Jamal tengok kanan, tengok kiri. Agar tak terlihat orang. Perlahan dan pasti dia mendekati kotak besi bertuliskan 'KOTAK AMAL.' Dia masukkan sekeping uang logam tersebut. "Klontanggg werr werr ting!" suaranya terdengar sangat keras di telinga Jamal. Getaran uang dalam kotak, seakan bersaing dengan degup jantung pedagang bakso keliling tersebut.
Secepat kilat Jamal kembali ke tempat semula. Cuek, seakan tak terjadi apa-apa.
Ikhlas? Mungkin. Itu satu-satunya uang terakhir di dompet. Kecil, bagi bendahara Masjid. Tapi bagi Jamal koin itu luar biasa berharga. Koin penghuni terakhir di dompetnya. Mengorbankan satu-satunya yang tersisa. Tentu terasa berat, meskipun tidak seberapa nominalnya. "Ya Allah, terimalah amalku yang tidak seberapa," pinta Jamal. Amin. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H