Mohon tunggu...
Zahra Wardah
Zahra Wardah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga yang hobi menulis

Selain menulis dan ngeblog (coretanzahrawardahblogspot.com), Zahra Wardah juga menekuni di dunia Layouter, Youtuber: Cerita Keren. Silakan singgah. Semoga harimu menyenangkan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Wanita Malam dari Desa (Bab 8)

31 Juli 2023   10:10 Diperbarui: 31 Juli 2023   10:16 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Mas mau membunuh aku, ya." Entah dapat keberanian dari mana mulutku mengeluarkan kata-kata itu.


"Mas! Lebih baik aku turun di sini saja. Dari pada copot jantungku." Aku merajuk dengan mengerucutkan bibir. Sepertinya memang aku harus menyerah.


"Tunggu. Sebentar lagi kita sampai." Kecepatan mobilnya masih belum turun juga. Setelah beberapa detik, kuda besi yang kami tumpangi baru berhenti di tempat parkir sebuah restoran besar. Ternyata Mas Walid mau membawaku makan ke sini.


Selepas membukakan pintu untukku, Mas Walid segera mengajakku masuk. Meski masih agak mabuk karena ngebut tadi, aku pun masuk mengekor Mas Walid. Kami pun duduk di sana. Tak berapa lama Mas Walid memanggil seorang pelayan untuk memesan makanan. Saat pelayan itu muncul, aku terbelalak.


"Mas Tejo?" lirihku. Mas Tejo pun tampak terkejut melihatku. Pandangan kami beradu untuk beberapa saat. Akan tetapi, Mas Tejo masih berusaha profesional. Dia melayani semua pesanan Mas Walid.


"Aku pesan seperti Mas Walid saja," ucapku seusai Mas Walid bertanya tentang menu makanku.
***


"Yati, itu siapa? Gebetanmu? Di saat Aisyah terbaring di rumah sakit, kamu masih sempat untuk pacaran. Begini sikapmu setelah bertemu Aisyah. Mana hati nuranimu?"


Nada bicara Mas Tejo agak meninggi. Aku celingukan, berharap tak ada orang yang dengar pertikaian kami terutama Mas Walid. Dia masih menunggu di mobil. Sementara itu, aku tadi izin ke kamar kecil. Sebenarnya untuk menemui Mas Tejo setelah tadi dia memberi kode bertemu di sana sebelum aku dan Mas Walid keluar dari restoran ini.


"Kamu salah paham, Mas. Ceritanya panjang."


"Sudah. Aku tak butuh penjelasanmu. Kamu adalah seorang ibu yang egois. Permisi. Aku pamit kerja lagi."


Aku menghela napas berat. Kupandangi punggung Mas Tejo sampai tak terlihat oleh pandanganku. Sepanjang pernikahan kami seingatku Mas Tejo tak pernah semarah ini. Apa benar aku ibu egois seperti yang dikatakan Mas Tejo? Atau jangan-jangan dia cemburu. Ya, Allah. Kepalaku terasa sedikit sakit, lalu kupijat seraya kembali ke parkir mobil. Tak mungkin aku meninggalkan Mas Walid lama-lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun