Mohon tunggu...
Atiqah Zahra
Atiqah Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

menulis bebas, menulis randomm

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Psikopat Sulit Direhabilitasi?

5 Januari 2025   18:24 Diperbarui: 5 Januari 2025   18:33 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikopat adalah istilah yang seringkali kita dengar, tetapi mungkin masih banyak yang belum sepenuhnya memahami apa itu psikopat dan bagaimana cara mereka berfungsi dalam masyarakat. Psikopat merujuk pada individu yang memiliki gangguan kepribadian antisosial, di mana mereka cenderung menunjukkan perilaku yang tidak peduli terhadap norma sosial, kurangnya empati, dan kemampuan terbatas untuk merasakan penyesalan atau rasa bersalah.  Kiehl dan Hoffman mendefinisikan psikopati sebagai sekumpulan gejala psikologis yang biasanya muncul di awal masa kanak-kanak dan memengaruhi semua aspek kehidupan penderitaan, termasuk hubungan dengan keluarga, teman, pekerjaan, dan sekolah. Mereka juga mengatakan bahwa Psikopati sangat umum terjadi dibandingkan gangguan mental lainnya. Psikopati dua kali lebih umum daripada skizofrenia, anoreksia, gangguan bipolar, dan paranoia, dan hampir sama umum dengan bulimia, gangguan panik, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, dan narsisme.

Meski tidak semua psikopat adalah kriminal, gangguan ini sering kali dikaitkan dengan tindakan yang melanggar hukum. Salah satu hal yang paling menarik dan sering menjadi perdebatan di kalangan para profesional kesehatan mental adalah mengapa psikopat begitu sulit untuk direhabilitasi. Untuk memahami hal ini, kita perlu melihat berbagai aspek dari gangguan psikopat dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses rehabilitasi mereka.

1. Ciri-ciri Psikopat yang Memengaruhi Rehabilitasi

Salah satu alasan utama mengapa psikopat sulit direhabilitasi adalah karena ciri-ciri kepribadiannya yang mendalam dan sulit berubah. Psikopat cenderung memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakan mereka dari individu dengan gangguan kepribadian lainnya. Beberapa ciri ini termasuk kurangnya empati, ketidakmampuan merasakan penyesalan, dan ketidaksadaran terhadap dampak perilaku mereka terhadap orang lain.

Kurangnya empati adalah salah satu karakteristik yang paling menonjol pada psikopat. Mereka tidak merasakan kesedihan atau penderitaan orang lain, yang membuat mereka tidak memiliki dorongan moral untuk berhenti melakukan perilaku merugikan. Misalnya, mereka bisa melakukan tindakan kekerasan atau manipulasi tanpa merasa bersalah. Ketika mereka tidak merasa bersalah atas tindakan mereka, bagaimana mereka bisa disarankan untuk berubah? Tanpa kesadaran akan akibat buruk dari perilaku mereka, psikopat tidak merasa perlu untuk berhenti atau memperbaiki diri.

Selain itu, psikopat cenderung sangat manipulatif. Mereka pintar berbicara dan mampu meyakinkan orang lain untuk mengikuti kehendak mereka. Dalam sistem rehabilitasi, psikopat sering kali bisa memanipulasi petugas atau konselor untuk mengesankan bahwa mereka sudah berubah, padahal kenyataannya mereka hanya berusaha mendapatkan manfaat atau keuntungan pribadi. Keberhasilan rehabilitasi sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengakui kesalahan dan ingin berubah, tetapi psikopat cenderung tidak memiliki motivasi internal yang kuat untuk berbuat demikian.

2. Ketidakmampuan untuk Membangun Hubungan Sehat

Rehabilitasi yang efektif sering kali melibatkan pembentukan hubungan yang sehat dan positif antara individu dengan konselor atau petugas rehabilitasi. Hal ini membantu individu untuk merasa dihargai dan mendapat dukungan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, bagi psikopat, membangun hubungan yang sehat menjadi sangat sulit. Psikopat cenderung terisolasi secara emosional dan tidak mampu membangun ikatan yang tulus dengan orang lain. Mereka tidak merasa terhubung dengan orang lain secara emosional, dan ini sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk merespons program rehabilitasi dengan baik.

Pentingnya hubungan yang penuh kasih sayang dan pengertian dalam proses rehabilitasi tidak bisa diabaikan. Orang yang terlibat dalam rehabilitasi harus merasa didengar dan dipahami agar dapat membuka diri dan berkembang. Namun, psikopat, dengan keterbatasan mereka dalam merasakan empati, sering kali tidak mampu membuka diri. Mereka lebih cenderung menggunakan hubungan tersebut untuk keuntungan pribadi atau untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Ini membuat mereka kurang mampu untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam proses perubahan yang melibatkan kepercayaan dan keterbukaan.

3. Pengaruh Genetik dan Biologis

Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan biologis memainkan peran penting dalam perkembangan psikopat. Beberapa studi mengungkapkan bahwa psikopat memiliki perbedaan dalam struktur otak, khususnya di area yang mengatur emosi dan pengambilan keputusan. Misalnya, ada bukti yang menunjukkan bahwa amigdala, bagian otak yang berhubungan dengan pengolahan emosi, sering kali lebih kecil pada individu dengan gangguan psikopat. Ini dapat menjelaskan mengapa mereka tidak merasakan emosi dengan cara yang sama seperti orang lain.

Faktor genetik ini membuat rehabilitasi semakin sulit, karena gangguan ini bukan hanya hasil dari pengalaman atau lingkungan, tetapi juga terkait dengan komponen biologis yang mendalam. Jika psikopat memiliki kecenderungan biologis untuk tidak merasakan emosi atau menanggapi rasa takut dan penyesalan, maka proses untuk mengubah perilaku mereka menjadi jauh lebih rumit. Program rehabilitasi yang berfokus pada perubahan perilaku atau terapi berbasis emosi mungkin tidak seefektif pada psikopat dibandingkan dengan individu yang memiliki gangguan psikologis lain.

4. Kurangnya Kesadaran Diri dan Keinginan untuk Berubah

Salah satu aspek yang membuat psikopat sulit direhabilitasi adalah kurangnya kesadaran diri mereka. Mereka tidak menganggap diri mereka memiliki masalah yang perlu diatasi. Seringkali, psikopat merasa bahwa dunia yang tidak adil terhadap mereka dan bahwa tindakan mereka merupakan respons terhadap keadaan yang mereka hadapi. Ini membuat mereka kurang termotivasi untuk melakukan perubahan. Mereka lebih sering melihat diri mereka sebagai korban daripada sebagai individu yang perlu memperbaiki diri.

Dalam rehabilitasi, seseorang harus memiliki keinginan kuat untuk berubah dan memperbaiki perilaku mereka. Proses perubahan melibatkan pengakuan akan kesalahan dan usaha untuk menghindari perilaku yang merugikan orang lain. Namun, psikopat yang tidak merasa ada yang salah dengan diri mereka atau tindakan mereka tidak akan memiliki dorongan internal untuk berubah. Mereka mungkin tidak melihat perlunya rehabilitasi karena mereka tidak merasakan dampak dari perbuatan mereka, baik terhadap diri mereka sendiri maupun orang lain.

5. Pengaruh Lingkungan dan Pola Pengasuhan

Lingkungan dan pola pengasuhan juga dapat berperan dalam perkembangan psikopat. Banyak psikopat yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan, pengabaian, atau kekurangan kasih sayang. Namun, meskipun faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan psikopat, tidak semua orang yang tumbuh dalam kondisi buruk menjadi psikopat. Gangguan ini melibatkan kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan yang memengaruhi perkembangan kepribadian mereka.

Meskipun demikian, rehabilitasi yang efektif dapat lebih sulit dicapai pada psikopat yang berasal dari latar belakang yang penuh trauma. Program rehabilitasi mungkin mencoba untuk mengatasi masalah psikologis yang mendalam ini, tetapi karena psikopat sering kali menghindari atau bahkan tidak menyadari masalah mereka, perubahan yang diinginkan sulit tercapai. Lingkungan yang tidak mendukung atau bahkan memperburuk kondisi psikopat hanya akan memperbesar tantangan yang dihadapi dalam rehabilitasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun