Mohon tunggu...
Zahara Sitio
Zahara Sitio Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat Kopi

"Chance Never Comes Twice"

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Sosok Sederhana Namun Tegas itu Bernama Legius Paliling

21 Februari 2020   17:42 Diperbarui: 21 Februari 2020   18:27 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legius Paliling bersama istri tercinta Margrita Palullungan/Foto-Pribadi

JAKARTA - Sederhana, ramah, murah senyum, tenang dan bicaranya pun terstruktur. Begitu kesan saya saat pertama kali bertemu dan berbicang-bincang dengan Ir A. Legius Paliling, M.Eng. Kesan yang sama juga akan dialami oleh setiap orang yang bertemu dengannya.

Pria yang kerab dipanggil Legius ini memang terlihat sangat sederhana dalam berpenampilan. Yang belum kenal, pasti tidak menduga jika pria kelahiran Makale, Kabupaten Tana Toraja 01 Desember 1958 itu sebagai salah satu tokoh penting di daerah penghasil kopi ekspor itu dan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam balutan kemeja kotak-kotak lengan pendek dipadu celana kain warna hitam serta sepatu hitam, suami dari Margrita Palullungan itu nampak sangat bersahaja. Tak tampak satu pun barang mewah yang melekat pada tubuhnya.

Setelah berkenalan dan berbincang sejenak, kami memutuskan untuk melanjutkan diskusi sambil menikmati secangkir kopi yang tersedia di salah satu meja cafe di bilangan Jakarta Utara. Kami membahas banyak hal. Mulai dari hal yang paling sederhana hingga yang bersifat politik.

Diskusi itu, kemudian membuat saya merasa tertarik untuk mengenalkannya sebagai tokoh yang patut diteladani utamanya ke masyarakat Tana Toraja. 

Legius mengisahkan, dirinya mulai menempuh pendidikan di SD Katolik Bera, Makale dan tamat pada 1972. Setelah tamat, ia melanjutkan pendidikan di SMP Katolik Makale dan tamat pada 1975. Tiga tahun menempuh pendidikan di SMP, Legius melanjutkan pendidikan SMA Katolik Makale dan tamat tahun 1979.

Tamat dari SMA, ia melanjutkan kuliah S-1 Jurusan Mekanikal ke Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar dan tamat pada 1986.

Pada tahun terakhir kuliah di UNHAS, ia terpilih sebagai penerima beasiswa ikatan dinas dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sehingga setelah tamat S-1, Legius langsung ke Jakarta berkarya sebagai PNS atau Aparat Sipil Negara di BPPT yang dipimpin langsung Prof DR. Ing. BJ. Habibie, M.Eng. ketika itu sebagai Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BPPT.

Beberapa tahun kemudian, sebagai ASN, ia diminta ke Jepang melanjutkan kuliah melalui proses yang panjang karena terlebih dahulu harus mengikuti kursus Bahasa Jepang selama 6 (enam) bulan di Takushoku University, Tokyo. Lalu melakukan riset 1 (satu) tahun di Universitas Hiroshima sebelum masuk program S-2 di Universitas Oita, Jepang Selatan. Dan lulus tepat waktu pada 1996 dengan gelar Master of Engineering (M. Eng).

Riwayat Pekerjaan

Darah dan kepribadian serta ilmu di bidang engineering yang dimiliki membuat Legius semakin mantap menekuni pekerjaannya. 

Dari Oita Jepang, ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan kariernya sebagai peneliti di BPPT, sebuah lembaga pemerintah non departemen Indonesia yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

Selama bekerja di BPPT, Legius pernah diperbantukan ke PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang mengalami restrukturisasi nama sekarang menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).

"Pemimpin itu tidak takut mengambil sebuah langkah besar, jika memang itu yang perlu dilakukan. Maka kita tidak mungkin menyeberangi lubang yang besar dalam dua langkah kecil." kata Legius. Foto-Pribadi

Selain itu juga terlibat dalam Program Unggulan Kemitraan BPPT bekerjasama dengan Perusahaan Daerah Jawa Barat, maupun kegiatan-kegiatan teknologi tepat guna melalui program Ilmu Pengetahuan Teknologi Daerah (IPTEKDA) dari BPPT untuk diterapkan sebagai teknologi tepat guna bagi masyarakat.

Perlahan tapi pasti, karir Legius terus merangkak naik. Di PT DI, ia ditugaskan menangani manufacturing pesawat CN-235; untuk kemudian bergabung pada Tim Sertifikasi Pesawat CN-235 bekerjasama dengan Direktorat Kelaikan Udara, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Tim Sertifikasi inilah yang melakukan kajian dan pengawasan untuk memastikan terlaksananya berbagai uji struktur dan uji terbang (test flight) sebagai syarat pengajuan sertifikat laik terbang CN-235 kepada Federation Aviation Amerika (FAA) di Amerika Serikat. Sebuah pesawat hanya dapat dipasarkan apabila industri pesawat tersebut memperoleh sertifikat dari FAA. Demikian menurut Legius.

Dewi Fortuna seakan terus berpihak kepada sosok Legius yang sangat fasih berbahasa Jepang itu. Ia banyak terlibat dalam kegiatan engineering di tanah air sebagai perencana dan perekayasa, tidak segan langsung turun ke lapangan untuk memastikan kajian-kajian yang ia lakukan.

Maju Pilkada Tana Toraja 2020

Saat disinggung soal rumor yang berkembang terkait dirinya akan ikut berkompetisi dalam Pilkada Kabupaten Tana Toraja (Tator) tahun 2020, Legius sempat terdiam sejenak.

Sambil menikmati kopi, ia kemudian menjawab dengan tegas bahwa rumor yang sedang beredar itu benar. Dirinya sudah menyatakan sikap, siap untuk maju dalam Pilkada Tana Toraja 2020.

"Untuk Pilkada tahun 2020 ini pastinya saya siap untuk ikut berkompetisi," tegasnya.

Legius tidak mau bermain-main dengan ucapannya. Ia berupaya mengikuti bursa pencalonan Bupati/Calon Bupati Kabupaten Tana Toraja pada Pilkada 2020.

Ia mengatakan Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang begitu besar. Potensi ini kata dia, belum dielaborasi begitu jauh sehingga perlu kerja keras supaya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Tana Toraja.

Menurut Legius, nama Tana Toraja sudah dikenal luas, alamnya indah, tapi umumnya masyarakat belum merasakan keindahan itu secara langsung karena kurangnya pembangunan infrastruktur di Kabupaten Tana Toraja (termasuk Kabupaten Toraja Utara, pecahannya 11 tahun yang lalu).

Salah satu yang dimaksud adalah sektor pariwisata. Tator memiliki keindahan alam yang luar biasa. Tak hanya itu, kebudayaan masyarakat setempat memiliki magnet tersendiri dan harus ditingkatkan dan dilestarikan budayanya.

"Keindahan alam dan kebudayaan Tator patut disyukuri. Ini adalah kekayaan luar biasa yang tidak ternilai," ujar ayah dari empat orang anak ini.

Ia menilai selama ini, sektor pariwisata di Kabupaten Tana Toraja (Tator) dan Kabupaten Toraja Utara (Torut), tidak didukung oleh fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Padahal jika pemerintah benar-benar memperhatikan maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik lokal maupun manca Negara.

"Di kedua kabupaten tersebut infrastruktur jalan masih sempit, dan sering dialami sendiri bahwa fasilitas jalan tersebut sangat menyiksa masyarakat Toraja jika ada kegiatan atau upacara adat di pedesaan atau di kampung (Lokasi Rumah Tongkonan) yaitu upacara adat kedukaan (rambu solo) maupun upacara kegembiraan atay syukuran (rambu tuka).

Kegiatan-kegiatan ini melibatkan banyak masyarakat maupun kerabat keluarga dari jauh sehingga diperlukan jalanan yang lebar, nyaman dan terkoneksi dengan baik dengan desa atau kecamatan lainnya di 19 Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja maupun 21 Kecamatan di Kabupaten Toraja Utara." kata Legius yang terakhir menjabat di BPPT sebagai Fungsional Perekayasa Madya.

Ia juga punya pertanian, perikanan dan peternakan ia juga punya visi dan misi. Kata Legius, visi pertanian, perikanan dan peternakan yang harus ditingkatkan karena mayoritas masyarakat Toraja tekun pada bidang itu, sehingga pemerintah harus hadir untuk memfasilitasi mereka. Salah satu kebutuhan penting untuk ketiga rencana itu adalah tersedianya air melalui sistem irigasi yang baik. Sehingga perlu ada teknologi khusus yang disiapkan oleh pemerintah untuk tersedianya air pada kebutuhan pertanian, perikanan, peternakan dan air baku untuk kebutuhan air minum.

"Apa kurangnya, Tanah Toraja memiliki sungai Sadang yang sangat panjang melewati kedua kabupaten tersebut dan sunga ini pun memiliki ratusan anak sungai yang terkoneksi ke sungai itu. Apabila sungai ini dimaksimalkan maka akan membantu sektor pertanian, perikanan, peternakan dan air baku PAM," kata dia.

Ia mengakui Masih banyak lagi yang harus dibenahi. Termasuk yang di depan mata adalah potensi Toraja yang segera akan memiliki Bandara yang berskala internasional (Toraja International Airport, Bandara Buntu Kuni) dan harus didukung dengan berbagai sarana prasarana seperti hotel dan restoran.

Legius menjabarkan semua potensi itu harus dikelola dengan baik. Menurutnya ia terpanggil untuk menggali potensi tersebut bersama pasangannya nanti sehingga bisa terwujud masyarakat Tana Toraja yang sejahtera.

Semua orang pasti memiliki moto dalam hidup sebagai pacuan dan inspirasi untuk menjadi sukses, termasuk Legius.

Dalam kehidupan sehari-hari, Legius selalu memagang tiga moto hidup, yang pertama adalah Ganbare atau Ganbatte, yang biasa dipakai orang Jepang dalam hal semangat berjuang yang mempunyai arti berjuang dan berkompetisi secara jujur atau fair sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan.

Dalam hal bekerja, ia punya pijakan yang tak bisa ditawar-tawar. Bekerja tuntas, katanya. "Saya tidak berhenti ketika saya jatuh atau gagal, tetapi saya berhenti setelah selesai," katanya mantap.

Sebagai seorang pemimpin, ia punyai moto yaitu pemimpin itu tidak takut mengambil sebuah langkah besar, jika memang itu yang perlu dilakukan. Maka kita tidak mungkin menyeberangi lubang yang besar dalam dua langkah kecil. (Tio/Erwin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun