Mohon tunggu...
Atika Husnul Khotimah
Atika Husnul Khotimah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu Rumah Tangga

Wife of Hudriansyah ● Mom of Ukasyah Javas Prawara, Sophia Keizen Rahman, Sarfaraz Rahman, dan Zayyan Malik Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Induksi

7 Mei 2019   03:38 Diperbarui: 7 Mei 2019   04:14 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Induksi kedua ini SANGAT JAUH BERBEDA dengan yang pertama. Kali ini, aku jauh lebih tenang, lebih siap. Sehingga selama 2 jam menahan sakit, aku hanya diam sambil miring kiri sambil ngobrol dengan mama dan adekku. Dan rasa sakit yang aku rasakan juga tidak semenyiksa saat melahirkan pertama kali. Menurutku ini induksi yang paling nikmat dan cepat 

Persalinan anak ketiga -Sarfaraz, 37weeks-

Harus diinduksi melalui infus karena bayi ku meninggal di dalam kandungan saat pembukaan 3.

Senin subuh pukul 06.00, 8 Agustus 2016 ada lendir dan bercak darah. Cek ke RS pembukaan 2, tensi 130/90, denyut jantung si bayi normal, diputuskan stay di RS karena tensi tinggi. Saat kontraksi terasa, pukul 09.00 masih pembukaan 2, tensi sudah normal, denyut jantung bayi normal. Pukul 12.15 cek pembukaan tambah jadi 3, tensi normal, denyut jantung bayi normal, semua masih baik-baik saja. Terakhir, 14.30 cek tensi normal, tapi denyut jantung bayi tidak terdeteksi. Langsung USG ke dokter kandungan, ternyata di layar jantung sudah tidak berkedip. Pukul 15.15 bayiku dinyatakan meninggal di dalam kandungan.

Duniaku hitam seketika. Bayi yang aku tunggu selama 37 minggu, harus pergi tanpa aku bisa mendengar tangisnya lebih dahulu. Ingin operasi, tapi ternyata masih bisa melahirkan normal. Pukul 17.30 putuskan induksi melalui infus. Hingga 20.30 bayi ku lahir tanpa tangis dan sudah membiru. Rasa induksinya? Samar, karena aku bersedih. Mati rasa. Tak ada semangat. Induksi ketiga ini tidak berkesan tapi meninggalkan duka dan trauma cukup mendalam.

Persalinan anak keempat -Malik, 37weeks-

Harus diinduksi dengar obat yang dimasukkan ke jalan lahir karena tensi ku tinggi, positif protein 1, bayi terlilit tali pusar, dan plasenta mulai tua.

Senin malam, 18 September 2017, ba'da Isya ke UGD karena kepala terasa sakit. Tensi 140/90. Diputuskan observasi selama 1/2 jam untuk menurunkan tensi. Ternyata setengah jam kemudian tensi tetap tinggi 130/100. Konsultasi dengan dokter kandungan, disuruh opname dan USG malam itu juga. Ternyata hasilnya kurang memuaskan, plasenta mulai tua dan bayi terlilit, maka dokter putuskan induksi secepatnya, demi menghindari pengalaman ketiga kemaren.

Selasa, 19 September 2017, 15.00 obat pertama dimasukkan. Langsung terasa kontraksi. Masih bisa tahan, tapi rasa sakitnya sedikit tidak nyaman. Cek pembukaan ternyata baru 1. FIX, lemes dengarnya. Pukul 21.00 diputuskan masukkan obat kedua karena pembukaan gak jalan tetap 1. Rasa sakit bertambah. Saat sakit bertambah nyeri, baru pembukaan 3, pukul 01.20. Hingga pukul 05.30 baru pembukaan 5, setengah jam kemudian jadi pembukaan 7. Dan alhamdulillah lahirlah pangeran kecilku pukul 06.20.

Rasa sakit saat induksinya?

WOW. Ini yang bikin trauma. Ini yang menyiksa. Sakitnya luar biasa. Tenaga udah hampir habis karena menahan nyeri induksi kurang lebih 15 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun