Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Rujak Sing Pedes

26 Maret 2019   10:05 Diperbarui: 26 Maret 2019   10:58 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kelompok masyarakat, desa, kota, suku, bangsa, negara memiliki bahasa dan budayanya sendiri. Bisa berbeda-beda, terkadang hal tertentu ada yang sama.

Mungkin sesama suku, dialeknya bisa berbeda. Sebut saja, sesama di Pulau Jawa. Ada suku Madura, Sunda, Tengger, Osing, dan lain-lain. 

Sama-sama suku Madura, antara Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bangkalan, dan Sumenep dialeknya tidak sama. Bahasanya bisa jadi sama, cara pengucapan, intonasi, penekanan, penggunaannya tak serupa.

****

Kejadian nyata terjadi waktu saya kuliah. Saya berasal dari Banyuwangi. Bahasa sehari-hari di rumah menggunakan Bahasa Jawa. Di Jember, tempat saya kuliah juga menggunakan Bahasa Jawa.

Saya membeli rujak uleg. Kebetulan penjual rujak bisa Bahasa Jawa, meskipun lagunya Bahasa Madura. Dimaklumi masyarakat asli sekitar kampus berasal dari Madura. Namun terjadi perbauran budaya dan bahasa. Sehingga terjadi Bahasa Jawa dengan logat Madura.

Saya.       : Bu, kulo pesen rujak sing pedes.

Bu rujak: Inggih Mas, monggo pinarak.

Saya.       : Inggih Bu.

Ibu penjual rujak masih melayani dua pembeli. Harus sabar menanti. Untuk menikmati rujak uleg favorit mahasiswa. 

Tiba giliran saya yang diulegkan. Saya perhatikan tangan Bu Rujak. Begitu lincah, bumbu-bumbu mulai dimasukkan. 

Tiba giliran cabe. Bu Rujak mengambil banyak cabe. Saya terperangah, kaget. Ah!

Saya       : Bu, Sebentar! Cabenya berapa? 

(Tiba-tiba saya menggunakan Bahasa Indonesia, saking kagetnya).

Bu Rujak: Sebentar saya hitung.

(Ibu penjual rujak menghitung satu per satu cabe yang sudah ada di lemper).

Bu Rujak : Dua puluh Cong!

Bu penjual rujak secara reflek, tidak sengaja menggunakan campuran Bahasa Indonesia dan Madura.

Saya.        : Waduh Bu! Saya tidak suka pedas.

Bu Rujak : Lho? Sampean tadi bilang, "Beli rujak sing pedes." (Beli rujak yang pedas)

Saya.        : Ealah, mohon maaf Bu. Saya yang salah. Sing itu Bahasa Banyuwangi. Bahasa Osing. Artinya tidak, ora, mboten.

Bu Rujak : (manggut-manggut tanda mengerti, sambil memungut cabe satu per satu di lemper). Oo, jadi beli rujak sing pedes artinya beli rujak, tidak pedas. Kebalikannya ya?

Bu Rujak, dan pembeli yang lain tertawa bersama-sama.

Hahaha....Gerrr....

Saya hanya senyum, melihat tingkah mereka. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun