Mohon tunggu...
Zayyan FarrasTaqi Muhammad
Zayyan FarrasTaqi Muhammad Mohon Tunggu... Lainnya - My blood is only for strugle no more

Maka berpikirlah dan pelajarilah penciptaan bumi dan langit...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Subtansi Pendidikan Dalam Menghadapi Bonus Demografi untuk Masa Depan

11 September 2023   18:44 Diperbarui: 25 Januari 2024   09:12 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya tulisan ini tak sengaja dibuat. Namun, setelah penulis pikir ulang. Penulis masih belum bisa menemukan sebuah pengertian, definisi, hingga subtansi dari pendidikan yang relevan dan memang benar-benar murni, asli, dan lahir dari pemikiran ilmuan Indonesia.

Akhir - akhir ini Indonesia sedang menghadapi dua Tantangan besar dalam prosesnya menghadapi masa depan. Tantangan pada Bonus demografi dengan skala nasional dan revolusi industri dengan skala internasional membuat Indonesia harus menyeimbangkan keduanya melalui beberapa proses yang cukup panjang. 

Berbicara perihal bonus demografi tak luput juga dari pembahasan yang bersangkutan dengan pendidikan. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bonus demografi adalah fase peningkatan penduduk sebuah negara pada usia produktif yaitu antara 16 hingga 65 tahun. Dalam peluang ini, pendidikan menjadi solusi utama untuk menghadapi bonus demografi saat ini dan untuk masa yang akan datang.

Produktifitas dan objektifitas dalam pendidikan menjadi tolak ukur keberhasilan. Karya-karya yang tercipta dan berdampak positif merupakan buah dari manisnya proses pendidikan. 

Pada dasarnya Pendidikan adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat. 

Adapun unsur-unsur pendidikan yang perlu kita ketahui dan perlu kita aplikasikan secara runtut agar pencapaian dari hasil pendidikan dapat terukur, produktif, dan objektif. 

Beberapa unsur yang paling utama dalam sebuah pendidikan adalah peserta didik, pendidik, keluarga, lingkungan, dan sekolah. Di lain sisi, apabila kita melihat lebih dalam lagi pada proses pendidikan, yakni pada proses interkasi antara pendidik dan peserta didik terdapat sebuah nilai atau subtansi pendidikan yang terkandung di dalamnya.

Dalam proses pendidikan ini tugas seorang pendidik adalah mengaplikasikan metode pendidikan ilmu pengetahuan yang telah dirancang dan menanamkannya kedalam alam bawah sadar (soft skill) kepada setiap peserta didik. 

Artinya, upaya dan usaha seorang pendidik dalam memberikan ilmu pengetahuan dan menjadikannya sebuah satu kesatuan dalam kepribadian seorang peserta didik. Yang diharapkan peserta didik mampu merespon, menanggapi, dan menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Seperti halnya peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang sedang menyirami bunga atau sedang menolong temannya yang sedang kesusahan. 

Bentuk perilaku itulah merupakan wujud dari berhasilnya proses pendidikan dan pembelajaran dari Ilmu Pengetahuan yang telah diajarkan. Berbeda lagi dengan mahasiswa, hendaknya selalu merespon problematika yang melebur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan memberikan kontribusi berupa aksi maupun sebuah karya yang lebih bermanfaat dan berdampak positif secara masif.

Mari kita lihat pendidikan dalam lingkup yang lebih kecil yaitu keluarga. Seperti yang sudah dijelaskan bahwasannya keluarga merupakan salah satu unsur pendukung dalam pendidikan. 

Peran orang tua sebagai pendidik sangat dibutuhkan oleh seorang anak yang kita ibaratkan sebagai peserta didik. Maka dalam konteks ini peran seorang pendidik atau orang tua tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan contoh dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tersebut berupa aktifitas sehari-hari. 

Sehingga anak mampu mencontoh, mengadopsi dan menjadikan ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan di sekolah sebagai bagian dari jati dirinya. Fenomena yang terjadi pada saat ini bahwa mayoritas orang tua memasrahkan anaknya begitu saja kepada pihak sekolah. 

Kapasitas dan kapabilitas orang tua dalam mendidik anaknya juga sangat mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan yang ditujukan kepada seorang anak atau peserta didik. Artinya, dalam hal ini, pendidikan di sekolah saja tidak cukup apabila tidak ada tindak lanjut dari pihak keluarga (orang tua terutama). 

Di lain sisi, setelah sekolah dan keluarga telah memberikan yang terbaik untuk peserta didik, maka selebihnya ikhtiar, usaha, dan proses kedepannya ditentukan oleh peserta didik itu sendiri. Karena sejatinya Representasi keberhasilan paling banyak hanya ada pada individu itu sendiri. Dapat kita lihat pada penjelasan di atas  bahwasannya unsur-unsur pendidikan telah menjadi sebuah siklus yang saling berkaitan.  

Berkaitan dengan bonus demografi pendidikan yang produktif, inovatif, kreatif, serta objektif diharapkan mampu menumbuhkan potensi, kapasitas, kualitas, serta kapabilitas dalam menyokong kekuatan ekonomi dan pemerintahan. 

Adapun beberapa masalah dalam menghadapi bonus demografi antara lain pendidikan yang kurang merata, stunting, dan berbagai macam masalah lainnya yang harus diselesaikan guna menghadapi tantangan selanjutnya berupa Revolusi Industri dan konversi Energi. 

Kesimpulan yang dapat kita serap bahwasannya pendidikan merupakan langkah atau tahapan dalam merangkai metode berpikir. Maka orang yamg sudah menempuh pendidikan setinggi apapun apabila gagal dalam merancang metode berpikir maka itu akan menjadi hal yang sia-sia. Karena sejatinya kerangka berpikir akan tersusun ketika seseorang telah melalui berbagai macam pengalaman dalam mengatasi masalah. Pendidikan tanpa berlandaskan moral, binasa. Begitulah konsep pendidikan ala Timur Tengah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun