Kejadian ini tahun 90-an, saat aku nyantri di pesantren Pak Thowi. Kira-kira hampir tidak berbeda jauh dengan kehadiran Mbah Mad Ali. Silahkan dibaca cerpen sebelumnya berjudul, " Ada "Kontol" di Pesantren", https://www.kompasiana.com/zaenal.math/5f1f3e32d541df661b45d352/ada-kontol-di-pesantren/Â
Masa-masa itu, pesantren Pak Thowi (posisi tempat yang lama) sering kedatangan tamu khariqul 'addah atau wali jadzab. Kata temanku, yang lebih tepat majdzub. Beberapa terlihat olehku, "Mbah Mad Ali, Gus Wafa, dan Gus Mardi." Konon, saat berlangsung semaan Mantab dan dzikrul ghofilin, Ahad Wage di Banyuwangi, Gus Mik sering singgah ke ndalem beliau. Wallaahu a'lam.
Kebetulan kedatangan Gus Wafa hampir bersamaan tiba waktu Magrib. Setelah ke ndalem Pak Thowi, Gus Wafa masuk ke musholla. Mendahului Pak Thowi yang belum di musholla.
"Kang qomat! Ayo diqomati!" Kata Gus Wafa kepada santri, yang sedang melantunkan puji-pujian.
Kontan, Kang santri langsung iqomat. Apalagi instruksi Gus Wafa, tak berani bantah. Apalagi menolak. Walaupun Pak Thowi belum tiba di musholla.
Gus Wafa maju dan mengimami salat Magrib. Jumlah makmum belum banyak. Masih sedang mengambil air wudu. Posisiku, mengambil air wudu di selatan musholla. Belum sempat menjadi makmum, salat dengan imam Gus Wafa sudah selesai.
Gus Wafa sudah melarikan diri, meninggalkan para makmum yang tolah-toleh, bingung.
Syahdan, telah terjadi salat Magrib di luar kebiasaan.
Gus Wafa mengimami salat Magrib satu rakaat. Setelah sujud kedua di rakaat pertama, Gus Wafa duduk tawaruk dan mengucapkan salam. Lalu pergi. Meninggalkan para makmum yang salah tingkah.
Di tengah peristiwa tersebut, Pak Thowi datang ke musholla. Tanpa komentar apapun, meski insya Allah beliau tahu hal janggal telah terjadi. Hingga aku dewasa dan berumah tangga, belum sempat kutanyakan peristiwa aneh tersebut. Begitu pula pada Gus Wafa, meskipun di kemudian hari aku bagian dari takmir masjid Al-Amin, dekat rumah beliau. Â
"Ayo Le, diqomati!" Kata Pak Thowi sambil berjalan ke ruang imaman.