Marsinah, dalam segenap perjuangannya, menggambarkan konkrit pengalaman perempuan itu. Berangkat dari keluarga agraris, akses pendidikan yang terbatas dan lahir dari keluarga wong cilik, merupakan pengalaman yang menggetarkan dan menggelorakannya untuk berbuat lebih keras. Sebuah pengalaman perempuan desa yang kurang mengenakkan. Ia ingin memutusnya. Ia segera ingin menggapai mimpi dan membebaskan ketertindasan dari belenggu itu.
Marsinah terlanjur menjadi tokoh perjuangan kaum buruh. Namanya harum namun tiada sempat menikmati keharuman itu. Ia cukup hanya menjadi simbol perlawanan itu. Perlawanan wong cilik. Namanya menggaung di mana-mana, membuat kecut penguasa Orba.Â
Sekarang jauh berbeda. Para penggede pun tak luput menyanjungnya dan menyelami perjuangannya semasa hidupnya. Gubernur Jawa Timur dan wagub, Khofifah dan Emil Dardak dalam masa kampanye pilgub tahun 2018 sempat menziarahi makam Marsinah di Nglundo, Sukomoro. Keduanya juga bertemu dengan orang tua almh. Marsinah. Kedatangan keduanya bukan seremonial basa-basi politik semata, walaupun mungkin sedikit ada. Kedatangannya lebih pada penghormatan atas jerih payah almarhumah.
Kunjungan itu juga bisa juga dibaca sebagai langkah menghilangkan sekat-sekat sosial ekonomi serta akibat yang mengiringinya, dan yang lebih penting menghapus sematan atribut wong cilik itu. Berkaca pada masa lalu warga sekitar kampung halaman Marsinah, menjadi wong cilik itu sangat tidak mengenakkan ternyata.
Kini, bawang merah telah sedikit merubah keadaan. Di tengah kesuksesan hasil tanaman bawang merah warga Sukomoro, hal yang mungkin belum sempat dinikmati Marsinah semasa hidupnya, upaya menghapus kesenjangan itu kian terwujud bilamana dilihat dari dampaknya kini, meski masih belum sepenuhnya berhasil.Â
Sekarang pasar sentra bawang merah telah berdiri dan kualitas bawang merah Sukomoro sangat teruji. Sukomoro pelan namun pasti, menjadi icon bawang merah tingkat regional bahkan nasional. Spirit perjuangan Marsinah dalam merebut mimpinya mungkin menginspirasi warga Sukomoro dan Nganjuk pada umumnya, untuk terus menjaga bara api semangat perubahan ke arah perbaikan itu. @
Artikel ini pernah tayang di  https://www.jalastoria.id/marsinah-standpoint-perempuan-dan-sedapnya-bawang-merah-yang-belum-sempat-dinikmati/ dengan judul, "Marsinah, Standpoint Perempuan dan Sedapnya Bawang Merah yang Belum Sempat Dinikmati".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H