Mohon tunggu...
Zaenal Eko
Zaenal Eko Mohon Tunggu... Dosen - Pernah jurnalis

Isu sosial, humaniora dan sedikit politik. Konsultan KTI. Pendidik Jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

New Kendedes; Dangdut Koplo, Perempuan dan Ekonomi Kreatif

28 November 2022   20:19 Diperbarui: 5 Desember 2022   22:53 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rather than the male-dominated, exploitative recording and performing industries I'd expected, I found that the dangdut industry is full of powerful women: producers, managers, MCs, radio hosts, fan clubs, and instrumentalists. In dangdut koplo industries, as in much of political and economic life in Java, women are more strongly represented in positions of power in comparison with the US.

Ketimbang didominasi laki-laki, industry panggung dan rekaman yang eksploitatif seperti yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata industry dangdut ini penuh dengan kuasa perempuan; produser, manajer, MC, penyiar radio, kelompok penggemar dan para musisinya. Pada industry dangdut koplo, seperti halnya kehidupan politik dan ekonomi di Jawa, perempuan sangat terwakili dalam memegang kuasa, dibandingkan Amerika Serikat.

_____________

Demikian itulah potongan paragraf dari disertasi Andrea Louise Decker dari University California Riverside, berjudul Desire and Dangdut Koplo: Women's Aspirations and Mobility in Indonesia's Most Popular Music yang diterbitkan lewat situs proquest bertarikh September 2021. Menariknya, salah satu pengujinya ialah Professor Muhammad Ali, dosen dari Indonesia yang memang mengajar di kampus tersebut.

Dangdut koplo sudah banyak ditulis, termasuk oleh para kompasianer. Para maestro kendang dan juga berdirinya para grup musik dari Jawa Timur yang tersebar dari berbagai kota ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan banyak penggemar seiring sering tampilnya mereka di panggung-panggung rakyat terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga kawasan pantura Jawa Barat. Hampir tidak ada yang baru dalam industry dangdut koplo, kecuali seperti ditulis Andrea di atas, yakni pekatnya dominasi perempuan. Salah satu belakangan yang sedang menanjak reputasinya dan patut diperhitungkan yaitu Grup New Kendedes.


Sumber: https://youtu.be/Rhfe8RidbKI

Walaupun belum pernah melihat langsung penampilannya di panggung, kelompok music dangdut New Kendedes yang bermarkas di Kediri, Jawa Timur ini cukup menggugah perhatian. Setiap tampil, yang gampang disaksikan dari layar media sosial, semua personilnya perempuan walaupun pernah tampak dalam potongan video lain adanya tampilan personel laki-laki. 

Jamaknya kelompok performer musik, para musisi dan vokalis grup ini sering tampil dari panggung ke panggung terbuka, melipir berbagai kampung hingga kota. Tidak hanya event-event besar seperti perayaan peristiwa tertentu di perusahaan besar, konon pernah diundang PT Freeport dengan naik pesawat carteran ke Timika, tetapi juga hajatan rumahan seperti kawinan dan sunatan di pelosok desa. Profesionalitas yang kelihatannya dijunjung tinggi walau media dan televisi mainstream amat belum mengakrabinya.

Coretan ini tak hendak melihatnya dari kehebatan musisi-musisinya, yang tentunya sudah banyak dikenali publik pecinta lagu-lagu dangdut kontemporer. Penggemar New Kendedes tentu sudah paham dengan nama-nama personel serta alat music yang dimainkannya. Mungkin juga tahu betul personel lama dan personel baru yang menggantikan personel lama. 

Konon yang terbaru misalnya pemain bas yang asli Wonogiri dan diketahui populer sebelumnya lewat cover bass beberapa lagu yang terunggah di akun YouTube. Nah, seperti amatan Andrea di atas, kuasa perempuan sangat jelas dalam grup ini. Tak ubahnya seperti grup Monata, grup dangdut sesama Jawa Timur yang juga dikelola tangan dingin perempuan (Bunda Mintul). Hanya New Kendedes mungkin lebih ekstrem, karena hingga semua musisinya perempuan di bawah komando Bunda Lilis.

Selain karena faktor perempuan, walaupun mungkin bagi sebagian pemikir gender yang berpatokan pada gender beraliran perspektif, akan tidak melihat kesetaraan gender -musti semuanya berkelamin perempuan, perlulah juga kelompok seperti New Kendedes ini lebih banyak disorot dari jagad hiburan dengan kanal yang tumbuh bersama kanal digital, tepatnya media sosial. Di sinilah juga tulisan ini bertambat. Pihak pertama yang perlu diacungi jempol jelas adalah manajemen dari grup ini. 

Walaupun begitu banyak channel youtube yang menayangkan potongan pentas grup ini, namun jarang sekali tampak manajemen tampil secara langsung. Bunda Lilis beserta crew-nya berada di balik layar. Namun kemampuannya dalam meramu berbagai personel musisi perempuan dari berbagai wilayah dan juga keyakinan yang berbeda sangat layak diberi angkat topi. 

Tak bisa dielakkan juga, dunia hiburan masih lekat dengan dunia urakan, bahkan sebuah profesi yang mengundang cemoohan. Namun manajemen New Kendedes mampu menampilkan para perempuan yang jago di alat-alat music pop dangdut itu menjadi satu tim yang kompak. 

Tampilan panggung yang sopan dan elegan juga semakin meminimalkan kesan urakan pada dangdut koplo. Malah sebaliknya, tampilan anggun musisi dan penyanyi grup ini semakin menaikkan reputasi dangdut, dangdut koplo.

Pihak manajemen grup ini sangat peka terhadap perkembangan digital dengan memperhatikan suara-suara netizen dalam kolom komentar. Berikutnya juga, beberapa personel aktif dalam jagad dunia digital yang bukan hanya mempertontonkan unjuk kebolehan mereka dalam bermain music, namun juga tampil interaktif dengan membalas dan merespon pertanyaan maupun pendapat netizen. Luar biasanya lagi, netizen bukan hanya dari Indonesia, banyak juga dari luar Indonesia. apalagi ketika grup ini mengaransemen lagu Malaysia. 

Berbalas komentar pun terjadi antara musisi, penyanyi dan penggemar. Belakangan bukan hanya lagu campursari, koplo, ataupun Malaysia, juga bahkan lagu-lagu Sunda. Keberanian dalam mengaransemen lagu-lagu penyanyi lain, bahkan menurut netizen, malah lebih hidup daripada dinyanyikan penyanyi aslinya.  

Satu yang jelas di sini, capaian New Kendedes sejauh ini layaklah dijadikan contoh bergulirnya ekonomi kreatif lewat jagad digital. Kemampuan manajemen dalam menampilkan performance grup music ini dalam jagad digital mencerminkan inovasi kontemporer dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital. 

Sebagai kelompok music, cuan bukan saja datang dari panggung, melainkan juga bisa dari layar digital. Banyak netizen lebih memilih satu kata, terhibur, ketimbang meributkan soal originalitas suara penyanyi maupun lip sync ketika semua musisi bergantian menyanyikan bait-bait lagu yang dimainkan.

Sebenarnya kurang fair jika hanya memusatkan perhatian pada satu grup music ini, sebab masih banyak kelompok music yang sama-sama bergenre dangdut koplo, maupun yang hampir ke arah sana dengan personelnya sama-sama didominasi perempuan, yang juga perlu diangkat dalam tulisan seperti ini. Misalnya untuk menyebut salah satunya ialah OM Qasima yang berbasis di Magelang. Grup ini juga meramaikan panggung digital juga dan disaksikan ratusan ribu hingga jutaan kali penggemarnya.

Namun kembali lagi pada narasi Andrea dalam disertasinya, ......many women producers and managers get involved in the industry because they too see the potential for significant economic mobility. Dangdut koplo for many women represents a way they can make enough to support their families and even dramatically change their circumstances without education or much capital. (Banyak produser dan manajer perempuan yang terlibat dalam industry koplo ini karena mereka melihat peluang untuk peningkatan ekonomi yang signifikan. 

Dangdut koplo, bagi banyak perempuan, mewakili salah satu sarana yang dapat dilakukan untuk mendukung keluarga mereka. Bahkan perubahan drastic dapat terjadi walau tanpa pendidikan maupun tanpa banyak mengeluarkan modal). Kalimat Andrea yang terakhir ini mungkin biasa-biasa saja, karena memang itu kenyataannya dan dapat dimaklumi segenap penggemar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun