Mohon tunggu...
Zahira Nayla
Zahira Nayla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Figur Alim Panutan Masyarakat: Benarkah Teladan atau Hanya Bualan?

8 Januari 2025   22:28 Diperbarui: 8 Januari 2025   22:28 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Instagram/@fuadbakh23) 

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan cuplikan video yang menampilkan perilaku tercela seorang pemuka agama yang tersebar di media sosial. Beliau melemparkan umpatan kasar dan gurauan yang merendahkan kepada salah satu jemaah pedagang es teh dalam pengajiannya, lalu diikuti oleh tertawaan orang-orang di sampingnya yang juga merupakan tokoh agama.

Acara pengajian tersebut ditampilkan lewat live streaming di saluran Youtube PCNU Kabupaten Magelang yang kemudian cuplikan video kontroversial tersebut diunggah ulang di platform X. Sejak saat itulah pendakwah yang dikenal dengan sebutan Gus Miftah ini viral dan mengundang kegeraman para netizen Indonesia. Perilakunya tidak mencerminkan figur tokoh agama yang baik dengan ucapan kotornya dan berlindung dalam maksud "guyon". Lalu, fenomena ini juga mengundang banyak simpati kepada Pak Sunhaji, sang pedagang es teh. Banyak dari para netizen, termasuk influencer terkenal yang mengulurkan bantuan kepada Pak Sunhaji untuk usaha berdagang dan keberlangsungan hidupnya.

Namun, bukan pertama kalinya Miftah ini berperilaku demikian buruk. Dalam kajiannya yang lain, tepatnya di Kabupaten Klaten pada Senin (25/11/2024), Miftah juga sempat membuat guyonan kasar persis seperti yang ia tujukan kepada Pak Sunhaji. Ia awalnya memanggil salah satu pedagang es teh untuk mendekat ke arah panggung. Lanjut ia berkata,

"Ditakoni, itu es tehe taseh opo mboten?" (Ditanyakan, itu es tehnya masih ada atau tidak?)

"Taseh mboten es teh?" (Masih ada enggak es teh?)

Lalu ia melanjutkan candaan diikuti dengan panggilan kasar,

"Yo kono didol, goblok" (Ya sana dijual, goblok),

Katanya sambil tertawa, diikuti juga dengan tertawaan yang lain, termasuk Habib Zaidan yang juga menemaninya dalam kajian di Magelang.

Pasalnya, dalam kejadian-kejadian tersebut, Miftah maupun Zaidan sebagai figur yang dijadikan panutan oleh jemaahnya, justru tidak mencerminkan contoh yang baik dalam berperilaku sebagaimana diatur dalam agama islam sendiri. Cara mereka menyelipkan gurauan dalam dakwahnya terlihat tidak tepat. Perilaku-perilaku tersebut sudah masuk ke dalam kategori bullying. Sang korban direndahkan di khalayak ramai dengan gurauan yang tidak pantas dan tidak ada korelasinya dengan isi dakwah.

Selain adanya unsur bullying, dalam beberapa dakwahnya mereka juga sering membahas atau melemparkan candaan seksis. Masih dalam kajian di Klaten, Miftah menyelipkan tebak-tebakan jenaka yang ditujukan kepada Zaidan,

"Opo bedone neng kamar karo neng TPS?"

Yang dijawab dengan candaan seksis oleh Zaidan, "Nek neng TPS nyoblos, nek neng kamar dicoblos,"

Candaan tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang mendengarnya, apalagi konteksnya sedang dalam suatu pengajian.

Candaan seksis juga pernah dilontarkan langsung oleh Miftah kepada beberapa jemaah wanitanya. Pasalnya, hal yang ia lakukan sudah mengarah ke dalam pelecehan seksual secara verbal terhadap wanita.

(Foto: Instagram/@fuadbakh23) 
(Foto: Instagram/@fuadbakh23) 

Seperti saat salah satu jemaah wanita di kajiannya bercerita bahwa dirinya bercita-cita menjadi penyiar, lalu beliau pun menirukan gaya bicara seorang penyiar. Namun, hal tersebut ditanggapi oleh Miftah dengan respon yang mengarah ke arah seksual. Ia menanggapi dengan "Suaranya begitu saja enak, apalagi desahannya," yang lagi-lagi disambut tawa oleh orang-orang di sekitarnya. Masih berlanjut, setelah sang jemaahnya menanggapi bahwa dirinya adalah seorang yang polos atau lugu, Miftah kembali membalasnya dengan tanggapan cabul,

"Cowok itu memang suka dengan cewek polos, baik polos pikirannya maupun polos busananya. Salah kau ngomong polos." Ucapnya.

Jika diperhatikan, dari raut wajah sang jemaah terlihat rasa tidak nyaman dan tersakiti.

Tidak sampai situ saja, cuplikan video Miftah yang menyebut Yati Pesek, seniman senior, dengan sebutan "lonte" pun turut menambah kegeraman netizen terhadap Miftah, terutama dari kaum wanita. Terasa tidak pantas jika suatu acara kajian menyelipkan guyonan yang dapat merendahkan dan melecehkan wanita. Sementara, hal-hal yang dilakukan Miftah telah melenceng dari syariat islam sendiri yang mengajarkan untuk selalu memuliakan wanita.

Dari contoh fenomena di atas, ada pentingnya bagi kita untuk selalu berhati-hati dan bijak dalam menjadikan seseorang sebagai panutan. Sekalipun orang itu adalah figur yang terkenal akan image baiknya. Padahal, nyatanya banyak sekali yang tidak layak dijadikan teladan dan bahkan hanyalah penjual agama semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun