Aku meminta Mas Zae segera menyiapkan sepeda motor. Sudah tidak kuat, aku sudah tidak kuat.
Bu Bidan senyam-senyum. Setelah mendiagnosaku. Beliau seakan sangat bahagia, "Ibu hamil, sudah usia tiga minggu."Â
"Hah!" Aku terbelalak seakan tidak percaya.
"Apa benar Bu? Ibu tidak keliru diagnosa?" Tanyaku mohon penegasan.
"Apa Ibu tidak senang?" Bu Bidan balik bertanya.
"Ya, sangat senang Bu." Jawabku. Akupun menerima buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Selanjutnya menyerahkan sejumlah uang dan berpamitan. "Terima kasih Bu, mohon doanya. Semoga saya sehat wal afiat selalu."
"Amin, jaga kesehatan. Jangan terlalu lelah!" Pesan Bu Bidan.
Aku pun menceritakan kejadian di ruang periksa pada Mas Zae. Dia ikut bahagia. Dan insya Allah, ikut menjaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Alhamdulillah pengalaman keguguran pertama, membuat kami lebih berhati-hati. Betul-betul menjaga, agar tidak terjadi hal yang sama. Daripada menyesal di kemudian hari.
****
Waktu berlalu begitu cepat. Anakku sudah lahir laki-laki. Alhamdulillah, keinginan memiliki momongan dikabulkan. Â Saat rasa menggebu kuhilangkan. Waktu semua kubuang jauh-jauh. Hanya pasrah. Kuserahkan semuanya pada Allah. Saat aku dan suamiku tawakkal hanya pada-Nya. Teringat satu kalimat dari Biksu Tong Sam Cok. Di film Kera Sakti, pada TV Swasta saat aku anak-anak. "Kosong adalah berisi. Berisi adalah kosong."