Kelurahan Manyaran, Semarang (26/07/2021) -- Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah merancang SKB (Surat Keputusan Bersama) yang berisi peraturan Pembelajaran Tatap Muka.Â
Janjinya pada tahun ajaran baru 2021/2022 sekolah diizinkan untuk melaksanakan Pertemuan Tatap Muka Terbatas dengan syarat seperti berlangsung secara dinamis dan tetap mempertimbangkan risiko kesehatan.Â
Semakin berjalannya waktu Indonesia terpantau adanya lonjakan kasus COVID-19 sehingga 1 Juli 2021 Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) khusus di pulau Jawa-Bali. Kebijakan PPKM darurat yang diperpanjang menjadi PPKM Level 4 berpengaruh besar pada gagalnya pertemuan tatap muka walaupun dilakukan secara terbatas.Â
Dari fenomena tersebut, Mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro ingin fokus memberikan sosialisasi dan intervensi untuk anak sekolah dini yang telah mengikuti Pembelajaran Daring selama Pandemi Covid-19.
Mengusung tema "Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19 Berbasis Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)"Â
Program ini telah dilaksanakan di minggu ke IV kegiatan KKN oleh Zahra Putri Fatika mahasiswi Psikologi UNDIP di daerah RT 04 Kelurahan Manyaran Kecamatan Semarang Barat. Sosialisasi dan pengenalan Intervensi Art Therapy dilaksanakan selama 3 tiga hari secara door to door untuk meminimalisir terjadinya keramaian di ruang publik.
Berdasarkan kabar yang beredar dan sesuai dengan kenyataan di lapangan, Pembelajaran Jarak Jauh memiliki pro dan kontra salah satunya adalah orang tua merasa kesulitan untuk mendampingi anak saat mengerjakan tugas disisi lain anak juga merasakan sempitnya kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi.Â
Ketika terdengar informasi bahwa sekolah tatap muka dibatalkan, artinya perlu ada perhatian lebih dalam menjaga kesehatan mental anak. Pada dasarnya usia anak sekolah dini sangat membutuhkan hiburan untuk bermain.Â
Melalui Intervensi Art Therapy diharapkan dapat membantu anak untuk meminimalisir tekanan dari tugas-tugas sekolah yang dapat memunculkan intensi kecemasan, anak dapat mengungkapkan emosi yang dirasakan, dapat menjadi media relaksasi yang menumbuhkan kreativitas, meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak untuk mempererat bonding.
Pelaksanaan program ini sangat child friendly, mudah untuk di terapkan pada anak-anak dan praktis dalam pelaksanaannya ketika dilakukan individu bersama orang tua. Intervensi ini di desain semenarik mungkin di mata anak-anak dalam bentuk booklet.Â
Selain banyak manfaatnya, booklet ini juga bisa digunakan sesederhana untuk melampiaskan rasa bosan anak selama di rumah.
Penulis : Zahra Putri Fatika -- Psikologi
DPL : Nuryanto, S.Gz., M.Gizi   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H