[caption id="attachment_91134" align="aligncenter" width="395" caption="SalingSapa.com"][/caption] Situs SalingSapa.com benar-benar membuat kecewa banyak orang. Puja-puji dan rasa kagum terhadap "pembuat" situs itu langsung raib dalam hitungan klik. Terutama di forum-forum diskusi maya, yang tersisa hanyalah sumpah serapah. Ya, inilah internet, --jika anda tak jujur -- seringkali lebih kejam dari ibukota jakarta (hehe). Dari berbagai diskusi itu, diketahui: (1) salingsapa.com menggunakan script Jcow, jadi bukan dibuat pelajar smp itu dari nol. (2) atribusi ke Jcow dihilangkan, dan ini yang membuat sebagian orang kesal karena merasa ditipu. (3) setelah diributkan, barulah diakui engine salingsapa.com memang beli. Tapi lagi-lagi, sebagian merasa "dikadalin" , justru baru belakangan license-nya dibeli. Siapa yang membuat pengakuan? Sejauh yang saya ikuti, yang eksis menjawab di media adalah bapak si anak. Inilah sumber masalahnya! Anak yang berprestasi, tapi yang sibuk dan fasih menjawab justru bapaknya. Kumaha ieu teh? Banyak yang mengingatkan kalo karya si anak itu patut dihargai. Betul sekali. Sekecil apa pun kreativitas anak ya memang harus diapresiasi. Tapi sebagai orang tua (maaf saya jadi ceramah..) yang tidak boleh adalah "mengotori kesucian" anak-anak. Jika kita tengok facebook, si Mark Zuckerberg tidak ujug-ujug menghadirkan facebook. Waktu di sekolah menengah dia cuma bikin game dan aplikasi untuk bapaknya yang dokter itu. Wajar, kalo anak-anak suka game dan program ciptaan si Mark memang "nyambung" dengan profesi bapaknya. Baru, ketika masuk kuliah ide facebook itu datang. Itu pun di awali CourseMatch (aplikasi untuk memilih kelas yang mau diambil) dan Facemash (situs hot or not, untuk me-rating foto mahasiswi di kampusnya). Facebook sendiri, merupakan ide bersama teman seasrama Zuckerberg. Tapi kecintaan dia terhadap yang berbau sosial, sudah terlihat saat dia ambil kuliah computer science dan psychology di Harvard. Awalnya facebook hanya untuk kalangan mahasiswa saja, baru kemudian dibuka untuk umum. Bahkan ada cerita, dia "menyelewengkan" kiriman uang kuliah dari orang tuanya hanya untuk memodali server situsnya itu. Dari cerita itu, saya sebenarnya agak heran saja. Cukup aneh jika anak 13 tahun justru begitu fasih "berdakwah" dengan situs yang dibikinnya? Kok, nggak nyambung sama "dunianya" gitu lho... Pelajaran penting lain -- kalo memang boleh dibilang penting -- janganlah kita bermain-main dengan internet. Seperti kata orang, sekarang ini jamannya mudah mengingat dan susah melupakan. Kadang-kadang salah kecil, tapi akibatnya akan tercatat sepanjang masa (di search engine). Sepertinya, itulah takdir salingsapa.com selanjutnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H