Setelah Ujian Nasional aku dan Tia harus berpisah dengan Desi yang meneruskan SMP nya di Bekasi, dan siapa sangka di SMP ku, aku bertemu lagi dengan ana. Awalnya memang sempat menjadi pikiran namun aku lagi lagi berusaha menyikapinya dengan cuek dan menjalaninya seperti biasa, namun ketika aku mendapatkan teman baru dan pertama, aku tidak menyangka dengan apa yang dia tanyakan padaku.
 "Ly bener? Kamu dulu pernah nyebuly orang?", Tanya Ratih teman pertamaku di SMP.
 "Hah?? Kamu denger dari mana?", Tanyaku.
 "Aku tau dari Ana, dia cerita katanya dia dulu dibuly kamu", jawabnya. Aku terkejut mendengar jawaban Ratih.
 "Nggak, itu gak bener, aku gak pernah buly ana, lagian waktu itu aku jadi saksi bukan tersangka, tapi itu juga kasusnya gak bener", jawabaku menjelaskan ke Ratih.
 Disini aku benar benar tidak menyangka bahwa ana akan menceritakan kejadian lama itu pada Ratih sahabat pertamaku dengan cerita yang berbeda, dari aku masuk ke SMP, aku sudah beritikad untuk tidak mengulas masa lalu dan membuka lembaran baru serta mencoba untuk tidak berurusan dengan segala yang berhubungan dengan ana. Namun kenyataannya di SMP dia mencoba bersaing denganku dan menceritakan peristiwa lalu ke teman temannya, sumpah aku benar benar tidak peduli apa yang dia katakan, dan apa yang orang orang pandang terhadap ku, dulu memang membuat ku kepikiran namun aku berusaha kembali menjadi diriku sendiri yaitu cuek.
 Dan ketika aku masuk SMA, aku, Tia dan Desi berkumpul lagi di sekolah yang sama. Dan ternyata di SMA ku ini, banyak teman teman SD ku, aku kira mereka akan menyinggung masalah dulu ternyata mereka lebih baik dari yang ku kira, mereka tidak ingin ikut campur masalah kami dan justru berteman seperti dulu lagi. Namun, pada awal awal kelas 10, ketika Desi bertemu Ana di koridor kelas, hal yang dilakukan ana benar benar mengejutkan kami bertiga.
 "Desiiiiii", seru ana pada Desi, dan tanpa diduga, ana memeluk Desi dengan erat.
 Aku dan Tia terkejut melihatnya apalagi Desi yang dipeluk ana, karena selama di SMP sampai saat ini, kalau aku atau Tia bertemu dengan ana, ana selalu mensiniskan kita atau bahkan dia mengkompori orang orang dengan sengaja menyapa dan mengajak ngobrol teman yang sedang bersamaku tanpa menyapa bahkan menoleh terhadap ku, tapi lagi lagi aku tidak peduli dengan segala tingkah yang dia lakukan, aku hanya fokus ke masa depan tanpa menoleh ke masa lalu.
 Di SMA aku dan Desi mencoba ikut seleksi keanggotaan OSIS dan ternyata siapa sangka yang awalnya coba coba, bisa di terima sebagai anggota OSIS. Di OSIS aku benar benar di didik untuk memiliki jiwa kepemimpinan, dan walaupun awalnya aku dan Desi merasa tertekan dengan segala peraturan dan didikannya namun aku sadar dengan didikan dari organisasi, aku jadi memiliki mental yang kuat, tahan banting, harus bisa bertanggung jawab dan belajar menjadi seorang pemimpin. Meskipun di SMA banyak duka dan tertekan dengan pelajaran yang makin sulit ditambah dengan kegiatan eksil dan OSIS, aku tetap bersyukur, karena dibalik itu semua ada banyak hikmah yang aku dapat dari mulai aku yang belajar menyikapi masalah dan berfikir secara dewasa dan adanya rasa kepuasan dari keberhasilan event OSIS, serta banyak sekali suka cita dari kebersamaan teman temanku.
 "Tok..tok..tok...", Suara ketukan pintu kamarku, membuat nostalgia ku terpaksa terhenti.