Mohon tunggu...
Zahra. Lia
Zahra. Lia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi melukis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mesin Waktuku

29 September 2022   20:05 Diperbarui: 30 September 2022   19:57 2296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  "Punten... assalamualaikum." Seru mamah ana.

  " Waalaikumsalam." Jawab ibuku sambil membuka pintu.

  "Punten mamah lyly, saya boleh nitip anak saya untuk nebeng dengan ayahnya lyly?." Tanya mamah ana.

  "Oh iyaa silakan, da ini baru mau berangkat." Jawab ibuku.

  "Nuhun nya mamah lyly." Seru mamah ana.

  Kami pun berangkat sekolah dengan memakai motor, aku duduk di depan dan ana di belakang, ada sedikit rasa cemburu saat ana duduk dan berpegangan pada ayahku. Namun aku tetap bernyanyi dengan senang selama perjalanan.

  Tidak terasa aku sudah menginjak kelas 5 SD, banyak suka duka yang aku dan sahabatku lalui. Namun banyak keanehan yang muncul, dari ana yang sering mencari perhatian kami, mengikuti kami dan yang tiba tiba mengangis. Pernah saat itu kami sedang menunggu yang lain selesai kelas di mobil jemputan, tiba tiba terdengar suara tangisan yang samar samar.

  "Hikss..hikss.." suara tangisan di depan duduk kami (posisi tempat duduknya saling berhadapan).

  Ku lihat sekitar ternyata analah yang menangis. Lalu kutanya

  "Kenapa na? Kenapa kamu menangis?".

  Diapun hanya menjawab dengan gelengan kepala. Sahabatku pun mulai menyadari bahwa ana menangis, mereka bertanya satu persatu tetapi jawaban yang samalah yang mereka terima. Akhirnya kami menghiraukannya, karena kami pikir dia butuh ruang untuk sendiri dan menangis. Kami pun keluar mobil dan bermain bersama. Datanglah om dan anak-anak lainnya yang baru selesai kelas, om bertanya pada kami ketika masuk ke mobil dilihatnya ana yang sedang menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun