Mohon tunggu...
Zahra Vee
Zahra Vee Mohon Tunggu... -

Nasib kita ialah akibat, tidak semata menunjuk pada takdir. Karena kita adalah sebab. Blog pribadi: bilikzahra.WordPress.com zahra2508.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mitos-mitos Jawa

6 Maret 2016   18:15 Diperbarui: 6 Maret 2016   18:29 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda orang Jawa? Anda percaya mitos?

          Tak bisa dipungkiri. Meski di zaman serba canggih dengan teknologi tinggi seperti saat ini. Beberapa kalangan masyarakat tanah air—sesepuh Jawa khususnya, masih memegang kuat hal-hal yang dianggap tabu sebagai sebuah kepercayaan. Agak kurang masuk akal memang. Terlebih jika beberapa hal tersebut adalah sesuatu yang seharusnya tak perlu untuk menjadi sebuah kecemasan. 

          Anda pernah mendengar orang tua Anda—Jawa khususnya, melarang Anda—anak perempuan, untuk tidak berdiri, duduk, berdiam di tengah-tengah pintu? Nah, saya pernah. Dalih-dalih mereka mengatakan bahwa anak perempuan tidak baik berada di tengah pintu, karena akan menutup jalan jodoh untuk mendapatkan perjaka. (nah, apa hubungan pintu dengan perjaka?)

           Pada dasarnya tidak ada hubungan antara keduanya. Bahwa di sinilah yang disebut mitos, kepercayaan yang boleh percaya juga boleh tidak. Namun anehnya, mitos-mitos tersebut justru semakin melekat turun-temurun sebagai sesuatu yang memang (harus) dipercaya. Bagaimana mungkin, dengan sering berdiri di tengah-tengah pintu tiba-tiba saat menikah dapat duda? Bukankah jodoh adalah satu ketetapan Tuhan yang tidak dapat dirubah? 

           Namun percaya atau tidak, mitos tersebut sering juga menjadi kenyataan bagi si pelaku. (anggap saja memang sudah jodohnya dapat bekas orang kali ya. Ups!)

          Dan satu mitos yang sampai saat ini cukup membuat saya ketar-ketir antara percaya dengan tidak. Yaitu bahwa saudara tua—baik laki-laki atau perempuan yang ditinggal menikah duluan oleh saudaranya yang lebih muda, akan lama dan jauh jodohnya. Dan bisa-bisa akan sulit mendapatkan jodoh. (nah loh!)

         Apakah Anda percaya itu? 

         Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara—keduanya perempuan. Jarak kami hanya empat tahunan. Bahkan sosok adik saya yang lebih longgor—berpostur tubuh tinggi besar, bisa dikatakan nyalep—melebihi, saya. Dan yang lebih parahnya lagi, saat ini dia punya pacar, dan saya— (tidak bermaksud curhat loh). 

          Ada beberapa saudara atau tetangga saya, yang memang mengalami hal seperti mitos tersebut. Dia didului menikah oleh adiknya. Dan sampai si adik punya anak, si kakak masih melajang. Ngetan ngulon—ke timur ke barat, sendirian. Apakah ini akibat mitos tersebut? 

         Bisa iya, bisa juga tidak.

         Mungkin bagi mereka yang percaya, tentu kejadian tersebut berhubungan erat dengan pelanggaran mitos oleh si adik yang sudah kebelet kawin, eh..., nikah. Sehingga pada akhirnya kepercayaan itu menjadi semacam beban pikiran yang terbawa dalam tindak-tanduk nyata si kakak. Atau barangkali hal tersebut menjadi sebuah ketidakpercayaan diri dalam mendapatkan jodoh. 

        Dan bisa juga tidak. Setiap kita—manusia, yang terlahir di dunia sudah membawa catatan masing-masing; tentang jodoh, rezeki, atau bahkan kematian. Jodoh adalah sesuatu yang teramat-amat misteri. Orang sepintar apapun ilmunya, takkan dapat menebak tentang siapa yang akan menjadi jodoh untuk siapa. 

        Dan begitulah. Jika memang kebetulan seseorang yang didahului menikah oleh adiknya, kemudian lama, lama, dan lama sekali tidak juga bertemu jodohnya. Bisa jadi, karena Tuhan masih ingin membuatnya sendiri. Atau memang belum waktunya untuk menikah. 

        Jujur, saya sebagai anak tertua yang memiliki adik seumuran agak sedikit risau tentang mitos tersebut. Tidak mungkin dong, saya sebagai kakak harus menolak atau tidak mengizinkan adik saya jika dia sudah siap untuk menikah—menghindari zina? Otomatis saya juga harus memberikan restu untuk kebahagiaannya. Lalu bagaimana jika setelah itu, saya jadi berlama-lama jomblo?

         Namun di balik mitos-mitos Jawa itu—terlebih jodoh, saya lebih percaya. Bahwa tiap kita—manusia sudah memiliki pasangan masing-masing yang—bagi perempuan, ialah pemilik tulang rusuknya. Di mana tulang rusuk tersebut tidak akan pernah salah atau tertukar dengan pemilik tulang rusuk lainnya.

         Dan Kami menciptakan kalian berpasang-pasangan.(QS. An-Naba’ [78] : 8)

         Tentang jodoh, Wallahu Alam.

 

Nah, masih percaya mitos?

 

#Vee, 6 Maret 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun