"Itu butuh dana besar."
"Kita hutang negara tetangga!"
"Hutang kita sudah banyak!"
"Kalau begitu, biarkan saja mereka mati!"
"Bagaimana jika kita juga mati?"
"Kita lapor Presiden!"
***
Hari ke-71. Dari dusun-dusun terpencil hingga ke kota-kota besar yang dihuni gedung dan pabrik. Perempuan-perempuan menjadi janda, anak-anak menjadi yatim piatu, terminal-terminal kosong, pangkalan ojek sepi, hanya kesedihan yang serupa udara mengepung langit.
Dan satu-satunya lelaki yang masih hidup di hari itu hanya Pak Presiden. Wajahnya tampak pilu, menyaksikan negerinya kehilangan seluruh lelaki, termasuk anak dan cucunya.
Sebuah sentuhan lembut membuyarkan pikiran keruhnya. "Bapak jangan ikut mati ya!"
Pak Presiden menoleh, menggelengkan kepala. Tiba-tiba, dadanya terasa begitu sesak.