Mohon tunggu...
Ahmad Zahid Salafi
Ahmad Zahid Salafi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta prodi Jurnalistik

Dibesarkan di lingkungan keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai guru membuat sejak kecil sudah tertarik dengan buku, khususnya buku yang bertemakan geografi, teknologi dan sejarah. Sehingga hingga kini memiliki ketertarikan yang cukup besar terhadap isu-isu tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengupas Ruang Lingkup dan Cakupan Dakwah

14 Juni 2024   11:40 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin & Ahmad Zahid Salafi

Dosen dan Mahasiswa Retorika UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Dalam suatu pembahasan materi, terdapat yang namanya ruang lingkup atau cakupan. Hal tersebut dapat terdiri dari fokus, lokus dan lain sebagainya yang berasal dari materi yang dibahas. Cakupan dakwah dengan demikian adalah cakupan materi inti pembahasan dan sub-inti pembahasan yang meliputi, definisi, ragam bentuk dakwah, unsur-unsur dakwah dan media dakwah. Cakupan dakwah juga meliputi sasaran dakwah, faktor-faktor keberhasilan dakwah, dan relasi dakwah dengan ilmu-ilmu lainnya.

Secara bahasa dakwah adalah suatu kata dalam bahasa Arab yang berbentuk masdar. Dalam bahasa Indonesia kata dakwah memiliki arti memanggil atau menyeru. Maka dari itu kegiatan dakwah dapat dipahami sebagai kegiatan yang melibatkan banyak orang, mulai dari pendakwah (da'i) hingga yang didakwahi (mad'u). Sehingga secara implementatif, dakwah adalah kerja dan karya besar manusia.

Makna tertinggi dakwah secara ontologis adalah suatu bentuk komunikasi yang khas di mana seorang pendakwah (komunikator) menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau yang sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah. Maksudnya adalah agar orang lain atau komunikan dapat berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.

Dalil yang berisi tentang dakwah secara epistimologis dapat ditemukan di dalam al-Qur'an dan hadits. Sehingga dapat diartikan, asal dari pengetahuan atau informasi yang dapat dirujuk untuk melaksanakan dakwah dapat menggunakan metide bayani. Metode ini menjelaskan permasalahan dakwah dari ayat-ayat al-Qur'an yang diperjelas oleh ayat lain, atau ayat al-Qur'an yang diperjelas melalui hadits, atau hadits yang diperjelas oleh hadits lainnya.

Secara aksiologis, terdapat banyak manfaat dakwah. Kalau diperhatikan dari ayat dan hadits tentang dakwah manfaat dakwah terbagi tiga. Pertama, manfaat bagi da'i, berupa gugurnya kewajiban berdakwah dan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat.

Secara aksiologi, terdapat banyak manfaat dakwah. Jika diamati dari ayat dan hadits tentang dakwah terdapat banyak manfaat dakwah. Diantaranya adalah, gugurnya kewajiban untuk berdakwah dan mendapat kebaikan dunia dan akhirat bagi da'i.

Ruang lingkup dakwah juga  mencakup bentuk-bentuk dakwah.

Ada tiga bentuk dakwah. Perfama,  dakwah bil lisan. Artinya dengan lisan. Dakwah ini bersifat verbal. Isinya tentang tiga pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, dan akhlak. Kedua, dakwah bilhal. Dakwah ini menekankan pada aksi. Seperti bidang, sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun