Mohon tunggu...
Zahra Aulia Salsabila
Zahra Aulia Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030055 ILMU KOMUNIKASI UIN SUNAN KALIJAGA

Zahra Aulia Salsabila

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rombong Bakso Kampus yang Mengubah Jatuh Bangun Jadi Sukses: Kuliner Terjangkau di Manisrenggo Klaten yang Wajib Dikunjungi!

12 Juni 2024   20:24 Diperbarui: 12 Juni 2024   20:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (Foto tempat makan dan Pelanggan yang silih berganti)

Imam Syamsuri adalah seorang pengusaha kuliner yang kini dikenal sebagai tukang bakso dan mie ayam yang terbilang sukses di Manisrenggo. Dengan latar belakang ekonomi yang sederhana, Imam telah meniti kariernya dari bawah dengan semangat dan dedikasi yang tak pernah padam. Kisahnya bukan hanya sekadar tentang jualan makanan, tapi juga tentang keberanian untuk terus bangkit meski jatuh berkali-kali. 

Setelah lulus dari mondok di Sumatra selama 3 sampai 4 tahun, Imam Syamsuri memilih untuk melanjutkan kuliah sembari berdagang. Passion berdagang memang sudah tertanam kuat dalam dirinya sejak dini. "Berdagang itu passion saya sejak lulus SMA sudah berdagang, disamping karena suka berdagang, latar belakang ekonomi yang paling jelas," kata Imam. Dengan semangat yang menggebu, Imam memutuskan untuk kuliah sambil membawa rombong bakso. Di kampus, dia mungkin tidak dikenal karena prestasi akademiknya, tetapi namanya melekat kuat sebagai penjual Mie Ayam Bakso.

Ketertarikan Imam terhadap bakso bukanlah tanpa alasan. "Terinspirasi dari temen-temen dulu saya di pesantren hampir 70% orang tua temen-temen saya pengusaha mie ayam bakso dari Wonogiri," ujar Imam. Melihat kesuksesan orang tua teman-temannya, Imam pun termotivasi untuk mengikuti jejak mereka. Dengan tekad yang bulat, dia memulai usahanya dalam bidang kuliner, khususnya bakso dan mie ayam.

Imam bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Sejak awal merintis usahanya, dia telah mengalami jatuh bangun berkali-kali. "Berdagang sudah sangat lama tapi pasang surut, pindah tempat sudah 5 kali. Jadi dari awal bisa naik langsung bangkrut itu sudah biasa. Keliling habis modal keliling lagi, terus buka lagi itu sudah sampai 5 tempat yang penting jangan menyerah," kenangnya.

Bagi Imam, kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Setiap kali usahanya jatuh, dia bangkit kembali dengan semangat yang lebih besar. "Mungkin pedagang pengusaha sudah tau jatuh bangun jatuh bangun. Tapi yang jelas kalo semua sudah tau dunia usaha apalagi kuliner tidak akan meninggalkan usaha ini, karena kita dapat uangnya harian bukan gajian perbulan," katanya. Dia juga menambahkan bahwa dengan usaha kuliner, secara tidak langsung kebutuhan bumbu maupun makanan di rumah selalu terpenuhi.

Dalam menjalankan usahanya, Imam lebih mengedepankan kualitas daripada promosi besar-besaran. "Kalo menurut saya pribadi, berlandaskan pengalaman saya promosi paling utama itu promosi kualitas, jadi kalo promosi lewat media sosial pada awalnya tok, tapi setelah tau kualitas orang akan pergi sendiri, Jadi kita engga menggunakan promo diskon opening, Tapi menggunakan mulut ke mulut. Itu lebih dipercaya, apalagi jaman sekarang media sosial jarang percaya soalnya saking banyaknya iklan disitu, terus kita ada inovasi kita bisa lihat menu disana, Di manisrenggo sendiri mie ayam hotplate, mie ayam goreng, mie ayam tengkleng, bakso uleg, bakso lontong bakso, yang ada cuma disini." jelas Imam. Dia percaya bahwa promosi mulut ke mulut jauh lebih efektif dan terpercaya dibandingkan iklan di media sosial dan dibarengi dengan inovasi menu yang dapat menarik perhatian pembeli.

Di warungnya yang berada di Manisrenggo, Tepatnya di samping bengkel dekat Puskesmas Manisrenggo (utara jalan), Warung ini buka dari abis ashar sampai jam  11 hingga 12, Kadang jam 8 sudah tutup  jika memang ada event seperti Pasar Malam, dan hari-hari besar seperti Idul Fitri. "Rata-rata 100  porsi per hari, dengan pendapatan kotor kurang lebih sebesar delapan ratus lima puluh ribu, dan bersihnya sekitar tiga ratus lima puluh ribu, kecuali sabtu dan minggu" Jelas Imam.

Dokumen Pribadi (Foto Banner Harga)
Dokumen Pribadi (Foto Banner Harga)

Jika dilihat dari banner harganya, termasuk ramah dikantong seperti bakso biasa seporsi tujuh ribu rupiah, jika ditambah minum menjadi sepuluh ribu rupiah. Dalam satu mangkok bakso dengan harga tujuh ribu rupiah terdapat 6 bakso, dengan tambahan mie kuning, mie putih, lemak sapi dan dengan pelengkapnya yaitu seledri dan bawang goreng.

 

Dokumen Pribadi (Foto 2 porsi bakso biasa, dengan harga 7 ribu per porsinya)
Dokumen Pribadi (Foto 2 porsi bakso biasa, dengan harga 7 ribu per porsinya)

Imam menawarkan berbagai variasi mie ayam dan bakso yang unik seperti mie ayam hotplate, mie ayam goreng, mie ayam tengkleng, bakso uleg, dan bakso lontong. "Inspirasi dari temen, dari YouTube gitu," tambahnya. Dengan inovasi tersebut, dia berhasil menarik pelanggan dan membuat mereka kembali lagi.

Imam tidak pernah mengklaim bahwa dagangannya adalah yang terenak. Dia lebih memilih untuk mendengarkan tanggapan pelanggan dan menjadikan mereka seperti keluarga. "Kita ngga bilang tempat kita paling enak, jadi semua itu bisa kita lihat dari sikapnya pelanggan, kuliner itu terlihat kalo orang kembali berarti itu enak," tuturnya. Dia percaya bahwa hubungan yang baik dengan pelanggan akan membuat mereka merasa nyaman dan lebih sering datang kembali.

Salah satu momen berkesan bagi Imam adalah ketika pelanggan yang sudah seperti keluarga datang ke hajatan tanpa diundang. "Itu momen yang luar biasa, terus relasi yang paling penting," kata Imam. Relasi yang baik dengan pelanggan membuat usahanya semakin dikenal dan dipercaya.

Dokumen Pribadi (Foto tempat makan dan Pelanggan yang silih berganti)
Dokumen Pribadi (Foto tempat makan dan Pelanggan yang silih berganti)

Imam Syamsuri mengakui bahwa perjalanan usahanya penuh dengan tantangan. Namun, dia selalu berusaha untuk tetap optimis dan tidak terlalu terobsesi dengan kesuksesan yang berlebihan. "Untuk buka cabang, berjalan mengikuti waktu aja, yang penting kita mentalnya sudah jadi, jadi ngga terlalu obsesi, pengin gini gitu, disini misalkan kita bangkrut, yauda gapapa yang penting kalo masi bisa usaha ya usaha aja ngga terlalu terobsesi. Tapi kita menurut waktu aja, karena kita sudah banyak pengalaman kalo terlalu obsesi itu malah kekecewaannya itu  juga terlalu banyak. Butuh mental yang kuat dan yang penting konsisten" jelasnya. Baginya, yang terpenting adalah konsistensi dan mental yang kuat dalam menghadapi setiap rintangan.

Dia juga memberikan saran bagi para pemula di dunia kuliner. "Semuanya punya tips sendiri dan inspirasi sendiri, Tapi tips saya untuk para pedagang awalan, jangan terlalu banyak harapan ketika banyak harapan kekecewaannya terlalu dalam, terus kita sesuaikan jangan sampai kita berani berspekulasi sebelum kualitas yang kita jual itu mumpuni, jadi kita harus kualitas dulu" ujarnya. Menurutnya, kualitas adalah yang utama, dan kesuksesan akan mengikuti jika kualitas produk terjaga.

Imam Syamsuri sangat memperhatikan kualitas bahan yang digunakan untuk usahanya. Semua bahan yang digunakan dalam pembuatan bakso dan mie ayam diambil dari pasar tradisional seperti Pasar Prambanan dan Pasar Manisrenggo. "Untuk usaha ini menggunakan bahan yang fresh terus, Dari Pasar Prambanan dan Pasar Manisrenggo," tegasnya. Dengan menjaga kualitas bahan, Imam yakin bahwa cita rasa yang dihasilkan akan selalu memuaskan pelanggan.

"Bisa menjadi salah satu tempat ketika mahasiswa kehabisan uang karena harganya yang terjangkau yaitu Tujuh ribu rupiah, Baksonya besar-besar jadinya worth it, Penjualnya ramah dari tutur katanya sopan" Ucap Zulfa, Seorang Pendatang dari Salatiga yang berumur 20 tahun.

 

Dokumen Pribadi (Foto bareng dengan sepasang suami istri yang menjual bakso)
Dokumen Pribadi (Foto bareng dengan sepasang suami istri yang menjual bakso)

Kisah Imam Syamsuri adalah bukti nyata bahwa dengan tekad, kerja keras, dan konsistensi, siapa pun bisa meraih kesuksesan meski harus menghadapi banyak rintangan. Dari seorang mahasiswa yang berjualan bakso di kampus hingga menjadi pengusaha kuliner yang dikenal di Manisrenggo, perjalanan Imam penuh dengan inspirasi.

Dia berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang sedang merintis usaha dari nol. "Yang penting konsisten, mental harus kuat, dan jangan pernah menyerah," pesan Imam. Dengan prinsip tersebut, dia yakin bahwa setiap orang bisa meraih kesuksesan dalam bidang apapun yang mereka geluti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun