Untuk kesekian kalinya, perbedaan bahasa menjadi sebab salah pengertian. Pengucapan bisa jadi hampir, atau bahkan sama. Namun arti, makna dari kata yang diucapkan berbeda sama sekali. Bagaikan langit dan bumi.
Joko sambung naik ojek. Gak nyambung Jek. Kira-kira seperti itu.
Pada cerita ini terjadi antara mahasiswa dari suku Jawa dengan penjual nasi dari Madura. Menjelang siang hari, mahasiswa yang pulang dari kuliah berniat makan.
Saking laparnya dia main nylonong saja. Duduk, dan langsung pesan makanan.
Mahasiswa: Buk, nasek setong bei! (Bu pesan nasi satu saja!).
Mahasiswa asal Jawa tersebut sok bisa Bahasa Madura. Penjual nasi pun menjawab.
Penjual. Â Â Â : Sobung Cong! (Habis Nak!)
Mahasiswa: Tak papa Buk, Sop Bung Sengkok Tak papa. (Tidak apa-apa Bu. Sop Bung saya tak apa-apa)
Penjual.    : Sobung Cong! Sobung ! (Habis Nak! Habis!)
Mahasiswa: Tak papa Buk! Sop Bung Tak papa! Kata mahasiswa tidak kalah ngototnya (Tidak apa-apa Bu! Sop Bung tak apa-apa!)
Penjual.    : Sobung Cong! Sobung Cong! Sobung! (Habis Nak! Habis Nak! Habis!)
Kata ibu penjual nasi sambil mengangkat dan membalikkan bakul nasi. Sedikit memukul-mukul pakai entong.Â
Mahasiswa : Oo habis. Gak bilang Sampean Kalau habis. Hahaha....
Ucap mahasiswa menyadari sesuatu yang terjadi. Sambil tertawa menutupi miskomunikasi tersebut. Ibu penjual nasi pun hanya geleng-geleng kepala, sambil menggerutu tak jelas artinya. (*)
Bung = anak bambu atau tunas bambu muda. Biasa dibuat sayur.
Entong = alat untuk mengambil nasi dari bakul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H