Mohon tunggu...
zaenalafandi
zaenalafandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa institut al Azhar Menganti

Zaenal Afandi adalah seorang mahasiswa aktif di Institut Al Azhar Menganti yang mendalami pendidikan Islam dengan fokus pada nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah. Hobinya guyon yang membuatnya mudah bergaul dan dekat dengan berbagai kalangan. Sedikit mempunyai bakat musik, lebih banyak guyonnya. Salah satu konten favoritnya berkaitan dengan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revitalisasi Makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari: Menghidupkan Kembali Warisan Sejarah Sukosari

10 Januari 2025   16:31 Diperbarui: 10 Januari 2025   16:58 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama dengan bapak kepala desa dan beberapa tokoh agama & masyarakat setempat

Dusun Singoprono, Desa Sukosari, Lamongan, menyimpan sebuah tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang masyarakatnya. Makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari, yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai makam Buyut Singoprono, adalah tempat peristirahatan bagi dua tokoh besar yang berjasa dalam membabat alas Desa Sukosari. Namun, makam ini sebelumnya kurang mendapatkan perhatian dan perawatan yang layak. Oleh karena itu, diperlukan langkah revitalisasi yang tidak hanya memperbaiki kondisi fisik makam, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan sejarah ini.

Pada Kamis, 9 Januari 2025, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Institut Al Azhar, bekerja sama dengan masyarakat dan tokoh desa, melaksanakan program revitalisasi makam ini. Program ini tidak hanya berfokus pada perbaikan fisik seperti pembersihan area makam dan penggantian pagar yang rusak, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai nilai sejarah dan spiritualitas yang terkandung di dalamnya.

Mengapa Revitalisasi Diperlukan?

Foto makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari sebelum direvitalisasi
Foto makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari sebelum direvitalisasi

Makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari selama ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Pagar makam sudah rusak, semak-semak tumbuh liar, dan sebagian besar generasi muda tidak lagi mengenal arti pentingnya makam ini. Padahal, makam ini merupakan simbol dari perjuangan dan pengabdian para pendahulu yang berjasa membangun Sukosari.

Pembatas makam yang terlihat lapuk dan daun-daun kering yang berserakan di sekitarnya
Pembatas makam yang terlihat lapuk dan daun-daun kering yang berserakan di sekitarnya

Sebagai masyarakat yang beragama, sudah menjadi kewajiban kita untuk menghargai dan merawat warisan sejarah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

من لم يشكر الناس لم يشكر الله 

(Barang siapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.)

Hadis ini mengingatkan kita bahwa penghargaan terhadap jasa sesama manusia, termasuk para pendahulu, adalah bagian dari rasa syukur kepada Allah. Dengan melakukan revitalisasi makam ini, masyarakat menunjukkan penghargaan yang tulus terhadap jasa para leluhur yang telah berkorban untuk pembangunan desa.

Kondisi Makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari: Sang Pembabat Alas Desa Sukosari 
Kondisi Makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari: Sang Pembabat Alas Desa Sukosari 

Rangkaian Kegiatan Revitalisasi

1. Pembersihan dan Penataan Area Makam

Pembersihan dan penataan area makam yang melibatkan masyarakat dusun Singoprono dari Anak anak, Remaja, juga Lansia
Pembersihan dan penataan area makam yang melibatkan masyarakat dusun Singoprono dari Anak anak, Remaja, juga Lansia

Kegiatan revitalisasi dimulai dengan gotong royong membersihkan area makam. Masyarakat dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, turun langsung membersihkan semak-semak, memotong rumput, dan merapikan kawasan sekitar makam. Kerja sama yang harmonis ini menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan merawat tempat bersejarah.

2. Penggantian Pagar dan Pengecatan

Pemilihan bambu yang layak dijadikan pagar pembatas makam 
Pemilihan bambu yang layak dijadikan pagar pembatas makam 

Pagar makam yang sudah rusak diganti dengan pagar kayu baru yang lebih kokoh. Untuk memberikan sentuhan simbolis, pagar tersebut dicat dengan warna hijau, yang melambangkan identitas masyarakat Nahdiyin dan almamater Institut Al Azhar. Warna hijau juga melambangkan kesuburan, ketenangan, dan harapan agar makam ini tetap lestari sebagai tempat yang penuh berkah dan nilai sejarah.

Papan Informasi Terkait Makam Buyut Singoprono (Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari)
Papan Informasi Terkait Makam Buyut Singoprono (Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari)

Pemasangan pagar dan papan informasi terkait makam Buyut Singoprono (Buyut Singorojo dan Buyut Singoprono)
Pemasangan pagar dan papan informasi terkait makam Buyut Singoprono (Buyut Singorojo dan Buyut Singoprono)

Perwakilan Mahasiswa KKN dengan Masyarakat Setempat
Perwakilan Mahasiswa KKN dengan Masyarakat Setempat

3. Prosesi Tahlil dan Tabur Bunga

Suasana tahlil bersama yang dilaksanakan di area makam bersama bapak kepala desa, masyarakat dusun Singoprono dan beberapa tokoh masyarakat
Suasana tahlil bersama yang dilaksanakan di area makam bersama bapak kepala desa, masyarakat dusun Singoprono dan beberapa tokoh masyarakat

Setelah area makam tertata rapi, acara dilanjutkan dengan prosesi tahlil bersama yang dipimpin oleh tokoh agama desa. Dalam suasana penuh rasa khidmat, doa-doa dipanjatkan untuk mengenang jasa-jasa Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari.

 

Prosesi tabur bunga yang dilakukan oleh bapak kepala desa dan beberapa tokoh agama dan masyarakat setempat
Prosesi tabur bunga yang dilakukan oleh bapak kepala desa dan beberapa tokoh agama dan masyarakat setempat

Prosesi tahlil ini kemudian diikuti dengan tabur bunga yang dilakukan oleh Kepala Desa Sukosari, Bapak Tariso, beserta beberapa tokoh agama dan masyarakat setempat. Tabur bunga menjadi simbol penghormatan dan rasa terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan para pendiri desa.

Masyarakat dan Santri TPQ yang antusias melaksanakan tahlil bersama di area makam
Masyarakat dan Santri TPQ yang antusias melaksanakan tahlil bersama di area makam

4. Pembuatan Peta Arah

Revitalisasi makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari di Dusun Singoprono juga dilengkapi dengan inisiatif kreatif dari mahasiswa KKN. Untuk mempermudah masyarakat dan pengunjung menemukan lokasi makam, mereka membuat sebuah peta sederhana yang menunjukkan arah menuju makam bersejarah tersebut. Peta ini dipasang di beberapa titik strategis di Dusun Singoprono, seperti di balai desa dan jalan utama menuju makam.

Inisiatif ini bertujuan tidak hanya untuk memberikan panduan arah, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa bangga dan kepedulian masyarakat terhadap situs sejarah desa mereka. Dengan adanya peta ini, diharapkan makam para pendiri desa lebih mudah diakses, sehingga masyarakat dapat lebih sering berziarah dan mendoakan leluhur mereka. Langkah ini menjadi simbol komitmen generasi muda untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya serta sejarah lokal.

Kunjungi Makam Buyut Singoprono (Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari)

Makna Holistik Revitalisasi

Revitalisasi makam ini memiliki dampak yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga mencakup:

1. Fisik: Makam kini lebih terawat dan bersih, menciptakan suasana yang layak untuk ziarah dan penghormatan.

Kondisi makam setelah proses revitalisasi 
Kondisi makam setelah proses revitalisasi 

2. Spiritual: Acara tahlil dan tabur bunga membawa masyarakat untuk kembali mengenang dan mendoakan para leluhur yang telah berjasa.

Tahlil dan doa bersama masyarakat setempat, yang dihadiri oleh kepala desa dan beberapa tokoh agama & masyarakat
Tahlil dan doa bersama masyarakat setempat, yang dihadiri oleh kepala desa dan beberapa tokoh agama & masyarakat

3. Edukasi: Program ini juga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk memahami sejarah desa mereka dan menghargai jasa para pendiri desa.

Foto bersama dengan bapak kepala desa dan beberapa tokoh agama & masyarakat setempat
Foto bersama dengan bapak kepala desa dan beberapa tokoh agama & masyarakat setempat

Pernyataan Kepala Desa Sukosari

Dalam sambutannya, Bapak Tariso mengungkapkan rasa terima kasihnya atas inisiatif mahasiswa KKN dan partisipasi masyarakat dalam revitalisasi makam ini. Beliau menyampaikan:

"Revitalisasi makam ini adalah wujud penghormatan kita terhadap para pendiri desa. Selain memperbaiki kondisi fisik makam, yang lebih penting adalah meningkatkan kesadaran kita untuk menjaga dan melestarikan sejarah."

Harapan untuk Generasi Mendatang

Melalui revitalisasi ini, makam Buyut Singorojo dan Buyut Gading Sari kini bukan hanya terawat dengan baik, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat Desa Sukosari. Generasi muda diharapkan dapat menjaga dan merawat warisan leluhur ini, serta menjadikannya sebagai sumber inspirasi dan pembelajaran.

Dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya merawat sejarah, makam ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat peristirahatan, tetapi juga menjadi pengingat akan perjuangan dan nilai-nilai luhur para pendiri Desa Sukosari. Warisan leluhur ini akan terus dikenang, menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang untuk menghargai kebaikan, pengorbanan, dan semangat kebersamaan yang telah diwariskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun