Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenalkan nama saya Zahra Aranda Rizal dari fakultas farmasi Universitas Hasanuddin. Pada artikel ini saya akan menjelaskan mengenai peran mahasiswa farmasi sebagai penyebar maklumat terkait vaksin Covid-19.
Pada akhir tahun 2019 dunia dihebohkan dengan sebuah penemuan virus terbaru yang berasal dari Hubei, China. Virus tersebut dikatakan cukup berbahaya dan penyebarannya begitu cepat. Coronavirus Disease 2019 atau yang sering disebut COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) menjadi peristiwa yang mengancam kesehatan masyarakat secara umum dan telah menarik perhatian dunia.
Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya, Hingga tanggal 20 April 2021, terdapat 672.240 kasus yang diakumulasikan dari pasien positif dirawat, pasien positif sembuh, serta pasien positif meninggal dan 10.604 jumlah kematian di seluruh dunia. Covid-19 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sebanyak 2 kasus. Data 20 April 2021 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi yaitu 1.614.849 kasus dan 43.777 kasus kematian. Selain itu perkembangan total pasien sembuh yaitu 6.728 orang.
Proses penularan COVID-19 kepada manusia harus diperantarai oleh reservoir kunci yaitu alphacoronavirus dan betacoronavirus yang memiliki kemampuan menginfeksi manusia. Kontak yang erat dengan pasien terinfeksi COVID-19 akan mempermudah proses penularan COVID-19 antara manusia. Proses penularan COVID-19 disebabkan oleh pengeluaran droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien terinfeksi pada saat batuk ataupun bersin. Droplet yang berada di udara selanjutnya terhirup oleh manusia lain di dekatnya yang tidak terinfeksi COVID-19 melalui hidung ataupun mulut. Kemudian droplet masuk menembus paru-paru dan proses infeksi pada manusia yang sehat berlanjut. Secara klinis, representasi adanya infeksi virus SARS-CoV-2 pada manusia dimulai dari adanya asimtomatik hingga pneumonia sangat berat, dengan sindrom akut pada gangguan pernapasan, syok septik dan kegagalan multiorgan, yang berujung pada kematian. Hal ini akan meningkatkan ancaman dalam masa pandemi COVID-19 sehingga jumlah kasus COVID-19 di masyarakat dapat terus meningkat.
Hal ini membuat Indonesia harus mengambil langkah cepat untuk menekan penyebaran virus Covid-19 ini. Beberapa langkah yang diambil oleh pemerintah saat ini adalah dengan melakukan Social Distancing kepada masyarakat dan sistem lock down serta dilaksanakannya program vaksinasi yang merupakan salah satu cara dari pemerintah untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
Vaksinasi merupakan pemberian vaksin yang merupakan zat yang sengaja dibuat untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh dari penyakit tertentu, agar nantinya tubuh dapat mengenali dan mampu melawan saat terkena penyakit tersebut, biasanya berupa bakteri atau virus yang dilemahkan atau sudah mati. Sebenarnya, sistem kekebalan tubuh bisa terbentuk secara alami saat tubuh sedang terinfeksi virus atau bakteri, namun untuk kasus infeksi virus Corona memiliki resiko kematian dan daya tular tinggi, sehingga diperlukan cara lain untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yaitu dengan vaksinasi.
Vaksin ditengah situasi pandemic seperti saat ini adalah garis pertahanan terakhir bagi keselamatan untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang telah menewaskan ribuan orang, manfaat yang dapat diberikan terkait vaksinasi ini begitu banyak, diantaranya adalah menurunkan angka kematian akibat Covid-19, karena vaksin covid-19 akan memicu sistem kekebaran tubuh sehingga, resiko untuk terinfeksi virus ini akan jauh lebih kecil, dengan begitu jumlah pasien yang sakit dan meninggal akibat Covid-19 akan menurun, selain itu ialah meminimalkan dampak ekonomi dan sosial, karena jika sebagian besar masyarakat sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, maka kegiatan terutama di sektor ekonomi akan kembali seperti semula.
Manfaat vaksin yang terakhir yaitu mendorong terbentuknya herd immunity, karena masyarakat yang terlah mendapatkan vaksin juga dapat melindungi orang-orang disekitranya terutama kelompok yang sangat berisiko tertular, serta ketika vaksinasi dilakukan secara massal maka akan mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity) dalam masyarakat, pada suatu penelitian dikatakan untuk mencapai herd immunity perlu dilakukan vaksinasi pada minimal 70% penduduk dalam suatu negara.
Dari beberapa calon Vaksin yang sedang diuji klinik baik di negara-negara di dunia maupun di Indonesia, telah muncul keresahaan-keresahan dari berbagai ahli di Indonesia. Keresahan tersebut yang dilontarkan ke public mengenai kecocokan tipe vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan virus yang ada di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat juga menjadi resah. Keresahan masyarakat sama seperti yang dipikirkan oleh banyak ahli virologi. Namun bagi masyarakat yang awam dengan informasi yang diperoleh baik melalui pendengaran dan penglihatannya tentunya pasti memengaruhi persepsinya terhadap Vaksin Covid-19. Di mana persepsi manusia akan memengaruhi sikapnya nanti terhadap vaksin itu sendiri. Yang pada akhimya akan memengaruhi perilaku masyarakat terhadap Vaksin.
Dalam arti bahwa ketika seseorang mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap vaksinasi dari vaksin yang sudah teruji nantinya, maka jelas akan terjadi penolakan terhadap vaksinasi untuk perlindungan terhadap SARS Cov.2. Dengan demikian, program untuk perlindungan dan pengendalian terhadap Covid-19 akan gagal.