Mohon tunggu...
Zaenal Abidin el-Jambey
Zaenal Abidin el-Jambey Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Orang Biasa yang ingin terus berkarya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

“Ibunya” Disakiti, Diamkah Masyarakat Surabaya?

14 Februari 2014   07:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_311934" align="aligncenter" width="480" caption="foto: www.youtube.com"][/caption]

Air mata saya tidak bisa tertahan ketika menyaksikan Ibu Risma Wali kota Surabaya menangis. Anda ketrlaluan kalau melihat dialog Bu Risma dengan Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa, namun perasaan Anda tidak tersentuh. Itulah ungkapan terdalam dari seorang Risma yang dikenal sebagai sosok walikota perempuan kuat, tegas, tegar dan berani di tengah tekanan yang begitu luar biasa dari politisi-politisi bajingan yang haus kekuasaan.

Dulu, secara mengejutkan Bu Risma direkrut PDI P untuk maju sebagai wali kota Surabaya. Padahal sebelumnya telah terpampang di setiap sudut kota Surabaya calon pasangan walikota Surabaya, Saleh Mukadar dan Bambang DH yang merupakan kader PDIP.  Kalau Anda warga Surabaya Anda akan menjumpai poster dan spanduk bergambar Saleh Ismail Mukadar dan Bambang DH sebagai Cawali dan Cawawali dengan slogan SBY (Saleh Bambang Yes!) kemudian SaBaR (Saleh Bambang Rek).

Populeritas Bu Risma di mata warga Surabaya memang tidak usah ditanya lagi. Saat menjabat sebagai kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan juga Kepala Bapekko, prestasi beliau sudah sangat jelas tampak dan dirasakan oleh warga kota.

Melihat kenyataan itu, PDI P pun mengusung dan meminta Bu Risma untuk maju sebagai calon walikota berpasangan dengan Bambang DH. Sontak keputusan ini membuat berang sebagian kader PDIP, karena mengusung calon walikota yang tidak dari kadernya. Tidak menggubris protes para kedernya, PDIP tetap mengusung Risma sebagai calon walikota berpasangan dengan Bambang DH.

Keputusan ini membuat sebagian masyarakat di Surabaya khawatir kalau Bu  Risma hanya dimanfaatkan popularitasnya untuk meraih dukungan pemilih. Bahkan ada yang curiga Bu Risma akan diturunkan di tengah jalan, sehingga Bambang DH bisa naik kembali, menggantikan Risma. Maklumlah Bu Risma bukan orang politik dan sama sekali tak berafiliasi pada parpol, mengingat Bu Risma seorang PNS.

Kekhawatiran sebagian masyarakat itu pun terbukti, baru saja menjabat. Bu Risma harus berhadapan dengan politisi bajingan berdasi di DPRD Surabaya yang sok membela rakyat. Risma akan diberhentikan dengan alasan yang tidak masuk akal dan dibuat-buat. Bahkan partai pengusungnya pun ikut-ikutan akan melengserkan beliau.

Namun sepertinya para politisi busuk bajingan itu salah perhitungan. Keputusan untuk memaksuzulkan Bu Risma justru terbalik. Rakyat tidak tinggal diam. Munculah Gerakan Rakyat Surabaya (GRS) yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, mereka bertekad akan melengserkan pimpinan DPRD yang menjadi otak di balik rencana pelengseran Bu Risma.

GRS menegaskan dengan lantang bahwa Bu Risma dipilih oleh rakyat, bukan dewan. Jadi yang bisa menurunkan Bu Risma adalah rakyat, bukan dewan. Mereka menyesalkan keputusan Dewan yang merekomendasikan pemberhentian sementara Risma dari jabatannya sebagai Walikota. Risma dinilai figur Walikota yang jujur dan berjuang demi membela kepentingan rakyat.

Gagalah rencana busuk para bedebah itu. Bahkan sang inisiator pelengseran Bu Risma yang juga ketua DPRD saat itu, kemudian dipecat dari ketua DPRD Surabaya dan kepengurusan partai pengusungnya. Setelah kejadian itu, Bu Risma bekerja begitu luar biasa memoles Kota Pahlawan menjadi seperti sekarang ini. Sebagaimana pengakuan beliau, keluarga, kepentingan pribadi semuanya beliau nomor sekiankan demi masyarakat Surabaya.

Politisi bedebah bajingan pun tidak melakukan manuver penyerangan lagi. Entahlah apa yang meraka lakukan dan rencanakan, kemungkinan besar, mereka menyusun rencana baru untuk menjatuhkan Bu Risma, apapun caranya pasti akan mereka lakukan.

Tiga tahun lebih memimpiin Surabaya dan menjadikan kota ini setara dengan kota-kota maju di dunia lainnya. Aksi politisi bajingan ternyata muncul lagi. Kali ini, tidak dengan cara kasar dan frontal sebagaimana dulu. Caranya lebih halus. Namun begitu menyesakkan dada.

Tangis tulus dan tanpa tendensi yang kita lihat pada sosok Bu Risma yang biasanya tampak tegar dan kuat, saat beliau berbicara blak-blakan di acara Mata Najwa menjadi bukti betapa dahsyat dan berat tekanan yang dialami oleh beliau saat ini mulai kisruh Kebun Binatang Surabaya (KBS) sampai dengan pemelihan wakil walikota yang tidak sesuai dengan prosedur.

Setegar-tegar dan sekuat-kuatnya Bu Risma, beliau hanyalah manusia biasa yang bisa sedih dan juga menangis. Tangis Bu Risma di Mata Najwa, adalah tangis ketulusan dan tangis kelembutan seorang Ibu. Bukan hanya ibu bagi putera kandung beliau, namun ibu bagi masyarakat Surabaya.

Kini setelah semua yang beliau punya telah diberikan untuk Surabaya. Diamkah masyarakat Surabaya ketika Ibunya disakiti??? Masih acuh dan tak pedulikah masyarakat Surabaya jika Ibu yang biasanya tampak kuat, tegar, tidak kenal lelah bekerja untuk kemakmuran dan kesejahteraan mereka, dibuat menangis oleh para politisi bajingan yang haus kekuasaan??? Hanya mereka anak-anak durhaka dan tahu diri yang membiarkan ibunya menangis dan disakiti.

Masyarakat Surabaya harus sadar dan secepatnya tanggap mengenai upaya-upaya politisi bajinngan yang hendak menghancurkan dan menghambat kemajuan Surabaya. KETIKA IBUMU TELAH MENJAGAMU SELALU, KINI GILIRANMU MENJAGA IBUMU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun