsam yang beredar di pasaran cenderung mengandalkan asam salisilat yang memberikan efek panas sesaat tanpa meredakan nyeri ke sumbernya. "Bahkan, menurut literatur yang kami baca, campuran asam salisilat dengan salep 1-15% dapat menyebabkan inflamasi yang diikuti pengelupasan kulit selama 2-14 hari," tambah Annisa. 

Berdasarkan kelemahan tersebut, keempat mahasiswa ini melakukan pengkajian mengenai bahan alternatif alami sebagai komposisi balsam yang efektif mengobati nyeri otot, yakni senyawa piperin pada cabai puyang. "Piperin cabai puyang merupakan senyawa terpedas di antara komposisi lain yang ada pada cabai puyang sekaligus mampu mengatasi peradangan. Hal ini didukung pula dengan sifat alami cabai puyang yang hampir tidak menimbulkan efek samping," jelas Ajeng.

Harapannya, penelitian terkait potensi pemanfaatan piperin pada cabai puyang menjadi balsam dapat dikembangkan lebih lanjut oleh keempat mahasiswa ini. Senyawa piperin pada cabai puyang diharapkan dapat menjadi komponen utama dalam pembuatan balsam yang efektif dalam mengobati nyeri otot, serta mampu meningkatkan nilai jual bagi para petani dan penggiat usaha melalui pemanfaatan cabai puyang yang lebih optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun