Dari hasil analisis data, terlihat bahwa jumlah balita stunting mengalami fluktuasi dari bulan ke bulan. Grafik perkembangan jumlah balita stunting menunjukkan tren naik turun dengan angka tertinggi pada Juli 2024, di mana 65 balita masih masuk dalam kategori stunting. Meski demikian, ada peningkatan positif pada indikator status gizi, di mana rata-rata berat badan balita stunting pada pengukuran terakhir mencapai 10,64 kg, sementara rata-rata tinggi badan mencapai 85,04 cm.
Zahra juga menyoroti pentingnya perhitungan Z-Score untuk mengidentifikasi status gizi balita. Melalui Z-Score, indikator seperti BB/U (Berat Badan Menurut Umur), TB/U (Tinggi Badan Menurut Umur), dan BB/TB (Berat Badan Menurut Tinggi Badan) dapat diukur secara lebih akurat, sehingga intervensi gizi dapat dilakukan dengan lebih terfokus dan sesuai kebutuhan. Misalnya, balita dengan resiko berat badan lebih dihitung melalui Z-Score BB/U, sementara untuk balita dengan kondisi normal tinggi badan dihitung melalui Z-Score TB/U.
Hubungan Antara BB dan TB: Korelasi Positif yang Signifikan
Analisis yang lebih mendalam oleh Zahra menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara perkembangan berat badan dan tinggi badan pada balita stunting. Dengan koefisien korelasi Pearson sebesar 0,994 (99,4%), data menunjukkan bahwa setiap kali berat badan balita meningkat, tinggi badan balita cenderung ikut meningkat. Selain itu, koefisien determinasi (R) yang mencapai 0,987 menunjukkan bahwa 98,7% perkembangan tinggi badan balita dapat dijelaskan oleh perubahan berat badan mereka. Hanya sekitar 1,3% yang dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil ini menegaskan bahwa intervensi yang dilakukan melalui program PMT dan kegiatan posyandu memberikan pengaruh yang signifikan dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Desa Pakis.
Peningkatan Partisipasi dan Evaluasi Berkelanjutan
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memantau kesehatan balita melalui kegiatan posyandu mengalami peningkatan yang signifikan selama periode ini. Data menunjukkan bahwa jumlah balita yang diukur di posyandu terus bertambah setiap bulan. Dari 196 balita yang diukur pada Januari 2023, angkanya terus meningkat hingga mencapai 283 balita pada Juli 2024. Partisipasi aktif ini menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya memantau pertumbuhan dan kesehatan anak-anak mereka.
Dengan adanya data ini, Zahra berharap perangkat desa dan kader posyandu dapat memanfaatkannya untuk mengevaluasi program-program penanganan stunting yang ada, serta melakukan penyesuaian jika diperlukan. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa intervensi, seperti program PMT, dapat terus berjalan efektif dan memberikan dampak yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H