Mohon tunggu...
Latifatus Zahro
Latifatus Zahro Mohon Tunggu... -

Belajar untuk menceritakan apa yang masih terlihat, terdengar dan apa yang dirasa!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hubungan Bunga, Kematian, dan Jarak Kita

5 Mei 2016   10:23 Diperbarui: 5 Mei 2016   10:45 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ke 66 semenjak kepergiannya. Kepergian seseorang yang berarti di hati. Bukan pergi untuk kembali, tapi pergi ke tempat seharusnya dia kembali, ke tempat Rab Sang Penciptanya.

Pagi ini dengan langkah mantap, dimulailah rencana hari ini. Saya hanya bilang hari ini kenapa? karena kata bijak yang masih saya gunakan adalah "Manfaatkan dan jalani cukup hari ini saja" karena memikirkan esok tanpanya, rasanya jujur amat berat. Dalam pandang agama mungkin saya sudah dicerca dan dimarahi karena saya dianggap tidak iklas dengan keadaan ini. Entah...sayapun belum tahu tentang iklas itu sendiri.

Memulai subuh lain dari biasanya, menuju rumah Sang Penyayang di dunia adalah tujuan kami. Jalan terlihat lengang dan sepi pagi ini. Dan kami menikmati ini, hening dan sepi.

Subuh pun berakhir dengan cepat dan dilanjutkan menuju pusara terakhirmu di dunia. Grogi dan canggung tiba-tiba merasuk di hati bercampur dengan rasa rindu tiada terkira kepadamu seseorang yang saya cintai selama di dunia ini. Sedikit membawa beberapa bunga kesukaanku.. "Krisan" dan beberapa mawar.

Dok.pri

Bunga...ada yang bilang tidak wajib membawa bunga ke sana, tapi dari beberapa sumber rasanya tidak salah jika saya membawa bunga untukmu. Sebelum berkunjung ke pusaramu beberapa sumber saya cari agar cara ini tidaklah salah, dan ada salah satu hadis yang menyatakan
"Dari Ibnu Umar, ia berkata 'Suatu ketika Nabi melewati sebuah kebun di Makkah dan Madinah lalu Nabi mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Nabi bersabda kepada para sahabat "Kedua orang (yang ada dalam kubur ini) sedang disiksa.

Yang satu disiksa karena tidak memakai penutup ketika kencing, sedang yang lainnya lagi karena sering mengadu domba'". Kemudian Rasululloh menyuruh sahabat unuk mengambil pelepah kurma, kemudian membelahnya menjadi dua bagian dan meletakkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat lalu bertanya, kenapa engkau melakukan hal ini ya Rasul?
Rasulullah menjawab: Semoga Alloh meringankan siksa kedua orang tersebut selama dua pelepah kurma ini belum kering (HR. Bukhari dari kitab Sahih al Bukhari, hlm. 1361) 

Filosofinya selama pelepah kurma itu masih segar maka pelepah kurma tersebut terus bertasbih kepadaNya sehingga meringankan siksa orang yang telah tiada. Adapun untuk menyirami kuburan dengan air yang dingin. Difilosofikan agar bunga atau apapun yang diletakkan di atas kuburan bertahan segarnya. 

Apapun itu setiap orang pasti mencoba memberikan yang terbaik untuk yang dicintainya. Dan Rab-pun pasti tahu tujuan setiap hambanya. Wallahu A'lam Bishawab

Semoga Sang Penyayang selalu menyayangimu di sana dan setiap orang pasti berusaha untuk lebih dekat dengan Rab-nya dengan cara masing-masing yang sesuai dengan syariat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun