Mohon tunggu...
Zahid Paningrome
Zahid Paningrome Mohon Tunggu... -

Creative Writer zahidpaningrome.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Tuhan dan Jalan Pulang

2 Februari 2017   22:18 Diperbarui: 2 Februari 2017   22:42 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak bermaksud menggurui. Aku hanya resah pada kebanyakan orang yang belakangan ini mencoba menggurui semua orang. Berlagak paling tahu segalanya, paling pintar dan paling peduli. Untuk hal ini, kita benar-benar perlu memakai hati kita untu merasakan kebenarannya. Aku percaya bahwa hati adalah bagian dari koneksi kita pada Tuhan. Tuhan tidak begitu saja memberitahumu bahwa dia menghuni inti jantung dan perasaanmu. Tuhan suka bermain-main, mengajakmu untuk berkeliaran di pikiranmu sendiri. Tuhan adalah dirimu sendiri, dia selalu menjadi bagian dari kita. Jika ada orang yang sibuk bertanya apakah Tuhan itu ada? Jawab saja, Tuhan itu tidak ada, karena kamu tidak mencarinya.

Aku ingin berhenti pada kata ke 1030. Tapi Tuhan masih memaksa jemariku untuk terus berkeliaran di tuts-tuts keyboard. Pada kata ke 500, aku telah meneteskan air mata, menangis—merasakan kehadiran-NYA disini. Aku tidak percaya pada apa yang aku alami detik ini, semua terjadi dalam hitungan detik. Aku melihat matamu yang ikut berkaca karena juga merasakan tentang Tuhan yang memeluk kita dari belakang. Adakah sedetik saja kita bertanya, kenapa aku harus membaca ini? Adakah sedetik itu muncul. Bahkan ketika kata itu ditanyakan, kamu tetap tidak bertanya pada diri sendiri, kenapa harus membaca ini.

Begitulah tugas kata dan bahasa. Menjadi salah satu perpanjangan tangan Tuhan. Aku pernah bertanya, apakah Tuhan berbahasa? Apakah Tuhan mengetahui bahasa yang kita pakai sehari-hari. Tuhan langsung menjawabnya di otak kita detik ini juga. Bahwa dia Maha Mengetahui. Sekarang, dalam wujud apa kita bisa melihat Tuhan? Sejujurnya aku tidak pernah bisa melihatNYA. Tapi kita selalu tahu bahwa Tuhan melihat kita dengan jelas. Perbatasan antara imajinasi dan pikiran bermula dari apa yang kita pikir tidak ada namun ternyata begitu jelas berkeliaran di sekitar kita. Bahkan terkadang masuk ke ruang mimpi kita.

Bantu aku mencari kata terakhir untuk tulisan ini. Sudah 1213 kata yang telah kita jelajahi bersama. Rasanya aku tidak ingin berhenti. Aku lelah pada drama manusia yang tidak berjiwa, mereka semua memaksa menjadi pemeran utama. Pada akhirnya akumemilih tenggelam pada pikiranku, untuk menuliskan setiap jengkal yang meminta dipungut untuk dirangkai. Daripada aku harus sibuk meladeni drama yang entah berujung kemana. Ini bukan tentang siapa yang benar dan siapa yang tidak benar. Ini tentang bagaimana kita harus bersikap. Menjadi diam adalah pilihan paling tepat. Bukankah itu yang dilakukan Tuhan sejak semuanya ada?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun