Mohon tunggu...
Zaharo Assaffanah
Zaharo Assaffanah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa IAIN Jember

Jika kata sudah tidak bermakna, maka diam adalah jawabannya🙏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Mencintai Muridnya?

3 April 2020   21:25 Diperbarui: 3 April 2020   21:45 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By : Zaharo Assaffanah 

Guru Mencintai Muridnya?

Pasti kalian semua sudah tau kan apa itu cinta? Cinta adalah bagian yang tak terpisahkan oleh guru. Mengapa demikian? karena mereka mendidik dengan tulus, mengajar dengan sabar kepada kita, dan membimbing kita dengan ikhlas, dari yang awalnya kita belum tau apa-apa akhirnya kita menjadi tahu. karena bagian didikan dari seorang guru.

Cinta guru kepada kita merupakan cinta yang tulus, mereka memberi tanpa menerima. Karena harapan mereka hanya satu, yakni agar muridnya kelak dapat menjadi orang yang berakhlak mulia dan memberi manfaat kepada semua orang. Dan dengan cintalah guru akan tahu seperti apa karakter siswa nya yang sedang mereka didik.

Guru yang penuh cinta akan mengajar dengan penuh kecintaan pula. Guru yang penuh cinta juga akan memberikan banyak cerita, memberi pengalaman , dan cinta guru adalah cinta yang mempersatukan, bukan memperseterukan.  beliau akan meninggalkan bekas yang indah di hati muridnya. Karena rasa cinta adalah faktor utama keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan cintapun  guru mencoba memahami karakter siswa nya, dengan cinta guru akan memperdalam pengetahuan tentang cara mendidik muridnya dengan baik.dan murid akan di anggapa anak-anaknya sendiri. 

Bagi guru pun tidak ada istilah cinta buta, cinta beliau kepada kita adalah cinta yang realita. Jika cinta guru kepada muridnya buta, maka celakalah murid yang mereka didik.

Dalam perspektif pedagogik, rasa cinta guru kepada murid akan terdeteksi dari caranya menyikapi murid. Apakah guru tersebut menyikapi setiap permasalahan yang dihadapi dilapangan itu dengan menghamba pada emosi atau dengan menggunakan hati.

Hukuman yang diberikan pada murid bukan atas dasar emosi semata, bukan untuk melukai dan menyakiti. Guru yang mencintai dengan murni, memberikan hukuman yang bernuansa edukasi, tanpa meninggalkan dan melupakan esensi hukumannya.

Terkadang cinta memang sulit untuk dideskripsikan. Sulit dikatakan, sulit digambarkan, dan sulit dituliskan, tapi yang jelas kita merasakan kehadiran akan adanya cinta itu. 

Pada intinya cinta tidak mungkin mencaci atau memaki. Guru yang mencintai dengan murni tidak akan menyelesaikan masalah dengan masalah, namun menyelesaikan masalah dengan bijaksana.

Tujuan pokok utama guru memiliki cinta yang tulus adalah demi muridnya, demi pendidikan, dan demi bangsanya. Guru adalah model sekaligus cerminan segala kebaikan dalam bertingkahlaku. Rasa cinta juga bisa menjadi tolak ukur tingkat integritas dan profesionalisme guru.

Maka guru yang menebar cinta adalah sebaik - baiknya manusia. Ia adalah guru yang memotivasi, menginspirasi, dan menjadi teladan murid - muridnya. 

Guru yang menebar cinta adalah guru yang dapat memupuk karakter mulia pada diri murid - muridnya. Guru yang menebar cinta merupakan revolusioner peradaban atas nama kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun