Mohon tunggu...
ZahraDekaFebriananda
ZahraDekaFebriananda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

Merendah untuk meroket

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Perjuangan

27 November 2021   14:40 Diperbarui: 27 November 2021   14:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

16 April 1916, di Korem Biak Utara, Papua lahirlah seorang bayi laki-laki mungil yang bernama Arabel Johannes Abraham Dimara.Hari demi hari ia lewati hingga beranjaknya ia dewasa.Ia melewati masa-masa perjuangan sebelum Indonesia merdeka.Johannes Abraham juga ikut serta dalam kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

        Di Ambon ia menamatkan pendidikan dasar pada tahun 1930, kemudian masuk sekolah pertanian di Laha sampai tahun 1940.Lalu ia melanjutkan sekolah pendidikan Injil.Dengan giatnya ia belajar hingga ia diangkat menjadi seorang guru di Injil di Pulau Buru.

        Ia sangat tekun dalam belajar.Semangatnya tak pernah padam.Bahkan sampai menggebu-gebu bak api yang membara.

"Akan ku korbankan segalanya demi negeri ku ini, sampai titik darah penghabisan ku pun ku perjuangkan demi bersatunya wilayah Irian Barat ke tangan Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya saat ikut serta dalam pengibaran Bendera Merah Putih pada tahun 1946 di Namlea,Pulau Buru.

        Pada tahun 1950 Johannes Abraham Dimara dijadikan ketua Organisasi Pembebasan Irian Barat (OPI) sekaligus anggota TNI.Kemudian, pada tahun 1954 ia melakukan infiltrasi yang menyebabkan ia ditangkap oleh tentara Kerajaan Belanda dan dibuang ke Digul.Selama 6 tahun ia berada di Digul,ia disekap dan dikurung oleh para tentara Belanda yang tidak menginginkan wilayah Irian Barat bersatu kembali ke tangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai akhirnya ia pun dibebaskan pada tahun 1960.

        Namun seorang Johannes Abraham Dimara pantang menyerah,ia tidak mengenal lelah.Tekadnya tetap bulat dan tidak bisa dirubah.Ia tetap bersikeras ingin menyatukan kembali Irian Barat dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

        Ia berkata pada masyarakat dengan penuh semangat "kita semua harus bersatu,jika kita dapat terpecah belah oleh mereka para kolonil Belanda, mereka akan merasa senang dan kita akan sengsara.Kita harus menyatukan tekad kita untuk menyatukan kembali wilayah kita ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia."

"Aku setuju dengan ucapan mu, kita tidak boleh terpecah belah kita harus bersatu dan berjuang bersama-sama dengan penuh semangat," ujar salah seorang masyarakat, yang kemudian disetujui oleh semua masyarakat.

        Ketika Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora, Johannes Abraham Dimara dijadikan contoh sosok orang muda Papua dan bersama Bung Karno ikut menyerukan Trikora di Yogyakarta.Dengan semangat yang tinggi mereka menyerukannya.

       Setelah saat itu Johannes Abraham Dimara dengan para tentara Irian Barat bertempur dengan para kolonil Belanda,dan terjadilah pertumpahan darah.

"Kami tidak menginginkan wilayah Irian Barat terpisah dari wilayah tanah air kami,kami menolak perpisahan ini!!!"

         Kemudian agar tidak terjadi lagi pertumpahan darah dan agar semuanya mendapatkan keadilan diadakanlah Akad New York.Ia dijadikan aib satu delegasi bersama Menteri Luar Negeri Indonesia.Inti dari akad itu yang belakang sekali nya mengharuskan pemerintah Kerajaan Belanda kepada bersedia menyerahkan wilayah Irian Barat ke tangan pemerintah Republik Indonesia.

        Mau tidak mau pemerintah Kerajaan Belanda harus menyerahkan wilayah Irian Barat ke tangan pemerintah Republik Indonesia.Sejak itu wilayah Irian Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

       Atas segala jasa-jasanya, bersama Dr. J. Leimena ia dibawa ke atas dijadikan Pahlawan Nasional Indonesia.Beberapa tahun kemudian Johannes Abraham Dimara menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 20 Oktober 2000 di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun